Senin, 11 Agustus 2008

Keseimbangan Hidup

Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia, tampak sedih. Tanpa jari-jari yang lengkap, tentu, ia tak bisa lagi berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi hutan. Karena terburu-buru, ia melupakan, ada satu jari-jari yang jatuh dan terlepas. Kini sang roda pun bingung. Kemanakah hendak dicari satu bagian tubuhnya itu?

Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah di tinggalkannya. Perlahan, ditapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu diperhatikannya dengan seksama. Setiap benda diamati, dan dicermati, berharap, akan ditemukannya jari-jari yang hilang itu.
Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam. Hei….semuanya tampak lain. Ya, sewaktu sang roda melintasi jalan itu dengan laju yang kencang, semua hal tadi cuma berbentuk titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak istimewa. Namun kini, semuanya tampak lebih indah.
Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya.
Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya, lebih terasa menyegarkan. Kuntum-kuntum yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat.
Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya. Kini, semut dan serangga kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap-sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang ditabuh. Mereka saling menyapa. Dan, serangga itu pun memberikan salam, dan doa pada sang Roda.
Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika dilihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu yang kerap mampir di tubuh sang Roda. Semua batu dan pualam, membuka jalan, memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah lama berjalan, akhirnya, ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda pun senang. Dan ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang dalam melakukan tugasnya.
* * *
Hidup seringkali berlaku seperti roda-roda yang berjalan terlalu kencang. Kita sering melupakan, ada saat-saat indah, yang terlewat di setiap kesempatan. Ada banyak hal-hal kecil, yang sebetulnya menyenangkan, namun kita lewatkan karena terburu-buru dan tergesa-gesa. Hati kita, kadang terlalu penuh dengan target-target, yang membuat kita hidup dalam kebimbangan dan ketergesaan. Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam keadaan panik, dan lupa, bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu ditekuni. Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut dan pualam, kita pun sebenarnya sedang terlupa pada hal-hal itu.
Coba kita susuri kembali jalan-jalan kita. Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang pernah kita lewati. Adakah kebahagiaan yang terlupakan? Adakah keindahan yang tersembunyi dan yang tidak kita nikmati? Kenanglah ingatan-ingatan lalu. Susuri dengan perlahan. Temukan keindahan hidup itu!
Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil.
Biarlah hasil itu Tuhan yang menetapkan, tapi bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dari apa pun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah Tuhan.
Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari Yang Maha Pengatur alam semesta dan semua pasti mendapatkannya.
Jadi, sekali lagi sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Yang bernilai dalam hidup ini adalah proses dan bukan hasil.
Nikmatilah proses amal yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan. Hayatilah dan resapilah dengan sebaik-baiknya selangkah demi selangkah, setahap demi setahap.
Ternyata rasa syukur atas prestasi kita itu harus kita ekspresikan sehingga kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita ikut merasakan kebahagiaannya.
Banyak cara mengekspresikan syukur kita: 1) Bersyukur pada Tuhan atas karunia yang dilimpahkan kepada kita, 2) Rayakan untuk diri sendiri, tersenyumlah. 3) Tuliskan keberhasilan-keberhasilan kita walaupun itu hanya sebuah prestasi kecil. 4) Ceritakan pada orang-orang di sekitar kita—keluarga, saudara-saudara, tetangga, kawan karib, dan seterusnya—tentang karunia Tuhan padamu, agar mereka ikut merasakan kebahagiaannya. Tapi, mesti dikontrol agar jangan sampai kita menjadi sombong.
Mendapatkan apa yang kita harapkan memang sangat menyenangkan, dan terasa nikmat. Oleh karena itu keberhasilan itu sejatinya harus menghargai pada sebuah proses. Takkan ada keberhasilan tanpa ada proses, tanpa ada usaha. Bahkan jika kita sadari porsi proses sesungguhnya lebih banyak daripada porsi keberhasilan itu sendiri. Maka, tak ada kata lain untuk menikmati proses itu sendiri daripada keberhasilannya.
Ada seorang pendaki gunung mengatakan bahwa dia ingin kembali mendaki Gunung Ciremai, karena dia menikmati proses perjuangan (dengan segala penderitaannya) dalam perjalanan menuju puncak Gunung tersebut selama kurang lebih 10 jam mendaki, ditambah 9 jam turun gunung. Perasaan nikmat itu melebihi daripada menikmati keberhasilan berada di puncak gunung yang hanya setengah jam saja. Sungguh luar biasa bagi orang yang mampu menikmati proses perjuangannya.
Tak pelak lagi bahwa menikmati proses perjuangan harus dinikmati daripada menikmati hasil. Oleh karena itu mari kita nikmati proses, “proses perjuangan menuju keberhasilan”, lebih daripada menikmati “keberhasilan” itu sendiri. Apa pun kondisi Anda saat ini, hidup anda akan terasa lebih nikmat kalau Anda menikmati proses perjuangan Anda.
Tujuan dalam hidup memang sebuah titik penting untuk dicapai. Tapi terpancang pada hasil justru membuat kita mengabaikan proses. Mengimpikan apa yang jadi tujuan Anda hanya akan membuat impian itu ada diawang-awang. Tapi hanya bertindak selangkah demi selangkah yang akan membawa Anda mendekati apa yang ingin Anda capai.
Oleh karena itu, siapa yang ingin menikmati hidup ini dengan indah maka harus selalu berpikir tenang dan jauh dari stres karena itu yang akan membuat kita tidak bisa menikmati hidup. Banyak akitivitas yang kita lakukan tanpa mengenal batas waktu sehingga kita lupa untuk apa kita hidup.
Selain menikmati proses, satu hal lagi yang tak boleh dilupakan adalah keseimbangan hidup. Keseimbangan dalam beraktivitas sangat penting dalam hidup kehidupan.
Ada seorang bapak membawa mobil kijang tuanya ke sebuah bengkel, disebabkan ada beberapa hal yang ingin diperbaiki. Petugas bengkel pun menawarkan, “Enggak sekalian di-balancing aja Pak biar enak larinya, tidak enggak goyang-goyang?” Petugas bengkel itu benar ketika mobil sudah sering tak stabil, balancing jadi solusi. Balancing memang dianggap bisa membantu agar beban roda jadi lebih rata, sehingga lari kendaraan lebih nyaman.
Mengingat kejadian sederhana seputar urusan bengkel mobil, sejenak bapak itu terdiam, terutama saat ingatan itu melayang dan singgah pada isu seputar dinamika kehidupan secara umum. Kisah di bengkel tadi menguatkan semangatnya untuk serius melakoni life balancing tersebut.
Kalau mobil saja butuh di-balancing, maka kehidupan kita pasti jauh lebih mahal dan bermakna, sehingga tentu butuh perhatian yang juga lebih. Konsekwensinya, hidup kita tentu juga sangat butuh untuk dibuat seimbang.
Bapak tersebut kemudian mendaftar beberapa pertanyaan terkait keseimbangan itu. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain :
1. Sungguhkah kita sudah merasa bahagia?
2. Puaskah kita dengan cara kita membagi waktu selama ini?
3. Apakah setiap aspek dalam kehidupan kita sudah diperlakukan secara adil?
4. Apa yang sesungguhnya benar-benar kita inginkan?
5. Area apa saja yang belum kita perhatikan secara seksama?
6. Apa saja yang bisa dilakukan dengan segera guna mengejar yang sungguh kita mau?
Pertanyaan di atas sudah sepantasnya diajukan kepada diri kita, karena bahwa bagi siapa pun betapa keseimbangan adalah soal yang sungguh penting. Dalam tulisannya, Vadim Kotelnikov pernah berujar, "Balance is about how you live your life and manage your business and people. Finding the right balance in your body, your mind, your life, and your business will help you refine your goals and hasten you towards them. It will lead to on your journey to improved health, spirit, and well-being".
Hal senada juga diungkapkan oleh Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet, prihal keseimbangan ini, “A balance d and skillful approach to life, taking care to avoid extremes, becomes a very important factor in conducting one's everyday existence”.
Salah satu tanda hidup yang tak seimbang adalah ketika seseorang mulai tampak sangat pasif dalam menjalani hidup, atau dapat juga ketika seseorang hanya memikirkan pada satu sisi saja. Pekerjaannya saja, misalnya. Mereka seakan tak memiliki kendala, sementara potensi dan kapasitas besar ada pada diri mereka. Tingkah laku kita yang pasif sesungguhnya dikarenakan keyakinan/kepercayaan yang kita pegang. Karenanya untuk merubah perilaku kita, pertama kali kita harus mengubah dulu pikiran-pikiran kita. Lalu apa yang harus dilakukan agar bisa lebih sistematis mengejar keseimbangan yang kita mau?
Hidup yang seimbang bisa berarti hidup yang mempertimbangkan sebanyak mungkin peran dan aspek kehidupan kita, yang kesemuanya direkatkan dalam sebuah gambar besar tentang jenis akhir hidup yang kita damba. Di bawah ini ada beberapa aspek yang patut kita tinjau agar kita mendapatkan keseimbangan hidup:

1. career - terkait dengan pekerjaan
2. learning - terkait dengan pengembangan diri
3. spiritual - terkait dengan hubungan dengan Sang Pencipta
4. communities - tentang kontribusi terhadap lingkungan
5. phyisical - tentang kesehatan
6. family - tentang kesejahteraan keluarga
7. financial - seputar keuangan
Jika ketujuh aspek di atas itu kita praktikan dengan baik, maka saya jamin hidup kita akan seimbang. Tapi jika ada salah satu aspek saja kita abaikan, maka kemungkinan besar kita akan mengalami ketidakseimbangan hidup. Kita jangan sampai terjebak pada anggapan bahwa salah satu dari tujuh itu yang baik, sedang yang lain tidak, lebih berharga, lebih kuat, dan berbagai macam "lebih" lainnya, sehingga pantas untuk dikejar, dicapai agar hidupnya bisa lebih baik dari saat ini. Jika itu benar-benar terjadi saya pun menjamin kita akan mengalami ketidakseimbangan itu.
Hiduplah dan fokuslah pada saat ini. Jangan terlalu memfokuskan pada apa yang ingin kita capai di masa datang yang belum tentu terjadi, karena itu akan menghilangkan kesadaran atas apa, dimana, serta kapan kita berada. Sehingga apa yang saat ini kita miliki atau kita dapat tidak terasa, hidup kita jadi tidak seimbang.
Terakhir, saya hendak menceritakan tentang betapa pentingnya menjaga keseimbangan hidup dengan melihat ketujuh aspek di atas.
Ada sepasang orangtua yang sedang berada dalam suatu acara. Tiba-tiba datang telepon dari kepolisian yang mengabarkan bahwa anak tunggal mereka saat ini berada di rumah sakit, sekarat karena diserang perampok saat berada di rumah sendirian. Orangtua ini langsung meninggalkan acara dan berangkat ke rumah sakit. Tapi sayang, sampai di sana mereka sudah terlambat. Si anak sudah ‘pergi’. Anda bisa bayangkan kondisi mereka. Anak tunggal yang untuk mendapatkannya mereka harus menunggu hampir 10 tahun meninggal karena dibunuh orang. Sedih? Pasti. Kehilangan? Tentu saja. Marah? Tentunya. Dendam? Ternyata tidak.
Beberapa hari kemudian mereka kembali ditelepon pihak kepolisian yang mengabarkan bahwa si perampok sudah ditangkap dan saat ini ada di kantor polisi menunggu sidang pengadilan. Mereka langsung minta kepada polisi apakah mereka diijinkan untuk menemui sang pembunuh anak mereka itu. Saat itu semua orang berpikir bahwa orangtua ini pasti akan memaki-maki dan menyumpah-nyumpah orang tersebut. Namun saat mereka tiba di kantor polisi, apa yang terjadi? Mereka menemui si pembunuh. Sementara orang itu menangis sambil menyembah-nyembah mereka minta ampun, sepasang orangtua itu justru mengangkatnya dan memeluknya sambil mengatakan bahwa mereka memaafkan kejadian beberapa hari yang lalu. Dan mereka berharap orang tersebut dapat bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya.
Mereka dengan tulusnya memberi maaf bagi orang yang telah membunuh satu-satunya anak mereka. Dan ketulusan itu memberikan mereka keseimbangan dalam hidup. Wajah mereka tetap cerah. Hidup mereka kembali normal. Dan kuncinya adalah memaafkan.
Keseimbangan dalam hidup memang sudah seharusnya diciptakan, baik dalam hal kebutuhan yang bersifat jasmani maupun rohani. Kita akan kehilangan arah hidup jika hanya mengutamakan hal-hal yang bersifat keduniawian dan tidak pernah melakukan hal yang bermakna bagi orang lain.

Tidak ada komentar: