Di bawah ini ada tiga versi kisah tentang penebang pohon dan kapaknya.
Versi pertama.
Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat. Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik. Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin. Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, “Bagus, bekerjalah seperti itu!”
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. “Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku”, pikir penebang pohon itu.
Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. “Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?” sang majikan bertanya.”Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon,” katanya.
* * *
Versi kedua.
Seorang bapak yang tinggal di sebuah desa, pergi ke kota untuk membeli sebuah kapak kayu yang akan digunakan untuk menebang batang pohon. Bapak ini berprofesi sebagai tukang kayu. Bapak ini lantas mendatangi toko peralatan kayu dan mencari sebuah kapak. Setelah mencari-cari, akhirnya bapak ini pun mendapatkan sebuah kapak yang sangat bagus sesuai yang diinginkannya. Lantas bapak ini pun pulang ke daerahnya dan mulai menggunakan kapak yang baru dibelinya itu.
“Wah, kapak ini hebat sekali…bagus sekali…tajam.. bisa memotong batang pohon dengan cepat sehingga hasil yang kudapatkan jauh lebih banyak,”gumam bapak ini sambil mengagumi kapak yang baru saja dibelinya itu.
Di hari pertama itu, bapak ini merasakan senang sekali. Esok nya ia pun kembali bersemangat memotong kayu dengan kapak barunya, dan hasilnya juga memuaskan.
Namun setelah 2 minggu kemudian, bapak ini merasakan kapaknya tidak berfungsi bagus seperti semula. Biasanya ia bisa memotong 20an kayu sehari, namun sekarang ini cuma belasan kayu..
“Ahh…mungkin ini karena aku kerja kurang keras, jadi hasilnya sekarang menurun, aku harus kerja lebih keras lagi..,”gumam bapak ini dalam hati.
Akhirnya ia pun bekerja lebih keras lagi. Namun hasilnya tidak jauh lebih baik, malah hasil tebangannya juga lebih sedikit daripada sebelumnya.
“Wah…sepertinya aku harus kembali ke toko tempat beli kapak ini.. ,”gumam bapak penebang kayu ini.
Besoknya bapak penebang kayu itu pergi ke toko tempat dia membeli kapak.
“Saya mau komplain. Kapak yang saya beli tidak tahan lama sesuai yang anda katakan. Saya sekarang tidak bisa menebang banyak. Awalnya kapak ini memang bagus sekali, namun sekarang ini kapak ini cuma bisa memotong sedikit batang pohon, padahal kerjaku jauh lebih keras dari awalnya,” komplain bapak itu.
“Ooo..gitu ya pak,” respons si penjual kampak. “Kapan terakhir kali bapak mengasah kapak ini?” tanyanya lanjut pada si penebang kayu.
“Belum pernah,” jawab bapak penebang kayu, dia tertegun setelah itu… dan dia terus menyadari penyebab kapaknya sekarang menebang lebih sedikit dari sebelumnya.
* * *
Versi ketiga.
Pada hari pertama sang penebang pohon menunaikan tugasnya, ia mampu menebang sembilan pohon. Di hari kedua, ia pun masih mampu menebang sembilan pohon, walaupun waktu yang dibutuhkannya lebih lama daripada hari pertama.
Di hari ketiga, masalah mulai muncul ketika sore hari tiba, sang penebang pohon menyadari bahwa ia hanya mampu menebang delapan pohon. Sang penebang pohon pun bingung. Ia merasa telah mengerahkan seluruh tenaganya untuk dapat menebang pohon. Tapi mengapa dari hari ke hari jumlah pohon yang ditebangnya makin berkurang. Sang penebang pohon pun bertanya kepada seorang bijak tentang masalahnya. Sang bijak malah balik bertanya kepada sang penebang pohon, ”Kapan terakhir anda mengasah kapak?”.
Si penebang pohon pun menjawab, ”Wah, saya terlalu sibuk menebang pohon sehingga tidak sempat mengasah kapak”.
”Itulah penyebabnya”, lanjut orang bijak tersebut. ”Anda tidak meluangkan waktu mengasah kapak, sehingga kapak tumpul anda jelas tidak akan mampu menebang banyak pohon”. Luangkanlah waktu anda untuk mengasah kapak”, saran orang bijak tersebut kepada sang penebang pohon.
Disadari atau tidak kehidupan kita sama seperti ketiga kisah di atas. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk “mengasah kapak”. Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam? Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Idealnya tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup. Hidup kita harus seimbang. Ada saatnya bekerja dan ada saatnya “memanjakan diri”.
Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai ke dalamnya
Kisah di atas juga memberi hikmah bahwa kita jangan hanya bekerja keras tanpa berpikir bagaimana bekerja cerdas. Kisah itu mengajarkan agar kita selalu meningkatkan kemampuan diri kita selama bekerja/berusaha menggapai impian-impian. Zaman sekarang berubah terus, artinya kita pun harus terus meningkatkan diri kalau mau sukses menggapai impian. Tanpa terus meng-upgrade diri, kemampuan bersaing kita akan semakin mengecil dan kita semakin tersingkir dari zona kesuksesan yang ingin dimasuki.
Jangan pernah menutup diri bagi sebuah perubahan dan jangan pernah membatasi diri untuk mempelajari hal-hal baru. Ketika kita mau mempelajari hal-hal yang baru dan terus mengalami perubahan, artinya kita sedang terus mendekati titik keberhasilan yang kita impi-impikan.
Semua problem yang kita hadapi baik dari dalam diri maupun dari luar diri tidak boleh mengendorkan semangat kita untuk terus bertumbuh lebih baik. Semua itu tidak boleh menyurutkan semangat kita untuk meningkatkan kualitas diri berkembang lebih baik lagi setiap hari.
Orang yang hidupnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin adalah orang yang bangkrut, orang yang hidupnya hari ini sama dengan kemarin adalah orang yang merugi dan orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Maka fokuskan energi dan pikiran Anda hari ini untuk bertumbuh lebih baik mencapai impian Anda. Dengan kata lain kerjakan dan intensifkan faktor-faktor pendukung mayoritas yang semakin menumbuhkan kualitas diri anda dan mendekatkan diri pada tujuan hidup lebih baik..
Menurut para ahli, salah satu faktor penting yang dapat mendorong pertumbuhan diri kita menjadi lebih baik adalah, pahami kekurangan Anda dan dedikasikan diri Anda untuk mau terus belajar memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kemampuan diri. Dengan kemampuan yang lebih baik, kita pasti akan dapat melaksanakan pekerjaan, bisnis, maupun tugas lainnya dengan lebih baik untuk mencapai kualitas hidup lebih baik. Dengan terus belajar kita dapat mengoptimalkan potensi tak terbatas yang ada dalam diri kita, yang dapat mendukung pencapaian kecemerlangan hidup kita.
Misalnya, setiap hari kita belajar meningkatkan kemampuan personal (kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual) kita sebesar 0.3% saja, dalam satu bulan sudah 9% meningkat kemampuan personal kita. Dalam satu tahun, dua tahun, tiga tahun dan seterusnya Anda dapat menghitungnya sendiri berapa peningkatkan kemampuan personal kita. Kalau hal itu dilakukan secara terus menerus, maka pencapaian akumulatifnya tentu akan luar biasa, meningkatkan kemampuan personal kita menjadi sangat tak terbatas. Karena sesungguhnya dalam diri kita ini sudah tersimpan potensi kemampuan yang tak terbatas. Tinggal bagaimana kita mengekplorasinya.
Kerja keras saja tidak cukup, harus ditambahi kartu As yang kedua yaitu Kerja Cerdas, Kerja ini meliputi intelektual, konsep, struktur terencana, cermat, efektip, efisien, berwawasan luas, kreatip dan inovatip. Secara berkelakar dikatakan bahwa kalau cuma kerja keras saja, mending pergi ke Tanjung Priuk. Maksudnya tentu jadi kuli angkut.
Seringkali kita melupakan faktor ini, padahal untuk bekerja cerdas, kita perlu belajar dari pengalaman (keberhasilan maupun kegagalan). Jadi kita perlu juga menginvestasikan waktu kita untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah kita lakukan. Yang perlu kita evaluasi adalah keberhasilan kita, yaitu hal-hal yang dapat kita lakukan dengan baik agar kita bisa mempertahankan ataupun menjadi lebih sukses, dan hal-hal yang perlu dan bisa kita perbaiki untuk waktu berikutnya. Kita juga perlu mengevaluasi kegagalan, dan masalah yang kita alami agar tidak terulang lagi, atau kalalupun masalah serupa terulang, kita sudah bisa mengantispasi apa yang perlu dilakukan. Singkatnya, tujuan melakukan evaluasi adalah bukan sekedar untuk bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat, dengan hasil yang lebih baik, cara yang lebih sempurna, dan waktu penyelesaian yang lebih cepat, tetapi juga untuk menemukan ataupun menciptakan perubahan-perubahan positif (perubahan sistem kerja, peralatan yang digunakan, prosedur operasional yang diterapkan) yang memberikan hasil yang berlipat ganda.
Untuk mengubah cara lama memang tidak nyaman, tapi perubahan perlu kita lakukan untuk meraih sukses yang lebih besar di tahun mendatang, salah satunya adalah dengan melatih kebiasaan baru untuk bekerja cerdas untuk mendapat hasil yang optimal. Ada banyak jalan menuju Roma, dan tentu juga ada banyak cara untuk bekerja cerdas. Salah satu cara tersebut adalah dengan menerapkan prinsip 20/80 yang diperkenalkan oleh Pareto, yaitu bekerja cerdas dengan memfokuskan pada 20% upaya yang memberikan 80% hasil. Siapa tahu prinsip Pareto ini cocok untuk kita terapkan untuk meraih sukses di tahun mendatang.
Kita memang seringkali enggan untuk belajar, belajar dari pengalaman masa lalu. Kita pun masih cenderung enggan untuk maju dan menjadi lebih baik dari hari-hari kemarin. Kita suka berjalan di tempat. Kita lebih suka menginjak jejak yang sama dan terantuk pada batu yang sama pula.
Oleh karena itu jika bisa mengenal kemampuan diri maka secara lebih gampang pula kita dapat terus mengembangkannya sehingga mencapai suatu level yang relatif tinggi. Biasanya kemampuan seseorang itu berupa wawasan, pengetahuan, kepandaian dan keahlian, yang merupakan hasil dari perpaduan antara intelegensi dan emosi melalui proses belajar (baik sekolah maupun otodidak) serta pengalaman-pengalaman sepanjang hidupnya.
Mulai sekarang, putuskanlah bahwa anda harus meningkatkan kemampuan-kemampuan. Kemampuan apa saja yang perlu ditingkatkan, diasah agar bisa menghasilkan hasil yang jauh lebih banyak. Saatnya mengasah “kapak” kemampuan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar