Konferensi Perubahan Iklim PBB adalah pertemuan terbesar dan terpenting untuk isu perubahan iklim. Konferensi ini dibuka pada Senin kemarin (7/12) di Kopenhagen, Denmark. Peserta konferensi terdiri 192 negara. Tentu, ini akan menjadi kesempatan terbaik dalam upaya menjawab tantangan dampak katastrofik perubahan iklim. Oleh karena itu, konferensi ini harus digunakan sebaik mungkin di mana kemudian diikuti dengan langkah-langkah konkrit.
Beberapa agenda yang hendak dibahas adalah target penurunan emisi rata-rata 40 persen oleh negara maju sesuai Bali Action Plan, mendorong disepakatinya implementasi mekanisme Reducing Emission from Deforestation and Degradation, serta memasukkan isu kelautan menjadi isu sentral dalam perubahan iklim sebagaimana tertuang dalam Manado Ocean Declaration.
Dalam konferensi ini juga akan dibicarakan bagaimana upaya mengurangi pemanasan global dan mengatasi dampaknya. Kerusakan hutan, perdagangan karbon, dan penerapan protokol Kyoto tetang pengurangan emisi karbon yang dilepaskan ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, menjadi isu-isu penting yang akan dibahas.
Bumi Sudah Rusak
Para pemerhati lingkungan sepakat bahwa pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim saat ini menjadi fenomena alam menakutkan. Jika pemanasan bumi ini tidak dikurangi, tidak mustahil kerusakan dan kehancuran bumi akan segera menjadi kenyataan.
Kelestarian bumi dewasa ini menghadapi ancaman serius. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam, produksi pertanian terganggu, banjir dan kekeringan semakin merajalela, suhu bumi terus meningkat, resiko kebakaran hutan, berkembangnya penyakit tropis, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi karena efek perubahan iklim atau dikenal juga dengan pemanasan global.
Pemanasan global (global warming) terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga radiasi matahari terperangkap berulangkali dalam jangka waktu relatif lama, dan akhirnya menyebabkan suhu permukaan bumi secara global meningkat. Pemanasan global kemudian menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara.
Perubahan unsur iklim tersebut akhirnya mengubah pola iklim dunia dan kemudian disebut dengan Perubahan Iklim (Climate Change). BMKG (2009) melaporkan bahwa GRK di Indonesia sendiri antara tahun 2004 - 2007 konsentrasinya cenderung mengalami peningkatan yang serius. Menurut analisa BMG, kalau kecenderungan kenaikan konsentrasi GRK seperti sekarang ini, maka suhu muka bumi akan naik antara 1,50 - 4,50 °C pada tahun 2030. Bisa dibayangkan betapa semakin dahsyatnya dampak perubahan iklim bagi bumi dan kehidupan manusia.
Setiap agama besar di dunia ini mengajarkan kekhalifahan, yang dapat disebut pemeliharaan ciptaan. Manusia sudah diberi kepercayaan mengelola sumber-sumber daya yang luar biasa: air, udara, tanah, hewan, dan makanan dari banyak tumbuhan. Setiap agama mengajarkan sesuatu yang sudah diketahui banyak orang secara naluriah:
Manusia harus melindungi semua sumber daya itu. Namun, berapa banyak jenis ikan yang sudah habis diambil manusia? Berapa banyak jenis hewan yang lenyap selamanya? Berapa banyak habitat yang sudah dirusak manusia dengan membabat hutan atau dengan meracuni tanah dan air?
Selama ribuan tahun manusia mengubah beragam sumber daya di bumi menjadi energi, memetik hasil hutan, menanam tumbuhan pangan, menangkap hasil laut, dan sebagainya, dengan cara berkelanjutan. Sekarang sudah lain ceritanya. Sekarang manusia menguras modal alam (air, udara, bumi) lebih cepat daripada kemampuan alam meregenerasi diri. Manusia mengubah iklim melalui penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan. Manusia melakukan banyak hal positif untuk melindungi bumi tetapi juga melakukan hal-hal yang sangat merusak.
Demi Generasi Mendatang
Ilmuwan terkemuka David Suzuki berkata, “Kita sudah mencemari udara, air, dan tanah, mendesak hewan dan tumbuhan liar menuju kepunahan, mengobrak-abrik hutan purba, meracuni hujan, dan mengoyak langit. Kemakmuran dunia industri dibeli dengan mengorbankan masa depan anak-anak kita.”
Sekaranglah saatnya perlindungan lingkungan dipandang sebagai masalah bagi semua orang. Ini sudah menyangkut umat manusia. Bila ada yang merusak lingkungan, yang lain harus menentang perbuatan itu dan memastikan bahwa orang itu diminta bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika manusia yang hari ini masih bernafas bekerja bersama untuk melindungi lingkungan, generasi-generasi mendatang akan punya peluang untuk bertahan hidup dengan air dan udara yang bersih.
