Padi tumbuh dalam kesunyian, sejak hijau hingga menguning. Dia tidak banyak "bicara" dan gembar-gembor untuk mempersiapkan kematangannya. Dan saat matang dia justru merunduk. Semakin berisi semakin tunduk. [iqbal.dawami@gmail.com]
Senin, 15 September 2008
Takabur
Tulisan ini bahan ceramah (yang pengennya sih kukembangkan jadi tulisan)
---------------------------
Dalam kitab Bihar al-Anwar (jilid 77, hal. 90) diceritakan bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Abu Dzar, “Wahai Abu dzar, barangsiapa mati dan dalam hatinya ada sebesar debu dari takabur, maka ia tidak akan mencium bau surga, kecuali bila ia bertaubat sebelum maut menjemputnya.”
Abu Dzar berkata, “Ya Rasulullah, aku mudah terpesona dengan keindahan. Aku ingin gantungkan cambukku indah dan pasangan sandalku juga indah. Yang demikian itu membuatku takut.”
Rasulullah bertanya, Bagaimana perasaan hatimu?” Abu Dzar berkata, “Aku dapatkan hatiku mengenal kebenaran dan tenteram dalam kebenaran.”
Rasulullah berkata, “yang demikian itu tidak termasuk takabur. Takabur itu ialah meninggalkan kebenaran dan kamu mengambilnya selain kebenaran. Kamu melihat orang lain dengan pandangan bahwa kehormatannnya tidak sama dengan kehormatan matamu, darahnya tidak sama dengan darahmu.”
Jalaluddin Rahmat juga mengatakan perihal takabur, “jika anda sombong, anda takabur, kalau anda tidak mau menerima kebenaran, karena yang menyampaikan kebenaran itu orang kecil, atau orang miskin, atau murid, atau orang yang kedudukannya di bawah anda. Anda takabur kalau anda tidak mau mendengar nasihat dari anak atau istri anda, karena anda menganggap bahwa mereka lebih rendah dari anda. Anda takabur kalau anda tidak mau mendengarkan pembicaraan dari orang Islam yang pahamnya berbeda dengan anda, karena anda menganggap mereka sesat dan anda berada di jalan yang paling benar. Anda takabur kalau anda merasa diri anda sebagai orang istimewa dan hokum apa pun tidak berlaku untuk anda.” (Meraih Cinta Ilahi, hal. 221).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar