Ada dua garis besar tentang arti feminisme. Pertama, feminisme memuliakan perempuan. Perempuan dianggap sebagai manusia yang penting dan bernilai. Kedua, feminisme mengakui perlunya perubahan sosial jika perempuan berkehendak untuk menikmati kehidupan yang tentram dan bahagia (Rodha Unger dan Mary Crawford, 1992: 6 – 7). Untuk menjadi seorang feminis bukanlah bagi kaum perempuan saja, laki-laki pun bisa, asalkan laki-laki menilai bahwa perempuan sebagai manusia yang berharga dan berjuang untuk menyuarakan kebenaran dan diskriminasi karena jenis kelamin.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998:270), paling tidak ada dua rukun dari keyakinan kaum feminis. Rukun pertama, perempuan itu mulia dan harus dimuliakan. Rukun kedua, kita perlu mengubah masyarakat untuk membela kaum perempuan.
Lantas bagaimana dengan Islam, apakah Islam pro feminisme?
Sebagaimana telah disinggung di bagian pertama dalam buku ini, bahwa terdapat beberapa ayat Alquran yang sebenarnya pro feminisme. Misalnya, seseorang untuk memperoleh derajat yang tinggi Allah tidak melihat jenis kelaminnya. Pokoknya siapa saja yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, akan memperoleh pahala yang sama di sisi Allah. Hal itu disebutkan dalam Alquran surat al-Isra ayat 70. belum lagi kisah-kisah yang menceritakan peranan perempuan seperti Maryam (perempuan suci), Zulaikha dan lain-lain. Bahkan demi penghargaan dalam pro feminisme, ada surat yang diberi nama An-Nisa yang artinya sang perempuan.
Sedang dalam Hadis tak kalah banyaknya redaksi Hadis Nabi yang pro feminisme. Beberapa Hadis saya kemukakan di sini, misalnya, saat khutbah di musim haji, Nabi bersabda di depan khalayak ramai, “Ketahuilah Aku wasiatkan kalian untuk memperlakukan perempuan sebaik-baiknya. Kamu tidak memiliki mereka sedikit pun, mereka pun tidak memiliki kamu sedikit pun.” Dalam Islam memang hubungan suami istri bukanlah hubungan kepemilikan, tetapi lebih berdasar pada hubungan cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah). Rasul pun menyinggung bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama bisa menjadi rendah dan sama-sama bisa menjadi mulia. Bunyi Hadisnya, “Tidak memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia dan tidak merendahkan perempuan kecuali laki-laki yang rendah.” (HR. Bukhori).
Namun sayangnya semua itu belum terealisasikan oleh sebagian masyarakat muslim. Mestinya kaum muslim berdasar redaksi-redaksi di atas harus memperjuangkan dan memuliakan hak-hak dan kepentingan mereka. Maka, dengan kata lain, ternyata masih ada sebagian kaum muslim yang belum pro feminisme. Padahal jelas-jelas Islam sangat pro feminisme.
Tentu saja, bukan tanpa alasan saya mengatakan seperti itu. Seperti yang dikatakan Fatima Mernisi, bahwa sebagian masyarakat Islam sekarang telah ‘menyeleweng’ dari ajaran Islam yang sebenarnya. Ia mengumpulkan banyak keterangan dari Hadis dan sejarah yang menunjukkan bahwa Nabi SAW berusaha mengangkat derajat perempuan. Tetapi dalam perjalanan sejarah, perjuangan Nabi itu dimentahkan kembali. Teks-teks Alquran ditafsirkan untuk memojokkan perempuan. Hadis-Hadis dibuat atau dimanipulasi untuk mendiskreditkan perempuan.
Untuk itulah, mari kita kembali kepada teks-teks yang pro feminisme tersebut. Kita konkritkan langkah kita dengan menolong kaum perempuan yang tertindas hak-haknya, baik secara fisik maupun psikisnya. Misalnya, para buruh perempuan yang ditindas oleh majikannya, istri yang ditindas oleh suaminya, kaum perempuan yang dijadikan komoditas di pasaran demi meraup keuntungan semata, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar