Sabtu, 09 Agustus 2008

Perempuan di Sekeliling Nabi

Ketika kita berbicara mengenai perempuan di sekeliling Nabi SAW, maka Khadijah adalah perempuan pertama yang kita sebut. Peranannya dalam kehidupan Nabi begitu besar. Ia seorang pedagang sukses yang janda dan menjadi seorang ibu dari beberapa anaknya. Bertambah pula anaknya saat ia menikah dengan Nabi SAW. Sewaktu Nabi mendapat wahyu pertama, Khadijah adalah seorang yang meyakinkannya bahwa itu bukanlah berasal dari setan, melainkan wahyu dari Tuhan. Pengalaman pertama mendapat wahyu, Nabi bukan main takut dan menggigil hebat tubuhnya.

Maka, Khadijahlah yang menentramkannya dan mendukung sepenuhnya. Oleh karena itu ia dijuluki sebagai khair an-nisa (sebaik-baik perempuan) oleh kaum muslimin. Nabi SAW. dan Khadijah melewati hidupnya bersama-sama lebih dari seperempat abad, perjuangan Nabi selalu disokongnya. Oleh karena itu, saat kematiannya, Nabi begitu sedih bukan main. Hidupnya terasa hampa. Dan untunglah Allah selalu membimbingnya lewat wahyu.
Istri-istri Nabi setelah Khadijah juga diberi gelar dengan gelar ibu kaum beriman, mereka diperintahkan untuk “menutupi perhiasann mereka”, sebagaimana direkam dalam Alquran surat 24 ayat 30, dengan tujuan (pada awalnya) untuk membedakan mereka sebagai perempuan-perempuan terhormat, dari perempuan-perempuan kelas rendah yang berpakaian lebih terbuka. Di antara istri-istri Nabi, Aisyah adalah yang paling muda dan tidak janda. Istri-istri lainnya adalah para janda yang ditinggal mati suami atau yang diceraikan, bahkan sebagian adalah bekas budak. Pada masa itu, kaum perempuan terlibat dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Mereka begitu terbuka pada Nabi setiap kali ada permasalahan yang dirasa merugikan mereka atau dirasa janggal. Aisyah mempunyai peran yang besar dalam hal ini jika dibandingkan dengan lainnya, karena ia cerdas dan muda. Ia dapat merekam kepribadian Nabi SAW dengan baik. Karena itulah, ia menjadi tempat bertanya (dan mengadu) para kaum perempuan setiap kali ada permasalahan, terutama setelah Nabi wafat. Bahkan bukan hanya dengan para kaum perempuann, tapi ia juga biasa membahas berbagai masalah dengan para sahabat nabi, kecerdasan dan kecantikannya serta selalu menggembirakan hatinya, Nabi Saw.memberi julukan dengan Humaira (yang kemerah-merahan).
Masa Nabi adalah masa revolusi bagi peranan perempuan. Salah satunya adalah menghapus tradisi bahwa melahirkan anak perempuan adalah tercela, memalukan dan membawa sial. Allah mengaruniai Nabi dengan empat orang anak perempuan. Namun tiga dari 4 anak perempuan Nabi SAW itu meninggal semasa hidupnya yaitu: Zainab, Ruqoyyah, dan Ummu Kultsum. Hanya Fatimah, satu-satunya yang hidup lebih lama, bahkan melebihi ayahnya sendiri. Ia menikah dengan Ali bin Abi Thalib, kemuliaan dirinya begitu dihargai oleh kaum muslim, karenanya ia mendapat berbagai julukan yang disandangkan pada dirinya, seperti Zahra yang cemerlang; Batul, perawan; Kaniz, gadis, dan lain-lainnya.
Annemarie Schimmel menyebutkan bahwa saking hormatnya pada Fatimah, di abad pertengahan ada sebuah mazhab yang menyerahkan seluruh kekayaan keluarga kepada anak-anak perempuan mereka sebagai warisan. Dan semua itu dilakukan sebagai penghormatan untuk Fatimah (1998: hlm. 64). Fatimah pun, mewarisi julukan yang disandang ibunya, Khadijah yaitu Khair an-nisa (wanita terbaik). Hal itu dapat kita lihat dari puisi Sana’i (w. 113) yang berbunyi:
Dunia ini penuh dengan kaum perempuan
Namun di manakah ada seorang perempuan seperti Fatimah,
Perempuan yang paling baik?
Keturunan Nabi selanjutnya yang perempuan adalah Sayyidah Nafisah. Ia adalah buyut Nabi yang menikah dengan putra Ja’far Ash-Shadiq. Ia menetap di Mesir dan mendalami tasawuf. Ibnu Khalikan meriwayatkan bahwa imam Syafi’i pernah membaca do’a bersamanya. Berbagai karomah selalu menyertai dirinya. Ada sebuah cerita, air yang telah digunakan untuk berwudlu dapat menyembuhkan seorang perempuan Yahudi yang lumpuh. Makamnya setelah ia meninggal dibuat besar dan indah di Mesir. Dan pada periode Mamluk, para Sultan sering merayakan hari kelahirannya secara besar-besarann dari dalam benteng Kairo.
Dalam tulisan selanjutnya kita akan melihat perempuan yang lainnya yang pernah ada dalam sejarah Islam.

Tidak ada komentar: