Jumat, 08 Agustus 2008

Faiz

Nama lengkapnya adalah Abdurahman Faiz. Di usia 8 tahun ia sudah menelurkan buku kumpulan puisi berjudul Untuk Bunda dan Dunia (DAR Mizan, Januari 2004) dengan kata pengantar dari Taufik Ismail. Buku tersebut meraih Anugerah Pena 2005 serta Buku Terpuji Adikarya IKAPI 2005. Lalu disusul buku keduanya terbit di tahun yang sama dengan buku pertama. Guru Matahari, juga diterbitkan DAR Mizan, bahkan masuk dalam daftar nomine Khatulistiwa Literary Award 2005. Setelah itu berturut-turut Aku Ini Puisi Cinta, kumpulan esai Permen-Permen Cinta Untukmu, dan yang terbaru Nadya: Kisah dari Negeri yang Menggigil yang diterbitkan Lingkar Pena Publishing House, Juli 2007.


Kemampuan menuangkan pikiran dan perasaannya yang dimiliki Faiz di usia belia sangat luar biasa, dan itu tidak lepas dari kerja keras ayah dan ibunya, pasangan wartawan Tomi Satryatomo dan sastrawan Helvy Tiana Rosa. Helvy. Kedua orangtuanya sudah mengamati bakat putra sulungnya yang gemar merajut kata-kata menjadi kalimat indah sejak dini.
Sejak bisa membaca dan menulis di usia 5 tahun, kemampuan Faiz merangkai kata mengalir deras. Kalimat yang dipilihnya sangat puitis. Ketikka menyadari kecenderungan anaknya itu, Ibunya menawari Faiz untuk ikut beragam perlombaan menulis. Dan Faiz sering memenanginya, di antaranya meraih Juara I pada Lomba Menulis Surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta pada 2003. Saat itu ia baru duduk di kelas I SD. Ketika duduk di kelas II SD, ia juga menjuarai Lomba Cipta Puisi Tingkat SD seluruh Indonesia yang diadakan Pusat Bahasa Depdiknas pada 2004.
Sebelum Faiz ada juga anak-anak lainnya yang berhasil menyalurkan minat dan bakatnya di bidang tulis-menulis, di antaranya Sri Izzati. Novelnya berjudul Kado Buat Ummi diluncurkan pada 2003 saat ia baru berusia 8 tahun. Gadis kecil kelahiran Bandung, 18 April 1995, ini sudah mulai menulis buku sejak kelas II SD. Izzati bahkan sudah meluncurkan novel keduanya yang berjudul Powerful Girls. Ia berhasil dinobatkan sebagai novelis termuda oleh MURI.
Respon pasar terhadap seri Kecil-Kecil Punya Karya ternyata cukup bagus. Terbukti dari membanjirnya pengunjung cilik dan para orangtua pada setiap peluncuran buku. Faiz dan Izzati kemudian menjadi sosok idola baru di tengah keringnya ladang buku anak lokal.
Sejak itulah bermunculan penulis-penulis cilik lain yang menelurkan buku mereka. Ada Qurota Aini, bocah yang di usia 7 tahun menerbitkan buku Nasi untuk Kakek. Buku Aini kemudian meraih penghargaan Museum Rekor Indonesia sebagai penulis termuda. Buku keduanya Asyiknya Outbond terbit setahun setelah itu.
Berturut-turut setelah itu, DAR Mizan mengeluarkan sederet buku di bawah bendera seri ini. Putri Salsa, anak penulis best-seller Asma Nadia -yang tidak lain adik kandung Helvy-- ikut digaet DAR Mizan. Bukunya My Candy berjejer bersama karya sejumlah penulis cilik lainnya. Di dalam daftar itu, ada pula Beautiful Days karya Bella, 6, putri penulis dan pendiri komunitas budaya Rumah Dunia, Gola Gong.
Itulah sekelumit kisah tentang anak-anak yang mempunyai kecerdasan di bidang tulis-menulis, yang orangtuanya sudah mengenali dan menyalurkannya sejak dini, sehingga mereka menemukan dunianya.
Banyak orang mengatakan bahwa, sebenarnya bakat dan minat anak akan sesuatu hal dapat dilihat sejak masih kecil atau tepatnya sebelum ia mulai bersekolah. Mulai
dari bakat menulis, menari, olahraga, musik, sosial, maupun eksakta. Tinggal bagaimana orangtua mengarahkannya berdasarkan minat dan bakatnya, maka
anak itu akan menjadi yang terbaik dibidangnya kelak. Sekarang, bukan zamannya
lagi, orang tua memaksakan kehendak kepada anak – anaknnya. Itu akan membuat
daya imajinasi mereka berkurang dan terkontrol atas kehendak dan kemauan
orangtuanya. Alhasil, pada suatu saat anak akan merasakan suatu kelelahan, dan
akhirnya merasakan suatu kebosanan. Maka dari itu, sudah sebaiknya
orang tua yang baik, membimbing anaknya ke bidang yang ia mau.
Menurut Dr Thomas Amstrong, pakar pendidikan, bahwa setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain : keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas, vitalitas, dan fleksibilitas. Dipandang dari sudut ini maka tugas setiap orang tua dan guru hanyalah mempertahankan sifat-sifat yang mendasari kecerdasan ini agar bertahan sampai anak-anak itu tumbuh dewasa.
Ada orang tua yang menganggap bahwa tingkat kecerdasan anak diukur dari IQ-nya saja. Anak yang mempunyai tingkat intelektual yang tinggi adalah anak yang mampu mengerjakan soal matematika atau pelajaran eksakta daripada pelajaran lainnya. Hal ini jelas sebuah pandangan yang harus sedikit diubah dalam masyarakat kita, khususnya para orang tua. Tingkat kecerdasan anak sekarang ini tidak hanya diukur dari IQ saja, namun juga tingkat spiritualitas (SQ) dan emosionalnya (EQ). Kita juga harus menyadari bahwa seorang anak mempunyai tingkat kecerdasan dan bakat, serta minat yang berbeda-beda.
Berbicara masalah bakat, ada anak yang berbakat dalam hal seni, menulis, olahraga, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, peranan orang tua dalam memupuk bakat anak sejak usia dini agar berkembang secara optimal adalah sangat penting. Mel Levine, salah seorang pakar pendidikan anak, menekankan bahwa sangatlah penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan kelebihan pada anak. Lebih lagi pada minat yang terfokus, perlu juga dipupuk. Pikiran manusia itu berkembang dengan minat yang mendalam pada bidang yang menarik baginya. Minat pada suatu bidang bisa membuat kita mahir dalam hal tersebut. Oleh sebab itu, orang tua dan guru perlu membantu menemukan hal yang diminati anak dengan sepenuh hati.
Bicara masalah bakat, ada tujuh jenis kecerdasan manusia yang
dikembangkan dari hasil penelitian Dr Howard Gardner, seorang profesor
pendidikan di Harvard University, yakni teori multiple intelligences. Ia menegaskan bahwa manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan yang berbeda-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat personal.
Tujuh jenis kecerdasan itu adalah, pertama, kecerdasan linguistik, yakni kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Misalnya pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita. Kedua, kecerdasan logika-matematika, yakni kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hepotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Misalnya ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer. Ketiga, kecerdasan spasial, yakni membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga dimensi, seperti yang dilakukan oleh para pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Keempat, kecerdasan kinestetik-tubuh yang memungkinkan seseorang untuk menggerakkan objek dan ketrampilan-ketrampilan fisik yang halus. Contohnya atlet, penari, dan ahli bedah.
Kelima, kecerdasan musik jelas kelihatan pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme, dan nada. Misalnya komposer, konduktor, musisi, dan kritikus.Keenam, kecerdasan interpersonal, yang merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Misalnya guru, pekerja sosial, artis, dan politikus yang sukses. Ketujuh, kecerdasan intrapersonal yang merupakan kemampuan untuk membuat persepsi akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang.
Setiap anak bisa memiliki satu atau beberapa kecerdasan di atas yang menonjol dan beberapa kecerdasan lain yang normal atau bahkan rendah. Berikut ini penjelasan untuk setiap jenis kecerdasan. Maka, mulailah saat ini kita arahkan dan bina anak-anak kita sesuai minat dan bakatnya sehingga mereka mendapatkan kecerdasannya yang dimilikinya.

Tidak ada komentar: