Senin, 11 Agustus 2008

Cinta dan Waktu

Alkisah di suatu pulau kecil tinggallah benda-benda abstrak seperti cinta, kesedihan, kekayaan, kebahagiaan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat segera menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik dan mulai membasahi kaki Cinta.

Tak lama kemudian Cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.”

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan, tolong aku!”, teriak cinta. Namun Kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi sampai ke pinggang dan cinta pun mulai panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan. ”Kecantikan, bawalah aku bersamamu”, teriak Cinta.

“Wah Cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini”, sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat Kesedihan. “Oh Kesedihan bawalah aku bersamamu”, kata Cinta.

“Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja…”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta sudah mulai putus asa, ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “Cinta, mari segera naik perahuku”. Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itulah Cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan orang tua itu kepada penduduk tua di pulau, siapa sebenarnya orang tua itu.

“Oh, orang tua itu tadi? dia adalah Waktu,” kata orang-orang tersebut.
“Tapi kenapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan untuk menolongku,” tanya Cinta heran.
“Sebab hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu…”.
* * *

Sebagai manusia, makhluk paling mulia, kita patut bersyukur dianugerahi rasa cinta. Dengan cinta manusia bisa memancarkan gairahnya dalam segala hal. Cinta adalah fitrah, suci. Hanya saja kita terkadang yang menodainya dengan perilaku kita yang negatif. Allah fitrahkan cinta menjadi bagian integral pada penciptaan manusia, dia adalah rasa yang memancar dari mata air naluri-nalurinya.

Dengan adanya cinta ini, manusia bisa membangun dan memiliki kecenderungan dan cinta kepada lawan jenisnya, cinta kepada orangtua, saudara, kerabat handai taulannya, dan yang lainnya. Juga bisa menampilkan cinta kepada harta, kekuasaan, pangkat, jabatan, sanjungan, kehormatan dan sejenisnya.

Tuhan menciptakan manusia dengan begitu sempurna baik jasmani maupun ruhani. Dia juga memberikan potensi-potensi manusia mulai dari kekuatan dan kebutuhan fisiknya, beserta naluri yang bisa memancarkan cinta dan akal yang akan jadi tongkat penyangga dia memaknai hidup itu semua.

Seperti yang sudah diungkap di atas, cinta manusia bisa pada yang bersifat fisik (materi) maupun non-fisik (abstrak). Tapi walau pun begitu, kadarnya tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya baik secara kualitas maupun kuantitas. Persepsi masing-masing orang pun boleh jadi tak ada yang sama dalam memandang cinta. Tapi, satu hal yang dapat kita pastikan bahwa cinta itu universal.

Sebagai makhluk yang berakal, manusia tentu harus hidup seimbang. Dalam hal ini, seorang manusia harus dapat menata cinta dalam skala prioritas yang proporsional. Dengan kata lain, bahwa cinta harus diekspresikan dengan kadarnya masing-masing terhadap sesuatu. Seseorang mencintai barang-barang berharganya, misalnya, tentu janganlah disamakan dengan mencintai terhadap keluarganya.

“Intisari dari segala sesuatu adalah cinta”. Para pemikir, penyair, dan ahli spiritual, mengatakan itu sejak ratusan tahun lalu hingga kini. Plato, misalnya, mengatakan bahwa cinta atas kebaikan adalah dasar dari semua kebajikan dan kebenaran. Filosofi cinta seperti itu menjadi pijakan dasar atas cinta platonis: yaitu hanya mencintai tanpa berharap dicintai kembali. Apa yang kita pandang baik dan kita melakukan dengan penuh cinta, niscaya akan mendatangkan kebajikan dan kebenaran.
Begitulah intisari cinta yang diberikan oleh Plato, sang filosof legendaris.

Seringkali orang menggambarkan cinta dengan gambar hati. Tentu itu dapat kita pahami bahwa hati adalah pusat segala perasaan untuk menerima dan mempersembahkan. Dalam setiap sendi kehidupan, hati kita yang menentukan apa yang harus kita persembahkan dan apa yang harus kita terima dalam kehidupan ini. Gambaran seperti itu sungguh mirip dengan pengertian cinta. Maka dapat kita katakan bahwa cinta sama dengan hati. Sumber cinta adalah memang dari hati.

Sadarkah anda bahwa kita sebenarnya dibesarkan oleh orangtua kita atas dasar cinta? Semenjak dalam kandungan ibu kita sudah mencintai kita. Semenjak dilahirkan kita dibesarkan dengan cinta pula. Ayah kita pun rela bekerja keras demi kita, karena cinta. Cinta mampu membuat orangtua kita mengacuhkan dirinya demi yang dicintainya, yaitu kita.

Sungguh cinta yang sangat luar biasa. Begitu juga dengan orang-orang yang bekerja dan belajar atas dasar cinta. Mereka berhasil menghasilkan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi umat manusia. Dan lagi-lagi mereka rela menghabiskan waktu untuk terus bekerja dan belajar demi menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kita lihat saja saking cintanya pada fisika, Albert Einstein akhirnya menemukan teori relativitas. Karena cintanya pada sastra, William Shakespeare dapat membuat karyanya “abadi”, sebuah cerita cinta sepanjang jaman, Romeo & Juliet. Karena cintanya pula, psikologi, Sigmund Freud menemukan teori dasar tentang jiwa manusia. Karena cintanya pada komputer, Bill Gates membuat Windows yang begitu bermanfaat bagi jutaan manusia. Masih banyak lagi orang-orang semacam mereka di atas.

Di sini, saya akan memfokuskan pada cinta yang sering kita alami, yaitu cinta antar lawan jenis. Cinta ini mampu membuat manusia bergetar hebat, yang dapat berbuat apa saja demi orang yang dicintainya. Cinta membuat seseorang berani menempuh risiko yang tak dapat dibayangkan. Sungguh, cinta merupakan sebuah pengalaman yang begitu berharga dalam hidup manusia. Manusia diberi potensi untuk mencintai dan dicintai. Dan Tuhan memang menciptakan pria dan wanita untuk saling melindungi dan menyayangi.
Kedua jenis makhluk (pria dan wanita) itu, mempunyai tugas yang sama, yaitu melestarikan kehidupan meskipun ada perbedaan peran dalam keduanya. Nah, peran inilah yang bisa menjadikan keduanya menjalani fungsinya sebagai mahluk
sosial. Dan rasa cinta ini pula yang akan membantu laki-laki dan perempuan untuk melestarikan keturunan agar kehidupan harus terus berlanjut. Dan itu dibingkai dalam sebuah kontrak sosial bernama perkawinan.

Sekali lagi, cinta adalah naluri manusia. Karena cinta sebagai salah satu naluri, maka ia berasal dari dalam kalbu. Manusia memiliki hati yang dalam bahasa arabnya kalbu, yang artinya “bolak-balik”. Oleh karena itu, ia sering berubah-ubah, kadang ke kiri dan kadang pula ke kanan. Begitu juga dengan cinta, maka ia akan mengalami pasang surut. Cinta mengisi suatu waktu, sedangkan waktu itu terus berlalu.

Karenanya, cinta pun dapat berlalu. Quraish Shihab menyinggung perihal cinta, “Sebelum bercinta, seseorang merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”. Tetapi, ketika bercinta, ia dapat merasa memiliki segala yang “ada”. Dan ketika cintanya putus, ia merasa “tidak ada” dan hampa. Demikianlah cinta mempermainkan manusia.”
Cinta itu letaknya di hati, meskipun tersembunyi, namun getarannya jelas sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan kita sehingga kadangkala kita melakukan hal terbodoh tanpa kita sadari. Menurut pakar Neurosains, Taufik Pasiak, bahwa ketika seseorang jatuh cinta semua zat kimia dalam tubuh, terutama dopamin dan oksitoskin dalam otak, mengalami fluktuasi dalam darah. Ini yang menjelaskan mengapa ketika seseorang jatuh cinta ia dapat melakukan apa saja yang dalam situasi normal tidak mungkin dilakukan. Dada bergemuruh, denyut nadi bertambah, napas memburu, dan gairah meningkat ketika cinta membara datang mendera seseorang. Dalam keadaan jatuh cinta, kita menjadi sangat obsesif terhadap pasangan. Akibatnya, sulit tidur, pikiran terfokus pada pasangan.

Lebih dari itu, jatuh cinta memiliki fenomena kimiawi yang sama dengan penyakit jiwa bernama obsesif-kompulsif atau OCD. Monatella Marazitti, profesor psikiatri dari Universitas Pisa Italia, sebagaimana yang dikutip oleh Taufik Pasiak, membandingkan kadar serotonin (zat kimia yang diproduksi otak) pada 24 orang yang sedang jatuh cinta dalam enam bulan terakhir dengan para penderita penyakit tersebut dan orang yang tidak kasmaran atau mengalami OCD itu. Ia menemukan bahwa kadar serotonin pada orang yang jatuh cinta dan penderita OCD turun hingga 40 persen di bawah normal.

Dengan kata lain, orang yang jatuh cinta memiliki gejala yang sama dengan OCD. Walaupun tidak dikatakan secara eksplisit, tetapi tersimpulkan dari riset ini bahwa orang yang sedang jatuh cinta menjadi sangat tidak rasional dan kehilangan nalar yang kritis, seperti halnya penderita gangguan jiwa. Masuk akal jika ada kisah seperti Julius Caesar yang ketika jatuh cinta kepada Cleopatra mengabaikan banyak masalah negara dan politik.

Namun, setelah kita tahu gambaran cinta di atas, ada satu hal yang mesti diingat bahwa cinta akan diuji oleh waktu. Semua orang mendambakan cinta yang terjalin akan indah dan berseri sepanjang masa. Namun kehangatan api cinta bisa padam, keindahan pesona cinta bisa memudar dan hilang. Diperlukan pemahaman dan usaha untuk menyalakan api cinta dan mempertahankan keindahan cinta.

Setelah cinta itu terjalin hanya satu kata yang diperlukan untuk melanggengkannya, yaitu saling setia. Kata itu mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Karena ini berkaitan dengan waktu. Seiring berjalannya waktu maka godaan demi godaaan akan menguji kesetiaan. Tapi dalam keadaan apapun kesetiaan harus tetap dijaga, sebab tidak mungkin mempertahankan cinta tanpa kesetiaan. Manusiawi sekali kalau sewaktu-waktu kamu mengagumi dan menyukai orang lain yang sangat menarik, namun kesetiaan akan mencegah kamu mengkhianati orang yang anda cintai dengan cara apapun. Kesetiaan juga akan diuji oleh situasi dan kondisi yang buruk. Kesetiaan akan memilih untuk tetap mencintainya ketika dia sakit, ketika dia tidak berdaya, atau ketika dia tidak menarik lagi secara fisik.

Terlebih-lebih lagi setelah dua insan yang saling mencintai itu sudah menikah. Mereka sudah diikat dengan janji setia dengan disaksikan banyak orang. Jadi, setelah ijab-kabul diikrarkan, dua insan yang sudah terikat janji suci perkawinan itu akan membentangkan layar pertanda biduk rumah tangga mulai mengarungi lautan kehidupan. Setelah itu, cinta akan terlihat secara jujur, karena tidak ada tabir pembatas lagi bagi sepasang suami-istri dalam berinteraksi.

Dalam perkawinanlah cinta akan diuji seiring dengan berbagai ujian kehidupan rumah tangga, seiring pengetahuan akan kelebihan dan kekurangan pasangan, yang mungkin jauh dari harapan awal sebelum menikah. Maka dapatlah kita katakan bahwa orang yang setia sesungguhnya adalah orang yang begitu berkarakter.

Kesetiaan dalam relasi suami isteri mengandung pengertian saling memiliki satu sama lain, tanpa terbagi dengan orang lain. Dengan demikian kesetiaan sejati mengandung pengertian, baik suami atau isteri, tidak membagi emosi, apalagi fisiknya kepada orang lain. Dalam hidup perkawinan, kesetiaan sesuatu yang sangat penting bahkan mutlak, bagi isteri maupun suami.

Kesetiaan itu melepaskan diri dari sifaf egoisme dan melebur pada komitmennya masing-masing. Kesetiaan itu juga membuat kita berani melakukan hal-hal yang besar, yang kadang oleh diri kita sendiri merasa tidak mampu. Maka, tidaklah berlebihan jika kita katakan bahwa buah dari kesetiaan adalah kesuksesan, dapat memperkaya diri, dan yang pasti akan mendatangkan rahmat. Mencapai kesuksesan dengan memegang kesetiaan memang tidak mudah. Hal itu membutuhkan pengorbanan entah itu harta maupun waktu dan tenaga yang harus kita bayar untuk mempraktikkannya. Ia harus dibayar mahal. Karena kita tahu bahwa menerima hal-hal yang kurang baik itu gampang tapi untuk menerima dan menjalankan hal-hal yang baik itu sulit. Hal itu senada dengan kalimat yang pernah saya dengar ini, “Jika kesetiaan dan ketulusan berjalan beriringan maka kesuksesan akan menanti di ujung jalan. Berbahagialah orang yang mendapatkan orang yang setia.”

Selain setia pada pasangan kita, ada satu kata kunci lagi, yaitu pengorbanan. Seorang Ayah mesti berkorban untuk atau demi sesuatu yang dia cintai, istri dan anaknya. Dia akan rela bekerja tak kenal lelah mencari nafkah demi istri dan anaknya. Dia keluar memeras keringat, banting tulang. Itulah pengrobanan. Hal yang nyata juga pada para TKI. Mereka pergi ke luar negeri, meninggalkan keluarga, kerabat dan kampung halaman, hanya untuk suatu pengorbanan. Sungguh banyak lagi kisah-kisah yang bisa kita jadikan contoh perihal pengorbanan ini.
* * *

Cinta adalah bagian dari emosi yang semua manusia normal mengalaminya. Cinta adalah kebutuhan yang mesti dipenuhi. Oleh karena itu, Abraham Maslow memasukkan cinta ke dalam hirarki kebutuhan manusia. Maslow juga mengatakan jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka anda akan merasakan kesepian yang begitu mendalam.
Cinta sendiri ada tiga macam istilah yang masing-masingnya mempunyai kecenderungan berbeda-beda.

Pertama, Eros, asal kata ini adalah dari dewa mitologi Yunani, bernama Eros, nama dewa cinta. Cina eros adalah cinta manusia semata, yang diinspirasi oleh sesuatu yang menarik dalam objeknya. Eros merupakan cinta yang tumbuh dari seseorang kepada yang lain. Misalkan, si A suka sama si B karena si B cantik. Faktor yang berperan dalam cinta ini lebih disebabkan pada yang berhubungan dengan fisik, sebagaimana dalam bahasa Inggrisnya “erotic”.

Kedua, Philia, setingkat lebih tinggi dari eros, berhubungan dengan jiwa ketimbang fisik. Misalnya, cinta antar sahabat. Cinta ini juga menyentuh kepribadian manusia—intelektual, emosi, dan kehendak, melibatkan saling berbagi. Philia ini cinta yang tumbuh dari perhatian dan kebersamaan. Ada sedikit unsur eros dalam philia. Kita memilih teman karena kesenangan yang bisa kita dapatkan dari mereka. Ada kualitas pribadi dalam mereka yang kita hargai, kepintaran dan ketertarikan budaya, dan ekspresi diri yang saling memuaskan.

Ketiga, Agape. Ini adalah kasih Tuhan, kasih yang tidak mencari kesenangan sendiri, tapi senang memberi tanpa menuntut balas. Misalnya cinta seorang ibu terhadap anaknya.

Terkait dengan ketiga macam cinta di atas, di bawah ini terdapat cerita tentang cinta yang saya kutip dari Arvan Pradiansyah, motivator ternama. Silakan anda menebak cinta apa yang pantas untuk disandang pelaku dalam kisah di bawah ini.
“Kisah ini tentang seorang anak SD yang miskin bernama Joni yang hanya memiliki seorang sahabat di kelasnya. Joni sering diejek dan dihina teman-temannya. Suatu ketika menjelang ulang tahun Joni, sahabatnya membayangkan betapa hari itu akan merupakan hari yang paling menyedihkan bagi Joni. Betapa tidak, tak ada orang yang akan mengucapkan selamat ulang tahun. Tak ada kue ulang tahun, tak ada hadiah, tak ada yang peduli. Karena itu, si sahabat menceritakan hal ini kepada ibunya dengan harapan sang ibu dapat menolongnya. Dan di hari berbahagia itu, sang ibu membuat kejutan. Ia muncul di pintu kelas anaknya sambil membawakan kue dengan lilin yang menyala, menyanyikan lagu ulang tahun kemudian menyalami Joni yang hanya tertegun meneteskan air mata menyaksikan kejutan tersebut. Berpuluh tahun kemudian peristiwa ini dikenang sahabatnya sebagai salah satu peristiwa yang paling indah dalam hidupnya. Ia mengatakan, ”Aku hampir tak bisa mengingat lagi nama teman-temanku yang ikut merayakan ulang tahun itu. Aku pun tak tahu lagi di mana Joni sekarang berada. Tapi setiap kali aku mendengar lagu yang sangat kukenal itu, aku ingat hari itu, saat nada-nadanya berbunyi sangat indah: di dalam suara Mama yang lembut, cahaya dalam mata seorang anak laki-laki dan kue yang paling manis.

1 komentar:

rosesatellite mengatakan...

salam.. hanya tertarik dengan perbincagan anda mengenai CINTA. hasil kajian saya sendiri atas pengalaman dan sekian ramai wanita dan lelaki yang bermasalah dengan CINTA akhirnya saya dapati CINTA hanya sebuah EMOSI yang paling hebat dalam diri manusia. LEDAKKAN EMOSI CINTA yang seringkali dialamai oleh seseorang. kerana itulah bagi pasangan yang sudah jemu antara satu sama lain seringkali tersilap apabila mengungkapkan 'SAYA SUDAH TIDAK PUNYA RASA CINTA TERHADAP DIA LAGI' .padahal sekiranya dia tahu caranya dia boleh memanggil kembali memori CINTA nya yang lalu dan disegarkan semula dan dia akan BERCINTA lagi dengan orang yang sama persis bagai dulu.Saya sudah menguji ke atas diri saya apabila ujian dari Allah menimpa ke atas saya sehingga CINTA hilang dari hati tetapi ianya bukan lah benar hanya kita terlalu egois dan meletakkan seribu macam syarat sehingga CINTA tidak bisa diledakkan semula di dalam hati kita.Cubalah bervisualisasi dengan penuh perasaan kenangkan semula saat-saat penuh cinta anda dengan pasangan anda dan rasakan sehingga ia benar-benar membangunkan DEBARAN CINTA dijantung anda dan kemudian lihatlah wajah pasangan anda genggamlah tangannya erat-erat tentu anda mengakui kata-kata saya. dan yang paling penting KEKUATAN CINTA ini terletak kepada sejauh mana KEIKHLASAN anda dalam BERCINTA. yang paling utuh apabila anda menCINTA kerana ALLAH SWT. PERCAYALAH...cinta hanya sebuah emosi yang datang dan pergi.jangan kecewa kehilangan cinta jangan terlalu gembira memiliknya ia bukan mutlak.maaf terlalu panjang (rosesatellite@yahoo.com)