Senin, 11 Agustus 2008

Gagal Itu Nikmat

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru. Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia
mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya. Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing- masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik.

Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?" Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu. Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun
setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal
pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin
nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.
* * *
Sikap kita menyikapi musibah, kegagalan, kekecewaan, dan sejenisnya sangat tergantung sejauh mana pemahaman kita terhadap hakekat yang menciptakan alam semesta ini dan hakekat yang diciptakan (peristiwa). Keyakinan terhadap Tuhan bahwa segala peristiwa yang dikehendaki-Nya akan memberikan hikmah besar terhadap manusia merupakan langkah awal yang baik. Kita harus yakin bahwa semua peristiwa dan semua makhluk di alam yang maha luas ini sudah diatur oleh Sang Maha Kuasa. Dengan demikian, kita akan merasa sangat lemah di hadapan-Nya, mengharap segala pertolongan-Nya dan bergantung kepada segala keputusan-Nya.

Musibah atau pun kegagalan tidak selalu identik dengan kesialan, kedukaan, kesia-siaan dan peristiwa negatif. Tetapi justru bisa jadi berarti peristiwa yang membawa pengaruh positif dan pemompa semangat hidup bagi manusia untuk bercermin diri, dan menata kehidupan ke arah yang lebih baik. Sebagai manusia, kita harus memaknai musibah dengan perspektif yang baik dan benar.

Kisah di atas mengajarkan kita bahwa sebuah musibah atau pun kegagalan, yang diibaratkan air panas, mengandung hikmah positif bagi manusia sebagai sarana mengukur kekuatan kita dalam menghadapinya. Disinilah kualitas diri akan terlihat apakah dia memiliki mental serta hati yang kuat dalam kehidupan kesehariannya atau tidak. Hasan Al-Bashri berkata, “Manusia sama saja tatkala sama-sama dilimpahi nikmat, namun ketika cobaan datang menimpa, saat itulah akan terlihat perbedaan-perbedaannya”. Jika kita semakin tegar menghadapi musibah maka semakin berkualitaslah tingkat diri kita, dan demikian pula sebaliknya jika kita menjadi rapuh dalam menghadapi musibah maka mengindikasikan kualitas diri yang begitu rendah.

Kita harus menyadari bahwa musibah bagaikan sekeping mata uang yang memiliki dua sisi yang tak terpisahkan. sukses dan gagal merupakan “satu paket” yang tidak bisa dipisahkan Dalam pandangan mata manusia, peristiwa ini boleh saja itu sangat menyesakkan diri, tapi bagi Tuhan justru itu adalah satu jalan pembuka menuju surga. Kenyataannya,. Lalu, mengapa kita harus takut pada kegagalan? Oleh karena itu kita menyadari bahwa setiap kesulitan dan kemudahan berjalan seiring. Di mana ada kesulitam di situ pula ada kemudahan.

Hanya saja, tak semua orang menyadari akan hal itu. Sebagian orang akan berhenti manakala mengalami sebuah kegagalan. Padahal kegagalan itu bukanlah sebuah kekalahan. Jika kita bisa menyimak dan mengambil pelajaran dari sebuah kegagalan maka bukannya tidak mungkin kita akan mencapai kesuksesan. Yang perlu kita lakukan pada saat kita mengalami kegagalan adalah introspeksi diri. Teliti dari diri sendiri terlebih dahulu kenapa kita bisa gagal? Mungkin kita kurang kerja keras atau mungkin kurang inisiatif, dan seterusnya.

Tanpa kesedihan kita tidak akan mengerti arti kebahagiaan. Justeru itulah, kesedihan akan membuat kita bangkit untuk meraih kebahagiaan. Apabila kita dilanda kesedihan, berhentilahdari melayani perasaan dan pikiran jika kita ingin terlepas dari belenggu penderitaan hidup.

Coba kita belajar dari sang bayi. Seorang bayi, ketika belajar berbicara, harus melewati ” kegagalan” dalam mengucapkan huruf, kata, dan kalimat. Sebelum seorang anak bisa berjalan, bahkan berlari, pasti mengalami jatuh berkali-kali. Kegagalan juga dialami oleh orang dewasa. Tanyakan saja kepada para ilmuwan. Sebelum mereka berhasil mempersembahkan karya ilmiah yang gemilang, mereka banyak mengalami kegagalan dalam percobaan dan riset yang mereka lakukan.

Ingatkah anda dengan kisah sang penemu bola lampu? Ya, Thomas Alva Edison. Ia menemukan bola lampu yang berhasil merevolusi kehidupan manusia itu melakukan banyak kesalahan dan mengalami ratusan percobaan yang gagal. Bahkan dari ratusan percobaan tersebut, hanya satu yang berhasil membawa sukses: penemuan bola lampu. Lance Armstrong, pembalap sepeda dunia yang telah berhasil memenangkan berbagai kejuaran dunia balap sepeda, dia juga mengalami banyak kegagalan. Ia harus mengalami jatuh bangun dalam ratusan kali latihan yang ia jalani dalam mempersiapkan diri sebelum ikut suatu pertandingan.

Contoh kisah hidup seseorang yang pernah mengalami kegagalan secara cukup signifikan adalah Soichora Honda yang kurang berhasil dalam dunia pendidikan di sekolahnya karena terlalu banyak melamun dan mereka-reka aneka penemuan genius, fisiknya lemah dan tidak tampan, sering mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya dan nyaris bangkrut berkali-kali, namun ia tetap survive dan bahkan ia dapat membuktikan dirinya sebagai seorang yang sukses dalam mewujudkan impian-impiannya dan dikenang sampai saat ini melalui brand sepeda motor Honda yang memegang peranan sebagai pemimpin pasar di kelasnya.

Contoh lainnya adalah Nelson Mandela yang pernah menjadi tahanan politik selama lebih dari 15 tahun mendekam di penjara, namun saat ini kita semua tahu ia telah menjabat kedudukan sebagai seorang presiden. Contoh lain adalah seorang fisikawan yang sangat genius dan ternama Stephen Hawkings dengan kondisi tubuhnya yang nyaris lumpuh total dan dapat berjalan hanya karena bantuan kursi roda namun ia tetap memberikan banyak kontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan fisika yang sangat berguna dan banyak dikagumi oleh ilmuwan-ilmuwan kelas dunia sampai saat ini. Soichiro Honda, Thomas Edison, Rupert Murdock, Albert Einstein adalah orang-orang yang meraih sukses di bidang masing-masing melalui berbagai kegagalan. Mereka sudah membuktikan bahwa kegagalan berada dalam satu paket dengan kesuksesan. Mereka juga telah banyak memperoleh manfaat dari serangkaian kegagalan yang mereka alami. Jadi, jika kegagalan datang, kita tidak perlu patah semangat, pastikan bahwa kita memetik manfaat dari kegagalan dan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk meraih sukses.

Henry Ford, sang kaisar di kerajaan mobil, mengatakan bahwa kegagalan merupakan kesempatan untuk memulai kembali dengan cara yang lebih cerdas. Tidak berhenti di situ, kegagalan juga pada hakikatnya adalah kesuksesan jika kita mau belajar dari kegagalan tersebut. Dalam buku No Failure, Only Success Delayed menceritakan bahwa ada seorang petani yang sedang berjalan bersama keledainya, terpaksa menghentikan perjalanannya karena sang keledai jatuh ke dalam sumur. Setelah melihat sumur tua yang sudah tak terpakai, sang petani berpikir bahwa sumur ini sudah tidak ada gunanya. Kemudian ia melihat ke dalam sumur. Di dasar sumur terlihat keledai tuanya yang terjatuh. Karena menganggap bahwa sumur dan keledai tak ada gunanya, lalu sang petani mulai memanggil beberapa teman untuk mengubur keledai dan menutup sumur tua tersebut.

Sedikit demi sedikit tanah pun mulai diuruk. Sang keledai merasa sedih karena merasa tidak dihargai oleh tuannya. Tapi ia tidak putus asa. Tanah yang jatuh dipundaknya, digoncangnya, sehingga tanah jatuh ke bawah. Lalu sang keledai naik ke atas tanah tersebut. Demikian seterusnya, sang keledai naik terus. Makin banyak tanah yang dilemparkan, makin dekat sang keledai ke permukaan, hingga akhirnya sampailah keledai ke permukaan sumur dan berhasil loncat ke luar. Menurut Michael Lum, kegagalan adalah tanah urukan yang berkali-kali harus kita pikul. Tetapi, jika kita bisa memanfaatkan kegagalan dengan baik, maka kegagalan bahkan bisa kita jadikan senjata untuk meraih kemenangan.

Ya, kita harus percaya bahwa kita sebagai manusia masing-masing telah diberikan potensi untuk tetap survive dalam kondisi yang sesulit apa pun oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga jika kita mau menggunakan potensi tersebut kita pasti akan dapat melalui kesulitan demi kesulitan yang kita hadapi. Karena seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kita sebagai manusia tidak mungkin akan selalu mengalami hal-hal yang menyenangkan, suatu saat kita pasti akan mengalami hal-hal yang menyedihkan hati kita, begitu pula sebaliknya. Dan pada saat itulah kita harus mengaktifkan potensi survive yang kita miliki. Dengan penuh keyakinan kita harus percaya bahwa kita akan dapat mencapai kondisi yang menyenangkan hati kita.

Seseorang yang telah mencapai hal-hal yang diinginkannya biasanya mengalami perubahan mental, pola pikir, gaya hidup, cara bertindak, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini biasanya dapat menjerumuskan mereka ke dalam kejatuhan dan kegagalan. Dengan kata lain seseorang yang telah berhasil biasanya cenderung untuk menjadi sombong, tidak mau belajar dari orang lain, merasa bahwa dirinya adalah yang paling benar dan pandai, meremehkan orang lain, dan serakah. Sikap-sikap seperti inilah yang kebanyakan membuat orang-orang berhasil dan sukses masuk ke dalam jurang pencobaan dan menemui kegagalan dan kehancuran. Oleh karena itu apabila kita suatu saat telah menjadi orang yang sukses, kita harus waspada dan sering-sering mengintrospeksi diri karena perubahan-perubahan sikap yang kita alami baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membawa kita kepada kejatuhan dan kegagalan.

Sebaliknya kegagalan yang berkali-kali dialami seseorang dapat mendidik orang tersebut menjadi lebih tangguh dan lebih tangguh lagi karena ia banyak belajar dari kegagalan yang dialaminya. Dan apabila ia semakin bertekun bukan tidak mustahil ia akan berhasil meraih kesuksesan dan keberhasilan yang gemilang.

Melihat pengalaman orang-orang sukses yang bangkit dari kegagalan kita dapat mengatakan bahwa kegagalan sesungguhnya adalah pelajaran yang sangat berharga.
Maka jangan cuma menyesali dan meratapinya, tetapi belajarlah dari kegagalan- kegagalan yang anda alami. Pelajari mengapa anda sampai gagal. Sehingga di lain waktu anda bisa lebih hati-hati dalam setiap tindakan. Dan kegagalan yang lalu tidak akan terulang lagi pada diri anda.

Sebagai tuisan penutup, di bawah ini saya cantumkan beberapa kisah tentng orang yang sanggup bangkit dari kegagalannya.

Ada seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rencana bisnis yang ideal, serta mempunyai modal yang dia kumpulkan selama sepuluh tahun bekerja, hendak mencoba memulai usaha. Tetapi ia lupa tidak mengantisipasi ”kegagalan” dalam agenda bisnisnya. Akibatnya, ketika enam bulan pertama ia masih harus mengalami kegagalan. Dan ia tidak siap, sehingga bisnisnya harus gulung tikar. Setelah mengalami kegagalan yang menyakitkan, dia kembali bangkit menggalang dukungan dan mengumpulkan dana untuk memulai usaha dari awal lagi. Kali ini, belajar dari sakitnya kegagalan yang ia alami, dia memasukkan ”kegagalan” dalam rencana bisnisnya, terutama pada enam bulan sampai satu tahun pertama. Dengan perencanaan yang lebih matang, akhirnya ia berhasil meraih keuntungan.

Tidak ada komentar: