Jumat, 08 Agustus 2008

Cita-Cita

Salah satu yang dapat membuat hidup kita bergairah adalah karena adanya cita-cita. Namun, cita-cita hanya akan menjadi angan-angan jika tanpa ada usaha untuk mendapatkannya. Untuk itu cita-cita harus disertai dengan keteguhan hati untuk mencapainya. Cita-cita yang luhur harus menjunjung tinggi nilai hidup manusia dan kebahagiaan orang lain. Cita-cita itu juga harus mengangkat derajat orang-orang yang tertindas, menyemangati yang sedang berkecil hati.

Ya, dalam membuat cita-cita yang ideal kita tidak hanya memikirkan hasil untuk diri sendiri, tapi cita-cita itu harus menemukan kebutuhan besar umat manusia: Temukanlah jawaban untuk memenuhinya, dan jangan ragu untuk menjawab kebutuhan itu dengan melayani mereka yang membutuhkan.
Oleh karena itu, membangun cita-cita harus universal dan sepenuh hati. Carlyle, motivator Barat, mengatakan, “Orang yang setengah-setengah akan berjalan bolak-balik ke depan dan ke belakang, dan tidak akan melaju di jalan yang halus sekalipun, tetapi orang yang bersungguh-sungguh dan kuat tekadnya akan terus maju meskipun di atas jalan yang paling kasar, dan akan mencapai cita-citanya, bila ada nilai sekecil apa pun di sana. Seseorang tanpa cita-cita ibarat kapal baling-baling—hampa, tersesat, dan tidak berarti. Milikilah cita-cita dalam hidup, dan setelah itu curahkanlah kekuatan dan pikiran anda sepenuhnya dalam upaya anda, seperti yang telah dikaruniakan Tuhan kepada anda.”
Orang yang bersungguh-sungguh dalam bercita-cita tidak akan duduk diam dan bertopang dagu menunggu dewi fortuna muncul, namun dia akan mengambil setiap kesempatan yang ada dan menggunakan kesempatan tersebut untuk mendekati cita-citanya. Ya, dengan cara itulah cita-cita akan tercapai. Ben Sweetland dalam bukunya I Will mengatakan, “Bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan; yakinlah bahwa anda dapat mencapainya, dengan semangat ‘saya bisa’ buatlah asumsi dasar yang masih perlu direalisasikan dan ambillah langkah-langkah yang perlu untuk mewujudkan rencana anda”. Benar sekali apa yang dikatakan Ben bahwa kita harus membuat langkah-langkahnya untuk mewujudkan impian atau cita-cita tersebut.
Percaya atau tidak, impian yang terus menerus dihidupi akan menjadi kenyataan. Impian atau cita-cita itu ibarat tanaman. Tanaman itu akan tumbuh, terus dan terus hingga mencapai buahnya jika kita menyiramnya dengan rutin setiap hari, memberi pupuk dengan rutin dan lain sebagainya. Hal ini berlaku juga dengan impian.
Mack R. Douglas menganggap cita-cita adalah perlengkapan kita menuju sukses. Cita-cita adalah alat kita. Cita-cita akan menuruti segala kehendak kita seperti budak kepada tuannya, tetapi betapa hebatnya budak dan hamba ini bila kita dapat mengendalikannya. Belajarlah mengendalikan cita-cita anda. Jadikanlah dia suatu alat bantu yang mengagumkan.
Sastrawan Rusia, Albert Camus mengilustrasikan ketika seseorang tak bisa mengendalikan hidupnya. Ia bercerita tentang seorang pemuda yang meninggalkan rumah selama 25 tahun. Dia menikah, menjadi kaya dan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk mengunjungi ibu dan saudara perempuannya. Dia datang diam-diam tanpa pemberitahuan, dan tiba di rumah penginapan yang dikelola oleh ibu dan saudara perempuannya. Mereka sama sekali tidak mengenalinya lagi, dan dengan maksud melucu dia tetap tidak menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Saat hendak istirahat malam, dia tetap berlagak sebagai pengunjung biasa. Namun pada malam itu, ibu dan saudara perempuannya merampok pemuda tersebut, membunuhnya, dan membuang jasadnya ke kali. Ternyata, ibu dan anak perempuan itu selama bertahun-tahun memang sering membunuh tamu-tamu hotel. Bagi mereka pemuda itu tidak ada bedanya dengan tamu lain. Ketika istri pemuda itu datang ke penginapan tersebut untuk mencari suaminya, dia menceritakan keadaan yang sebenarnya. Ibu dan anak perempuannya terkejut dan merasa sangat bersalah, sehingga keduanya melakukan bunuh diri.
* * *
Tak dapat disangkal jika sebuah cita-cita telah tercapai maka ia mengharapkan pengakuan dan penghargaan. Padahal kalau kita tulus atas cita-cita kita yang terhormat, hal itu sesungguhnya tidak perlu. Bertand Russel mengatakan bahwa mereka yang hidup dengan tulus, jujur, dan mulia, meskipun hidupnya tersembunyi, tidak perlu khawatir bahwa hidupnya akan sia-sia. Seberkas sinar akan memancar dari hidupnya, sinar yang akan menunjukkan jalan bagi sesamanya, teman-temannya, mungkin dalam jangka waktu yang panjang di masa mendatang. Saya melihat bahwa saat ini banyak orang tertekan oleh rasa tak berdaya, dan perasaan bahwa dalam kemajuan pesat masyarakat modern, tidak akan ada hal penting yang dapat dikerjakannya. Kebaikan itu akan tetap bersinar di mana pun ia berada.
Menikmati perjalanan menuju cita-cita haruslah benar-benar dilakoni. Karena tidak mustahil saat kita mendapatkan duri-duri dalam meraih cita-cita kita telah tertusuk olehnya dan berhenti di situ. Kita meringis dan tak kuat untuk melangkah lagi. Orang yang teguh dalam meraih cita-citanya akan kuat atas rintangan-rintangan yang tengah menghadangnya. Ia tidak terjun dari jembatan. Ia tidak akan pasrah pada keadaan.
Ada seorang suami kehilangan uang jutaan rupiah. Dan dia menyadari bahwa kehilangan uang hanyalah halangan sementara menuju sukses. Padahal waktu itu adalah masa-masa paceklik di negerinya. Ia lalu bicara pada istrinya dan berkata, “Sayang, hari ini kita telah merugi jutaan rupiah.” Bayangkanlah betapa banyak orang akan kaget bila kehilangan seluruh milik mereka. Namun, ternyata si istri mempunyai keteguhan hati dan kerohanian yang mendalam. Dia tersenyum pada sang suami dan berkata: “Janganlah sedih sayang, semua itu hanya uang.” Dan itulah kali terakhir mereka membicarakan soal tersebut. Mereka pun bersinergi kembali menjalani hari-harinya menuju kesuksesan.
Adapun bahan bakar atau bekal dalam meraih cita-cita adalah energi, yaitu energi untuk menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki. Bahkan energilah yang dapat menentukan kuat tidaknya seseorang melangkah menuju kesuksesannya. Sir Thomas Buxton mengatakan, “Bahwa semakin lama saya hidup, semakin yakin saya bahwa perbedaan besar antara manusia, antara yang lemah dan yang kuat, yang besar dan yang tidak berarti, terletak pada energinya, yakni suatu ketegaran cita-cita yang pantang mundur, sekali ditetapkan lalu menang atau mati. Kualitas ini akan mampu mengerjakan apa saja yang dapat dikerjakan di dunia ini; dan tanpa hal itu mustahil bahwa keadaan, bakat, dan kesempatan apa pun juga mampu menjadikan makhluk berkaki dua ini manusia.”
Sebuah buku berjudul The Power Within You yang ditulis oleh Claude M. Bristol dan Harold Sherman, mengutip pepatah kuno yang berbunyi, “Lihatlah ke dalam. Di dalam ada mata air kebaikan dan biarkan dia menggelegak ke permukaan bila anda gali.” Sekarang ketika anda berpikir dalam gambaran pikiran, bayangkanlah diri anda menjadi apa yang anda mau, menyelesaikan hal-hal yang anda inginkan dan mencapai cita-cita yang telah anda tetapkan sendiri. Anda pasti akan melihat gambaran paling luar biasa yang pernah anda bayangkan. Dari sana anda akan mendapatkan kekuatan, pengetahuan, dan tenaga untuk merampungkannya karena anda telah membayangkan hal itu sebagai gambaran yang hidup. Maka, secara tidak langsung gambaran yang dirasakan itu berubah menjadi sebuah bahan bakar yang mampu menggerakkan kita menuju cita-cita (bayangan) itu.
Gambaran ini terpola dalam benak anda. Seperti sebuah televisi dalam pikiran anda. Anda akan lihat diri anda mampu mencapai apa yang anda inginkan. Pada saat anda menetapkan cita-cita yang dinamis dan mulai berjuang mencapai cita-cita yang luhur dan menantang, itu berarti bahwa saat itu juga anda sukses; karena sering kali upaya untuk mencapai, menyelesaikan, mewujudkan, dan perjalanan menuju cita-cita itu sendiri lebih besar maknanya daripada tercapainya cita-cita.
Indikasi dari hal di atas adalah anda akan menjadi orang yang dinamis, pantang mundur, dan tidak ada yang mampu menghentikan anda. Mack R. Douglas dalam bukunya How to make a Habit of Succeeding mengatakan bahwa kebajikan memerlukan usaha, manakala Tuhan menginginkan bunga karang dan tiram-tiram maka Tuhan menciptakan mereka dan menaruh yang satu dilumpur dan yang lain di batu. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan tidak menjadikannya seperti bunga karang dan tiram; Dia menciptakannya dengan dua kaki dan tangan, kepala dan hati, serta darah yang menghidupkan, dan juga tempat untuk menggunakan semua itu, dan Dia berkata kepada makhluk ciptaan-Nya itu, “Pergilah bekerja!”

1 komentar:

Johanes mengatakan...

Bang, sedikit koreksi

Setahu saya Albert Camus itu orang Perancis-Aljazair, bukan orang Rusia seperti yang anda katakan...