“Milik Allah sajalah langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dia kehendaki, Dia menganugerahkan anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan Dia menganugrahkan anak laki-laki kepada siapa yang dia kehendaki. Atau Dia menganugrahkan kepada mereka pasangan anak laki-laki dan anak perempuan. Dia menjadikan bagi siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia maha mengetahui lagi maha kuasa”. (QS. Asy Syura : 49-50)
Ayat di atas secara jelas Allah memulai firman-Nya dengan menyebut anak perempuan terlebh dahulu. Ada tiga argumentasi masalah tersebut: Pertama, memulai dengan menyebut terlebih dahulu anak perempuan adalah sebagai hiburan kepada mereka (anak-anak perempuan) karena umumnya pada masa pewahyuan kedua orang tua merasa keberatan dengan keberadaan mereka.
Kedua, hal itu karena Allah sebagai pelaku (fa’il) apa yang dikehendakinya, bukan apa yang dikehendaki oleh kedua orangtua. Pada masa tersebut, sebagaimana hal pertama, kedua orangtua tidaklah menginginkan anak perempuan, tetapi menginginkann anak laki-laki. Di sinilah, sangat terlihat betapa Allah maha kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. Maka Dia memulai ayat tersebut dengan menyebutkan jenis yang Dia kehendaki, sebagai bukti kasih sayang terhadap kaum perempuan.
Ketiga, Allah mendahulukan apa yang dulunya diakhirkan oleh orang-oraag jahiliyah dalam perkara anak perempuan, hingga mereka menguburnya hidup-hidup. Jenis perempuan yang diakhirkan oleh kaum Arab jahiliyah justru Allah mengedepankan dalam penyebutannya.
Selain hal di atas ada hal menarik juga jika kita analisa dengan ilmu bahasa (linguistik). Perhatikanlah dalam ayat tersebut, bagaimana Allah me-nakirah-kan (mengumumkan) dengan tanpa ada alim lam untuk penyebutan anak perempuan dan me-ma’rifah-kan (mengkhususkan) dengan menyantumkan alif lam untuk penyebutan anak laki-laki.
Hal di atas menandakan bahwa Allah memperhatikan kaum perempuan secara keseluruhan tanpa kecuali. Siapa saja orangtua yang diberi keturunan berjenis perempuan adalah kehendak Allah SWT. Untuk itu, Allah melarang kaum arab pada waktu itu untuk membenci perempuan.
Oleh karena itu, bagi siapa saja yang pada saat ini membenci kaum perempuan adalah termasuk tabi’at kaum jahiliyah yang Allah cela, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan apabila salah seorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan menjadi merah padamlah wajahnya dalam keadaan ia menahan marah. Ia bersembunyi dari kaumnya dikarenakan buruknya berita yang disampaikan padanya. (Dia berpikir) apakah anak perempuan itu akan ia pelihara dalam keadaan menanggung kehinaan atau akan ia pendam di dalam tanah. Ketahuilah amat buruk apa yang mereka tetapkan”. (QS. An-Nahl: 58-59).
Mendidik anak perempuan dengan baik sangat diapresiasi oleh Rasulullah. Beliau sangat salut kepada seorang ibu yang berhasil membesarkan anaknya (yang perempuan) hingga dewasa. Hal itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh muslim, bahwa Anas bin Malik berkata, “Rasulullah SAW bersabda: ‘Siapa yang mengasuh dua anak perempuan hingga keduanya baligh, maka kelak pada hari kiamat aku dan dia seperti ini kedekatannya.’ Beliau menggabungkan 2 jemari beliau” (HR. Muslim).
Aisyah menceritakan kisah yan dialaminya sendiri, bahwa ada seorang perempuan peminta-minta menemuinya bersama dua putrinya, namun Aisyah waktu itu tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan kepada mereka kecuali satu butir kurma. Lalu Aisyah pun memberikan kurma tersebut kepada si ibu tadi. Ibu itu pun membagi kurmanya untuk kedua putrinya itu, sementara ia tidak memakannya sedikit pun. Setelah itu mereka pun berdiri dan keluar. Tak lama kemudian Nabi datang dan Aisyah pun menceritakan hal tersebut. Lalu Nabi bersabda: “Siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan ini dengan sesuatu lalu ia membaikkan penjagaannya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Riwayat lain yang senada dengan Hadis di atas adalah dari Uqbah bin Amir, ia berkata, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda: ‘Siapa yang memiliki 3 anak perempuan, dia sabar terhadap mereka dan memberi pakaian kepada mereka dari hasil usahanya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka’”. (HR. Bukhori).
Kasih sayang terhadap putri perempuan telah diperagakan juga oleh Rasul dalam kesehariannya. Aisyah R.A berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi dalam bicara maupun duduknya daripada Fatimah.” Aisyah berkata lagi, :”Biasanya Nabi bila melihat Fatimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya dan membimbingnya hingga beliau dudukkan Fatimah di tempat duduk beliau.
Demikian pula jika Rasulullah datang kepada Fatimah, maka Fatimah mengucapkan selamat datang kepada beliau, kemudian bediri menyambutnya, menggamit tangannya lalu mencium beliau.” (HR. Abu Dawud).
Hal senada juga digambarkan dalam riwayat lainnya, bahwa Abu Qatadah berkata, “Nabi SAW keluar menemui kami dengan menggendong Umamah binti Abil Ash di pundak beliau, lalu beliau shalat. Apabila beliau ruku’, beliau meletakkan cucunya dan bila beliau bangkit dari ruku beliau kembali menggendongnya.” (HR. Bukhori).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar