Jumat, 08 Agustus 2008

Musik Itu Menyembuhkan dan Mencerdaskan

Di New Yorker Beth Israel Medical Center, beberapa tahun lalu, tengah merawat balita berusia tiga tahun. Ia lahir dengan kelainan kepala besar (hydrocephalus). Karena tekanan, otaknya rusak. Beberapa waktu lalu, tiba-tiba dia harus mendapatkan bantuan pernapasan. Anehnya, ketika ada benda asing di saluran pernapasannya, si kecil bisa protes dengan kaki dan tangannya. Dokter segera menenangkannya dengan obat-obatan. Para dokter mencoba memberinya pengobatan alternatif.

Dr. Joanne Loewy merundukan kepalanya ke pasien kecilnya itu. Lalu, dia mengelilingi tempat tidur pasien tersebut sambil membunyikan peralatan musik dengan aneka nada. Saat mendengar musik, anak tersebut kelihatan sedikit tenang. Otot-ototnya pun tidak lagi kaku dan dari monitor tampak grafik denyut jantungnya menurun. Setelah mengelus-elus kepalanyae, Joanne meninggalkan kamar itu, napas si kecil tampak teratur dan wajahnya tampak tenang.
Selain mengurus Nathalie, nama pasien tersebut, Joanne memimpin tiga penelitian di Beth Israel Medical Center untuk mengetahui bagaimana musik bisa memperingan penderitaan anak AIDS, leukemia, asma, dan gangguan otak yang berat. Joanne melihat musik bisa banyak meringankan keadaan mereka. Menurut penelitian terbaru - seperti pada Nathalie - musik berpengaruh langsung ke otak dan berakibat ke proses kerja tubuh.
Bukti ilmiah lainnya adalah dari Dr. Ralph Spintge, di Frankfrut. Musik sebagai alat terapi yang dapat menyembuhkan bisa terlihat pada Imme Kramer. Warga Frankfurt ini menderita penyakit keturunan yang amat menyakitkan dan sampai saat ini belum ada obatnya. Jaringan ikatnya melemah hingga mengganggu organ dalam lainnya, termasuk jantung. Sudah tiga kali ia mengalami serangan jantung ringan. Dr. Ralph Spintge menganggap wanita yang berusia 48 tahun itu perlu dirilekskan. Pada mulanya dibutuhkan paparan musik dari headphone selama 15 menit untuk membebaskan dia dari keadaan stres, berdasarkan pantauan terhadap aktivitas ototnya. Setelah tiga minggu dirawat dengan terapi musik, cuma lima menit mendengarkan musik, dia sudah bisa tenang kembali.
Banyak pakar musik maupun pendidik telah mengadakan penelitian untuk melihat efek positif dari beberapa jenis musik. Banyak fakta yang diungkap dari penelitian tersebut. Di antaranya, adanya hubungan yang menarik antara musik dan kecerdasan manusia. Musik klasik, misalnya karya-karya Mozart, mempunyai efek stimulasi yang baik bagi bayi. Tetapi dari penelitian lain diungkapkan bahwa sesungguhnya bukan hanya musik Mozart yang dapat digunakan. Semua musik berirama tenang dan mengalun lembut memberi efek yang baik bagi janin, bayi, dan anak-anak.
Dewasa ini pun mulai marak dikembangkan penggunaan musik untuk terapi. Dalam berbagai penelitian, diperlihatkan bukti-bukti pemanfaatan musik untuk menangani berbagai masalah, dari kecemasan hingga kanker, tekanan darah tinggi, nyeri kronis, disleksia, bahkan penyakit mental.
Ada yang menarik dari hasil penelitian Prof. Gordon Shaw dari Universitas California, Los Angeles. Ia membagi sekelompok anak menjadi 3 kelompok: Belajar Musik, Belajar Komputer, dan Belajar Keterampilan. Ternyata kelompok pertama menunjukkan perkembangan yang dramatis, yaitu 35% lebih cerdas dari kelompok kedua maupun ketiga.
Sedangkan Usia yang cocok bagi anak berlatih musik, yaitu usia 3 atau 4 sampai 6 tahun. Usia tersebut adalah masa yang paling tepat untuk mulai belajar musik, karena masa ini adalah masa terbaik pada perkembangan pendengaran.
Selain itu, pada usia 8-9 tahun, otak kanan dan kiri akan terhubung dan akan mengalami penebalan pada penghubung otak kanan dan kiri. Untuk itu apabila diberikan pendidikan musik sebelum anak berusia 8 tahun, maka dapat meningkatkan kecerdasan. Hal ini banyak dibuktikan di negara-negara maju, sehingga musik dipakai sebagai kurikulum pelajaran wajib.
Secara fisiologis, sesungguhnya musik berhubungan dengan indra pendengaran, namun secara psikologis musik berhubungan dengan berbagai fungsi psikis manusia seperti persepsi, abstraksi, mood dan berbagai fungsi psikologis lainnya. Seashore (1967) menunjukkan bahwa aktivitas musikal melibatkan banyak aspek psikologis. Perbedaan tinggi-rendah nada, contohnya, mempengaruhi persepsi terhadap rangsang pendengaran yang merujuk pada penafsiran makna yang berbeda. Nada yang tinggi cenderung dipersepsi sebagai sesuatu yang mengandung emosi yang lebih kuat dibandingkan nada yang rendah. Contoh lain, tempo yang cepat lebih menggugah semangat dibanding dengan tempo yang lambat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa musik-musik tertentu dapat menghasilkan mood yang menunjang produktivitas manusia.
Sejarah menunjukkan banayaknya pemikiran tentang pengaruh musik terhadap manusia. Bagus Takwin menceritakan banyak filsuf, seniman, agamawan dan ilmuwan berkutat untuk mengkaji peran musik dalam kehidupan manusia. Kita menemukan peran musik dalam membentuk ritme dan sikap tubuh dalam literatur Yunani Kuno ketika Plato menyarankan diberikannya pelajaran musik kepada anak-anak. Dalam karyanya The Republic, Plato menyarankan agar negara memperdengarkan musik bersamaan dengan latihan gerak kepada anak-anak. Bagus Takwin mencoba menafsirkan maksud Plato tentang sarannya mempelajari musik dan gerak kepada anak-anak. Musik dan gerakan yang teratur, kata Bagus, dapat membentuk ritme tubuh dan memberikan keselarasan kepada manusia dalam menjalani keseharian. Ritme yang teratur dan gerakan tubuh yang berirama menghasilkan kondisi rileks sepanjang waktu.
Setelah Plato, banyak pemikir yang menempatkan musik sebagai hal penting bagi manusia. Di abad ke-6 M, Boethius dalam karyanya De Institutione Musica menuliskan, “Music is a part of us, and either ennobles or degrades our behaviour.” Musik sebagai bagian hidup manusia yang bisa memiliki pengaruh baik dan buruk, meningkatkan kehormatan dan kemuliaan manusia dan di sisi lain juga dapat menurunkan harkat manusia. Pengaruh musik ini bergantung dari jenis musik dan konteks yang ada saat orang mendengarkan musik. Lepas dari baik dan buruk pengaruhnya, Boethius jelas memandang musik sebagai hal yang mempengaruhi hidup manusia.
Musik juga sering dianggap dapat menghindarkan orang dari berbuat jahat. Cervantes dalam Do Quxote menegaskan “where there’s music there can be no evil”. Di sini musik jelas dipandang berpengaruh baik, membawa orang pada kebaikan. Musik bahkan sering dianggap memiliki kekuatan gaib yang tak terpahamkan dan tak terjelaskan oleh pikiran logis manusia. Thomas Carlyle dalam On Heroes, Hero-Worship and The Heroic In History bahkan dengan lantang menyerukan tantangan, “Who is there that, in logical words, can express the effect music has on us? A kind of inarticulate unfathomable speech, which leads us to the edge of the infinite, anda lets us for moment gaze into that”. Musik adalah ujaran yang tak terkatakan, sangat dalam dan berkesan kuat yang dapat membawa manusia kepada tepi ‘Yang Tak Terbatas’, pada yang suci.
Musik dan perasaan manusia, dua hal yang memang dipandang erat hubungannya, baik dalam konteks religius maupun nonreligius. Burton bahkan memandang musik memiliki daya penyembuh bagi gangguan emosional. Menurutnya ketika musik membangkitkan perasaan, bahkan yang tak nyaman sekalipun seperti rasa takut, sedih, reash, dan terbuang, musik merupakan penyembuh langsung dari ketidaknyamanan.
Bagaimana sesungguhnya musik dapat mempengaruhi kehidupan manusia? Hal itu karena musik memiliki 3 bagian penting yaitu Beat, Ritme, dan Harmoni, demikian kata Ev. Andreas Christanday. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni mempengaruhi ruh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama musik rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmoni sangat mempengaruhi ruh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmoni (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmoni yang membawa ruh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmoni dari suara-suara alam di sekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmoni", ujar Ev. Andreas Christanday.
Selain hal di atas, dalam otak manusia terdapat reseptor, yaitu sinyal penerima yang bisa mengenali musik. Otak bayi pun sudah dapat menerima musik tersebut meski dengan kemampuan terbatas karena pertumbuhan otaknya belum sempurna. Musik merupakan salah satu stimulasi untuk mempercepat dan mempersubur perkembangan otak bayi. Bila anak terbiasa mendengar musik yang indah, banyak sekali manfaat yang akan dirasakan oleh anak. Tidak saja meningkatkan kognisi anak secara optimal, juga membangun kecerdasan emosional. Selain manfaat kognitif dan emosi, masih banyak lagi kegunaan musik bagi anak-anak. Contohnya, meningkatkan perkembangan motoriknya, meningkatkan kemampuan berbahasa, matematika, sekaligus kemampuan sosialnya, dan membangun rasa percaya diri.
Lebih jauh lagi, musik dipandang sebagai medium pembentuk jiwa yang efektif. Musik juga memiliki daya untuk menyegarkan dan memperkuat ingatan yang hampir pupus. Beberapa pengaruh psikologis dari musik sudah disebutkan di atas. Dikatakan musik berkaitan dengan perasaan, pembentukan dan pengoprasian jiwa. Lebih konkret lagi, ditemukan bahwa musik dapat memfasilitasi perolehan bahasa, kesiapan membaca dan perkembangan kecerdasan umum. Dalam aspek kepribadian, ditemukan bahwa musik dapat mencitakan sikap positif terhadap objek tertentu, meningkatkan kreativitas, mendukung perkemabangan sosial dan penyesuaian diri dan harga diri. Selain pengaruh psikologis, disebutlan juga pengaruh religius atau spiritual dari musik. Pendapat Carlyle paling jelas menegaskan bahwa musik dapat membangkitkan kesadaran manusia tentang adanya kesucian dan kekuatan Yang Tak Terbatas.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Blog yang bagus...
Salam kenal....

M.Iqbal Dawami mengatakan...

salam kenal juga, Trims udah berkunjung ke blogku. Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang ada dalam bukuku Menjadi Manusia Berkualitas (Diva Press). Sebentar lagi terbit.Btw,boleh minta gratisan gak Melilea Organik-nya :)