Kita yakin sekaranglah saatnya kita mulai balas memberi dan merawat planet ini. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa tradisi setiap agama mengajarkan pemeliharaan ciptaan. Tetapi, kebanyakan orang tidak mengetahui tradisi ini atau lalai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatan yang lahir dari ketidakpedulian ini berdampak negatif yang besar pada bumi dan sumber-sumber dayanya.
Pernah kita berpikir dunia seperti apa yang kelak kita tinggalkan untuk generasi setelah kita. Udara, air, dan tanah seperti apa yang kita wariskan kepada mereka. Kita bisa saja tulus, dermawan, dan santun dalam memberi, tetapi jika satu-satunya rumah (baca: bumi) yang kita miliki ini dirusak dengan kecepatan tinggi, kita semua harus mengambil tindakan. Konsekuensi yang sangat mengenaskan dari perusakan lingkungan oleh manusia, yang akan lebih nyata dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang, akan berdampak lebih besar pada anak-anak kita, bukan pada kita.[]
M. Iqbal Dawami,
Staf pengajar STIS Magelang
Padi tumbuh dalam kesunyian, sejak hijau hingga menguning. Dia tidak banyak "bicara" dan gembar-gembor untuk mempersiapkan kematangannya. Dan saat matang dia justru merunduk. Semakin berisi semakin tunduk. [iqbal.dawami@gmail.com]
Senin, 14 Desember 2009
Jumat, 11 Desember 2009
Peduli Iklim Global
Konferensi Perubahan Iklim PBB adalah pertemuan terbesar dan terpenting untuk isu perubahan iklim. Konferensi ini dibuka pada Senin kemarin (7/12) di Kopenhagen, Denmark. Peserta konferensi terdiri 192 negara. Tentu, ini akan menjadi kesempatan terbaik dalam upaya menjawab tantangan dampak katastrofik perubahan iklim. Oleh karena itu, konferensi ini harus digunakan sebaik mungkin di mana kemudian diikuti dengan langkah-langkah konkrit.
Beberapa agenda yang hendak dibahas adalah target penurunan emisi rata-rata 40 persen oleh negara maju sesuai Bali Action Plan, mendorong disepakatinya implementasi mekanisme Reducing Emission from Deforestation and Degradation, serta memasukkan isu kelautan menjadi isu sentral dalam perubahan iklim sebagaimana tertuang dalam Manado Ocean Declaration.
Dalam konferensi ini juga akan dibicarakan bagaimana upaya mengurangi pemanasan global dan mengatasi dampaknya. Kerusakan hutan, perdagangan karbon, dan penerapan protokol Kyoto tetang pengurangan emisi karbon yang dilepaskan ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, menjadi isu-isu penting yang akan dibahas.
Bumi Sudah Rusak
Para pemerhati lingkungan sepakat bahwa pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim saat ini menjadi fenomena alam menakutkan. Jika pemanasan bumi ini tidak dikurangi, tidak mustahil kerusakan dan kehancuran bumi akan segera menjadi kenyataan.
Kelestarian bumi dewasa ini menghadapi ancaman serius. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam, produksi pertanian terganggu, banjir dan kekeringan semakin merajalela, suhu bumi terus meningkat, resiko kebakaran hutan, berkembangnya penyakit tropis, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi karena efek perubahan iklim atau dikenal juga dengan pemanasan global.
Pemanasan global (global warming) terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga radiasi matahari terperangkap berulangkali dalam jangka waktu relatif lama, dan akhirnya menyebabkan suhu permukaan bumi secara global meningkat. Pemanasan global kemudian menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara.
Perubahan unsur iklim tersebut akhirnya mengubah pola iklim dunia dan kemudian disebut dengan Perubahan Iklim (Climate Change). BMKG (2009) melaporkan bahwa GRK di Indonesia sendiri antara tahun 2004 - 2007 konsentrasinya cenderung mengalami peningkatan yang serius. Menurut analisa BMG, kalau kecenderungan kenaikan konsentrasi GRK seperti sekarang ini, maka suhu muka bumi akan naik antara 1,50 - 4,50 °C pada tahun 2030. Bisa dibayangkan betapa semakin dahsyatnya dampak perubahan iklim bagi bumi dan kehidupan manusia.
Setiap agama besar di dunia ini mengajarkan kekhalifahan, yang dapat disebut pemeliharaan ciptaan. Manusia sudah diberi kepercayaan mengelola sumber-sumber daya yang luar biasa: air, udara, tanah, hewan, dan makanan dari banyak tumbuhan. Setiap agama mengajarkan sesuatu yang sudah diketahui banyak orang secara naluriah: Manusia harus melindungi semua sumber daya itu. Namun, berapa banyak jenis ikan yang sudah habis diambil manusia? Berapa banyak jenis hewan yang lenyap selamanya? Berapa banyak habitat yang sudah dirusak manusia dengan membabat hutan atau dengan meracuni tanah dan air?
Selama ribuan tahun manusia mengubah beragam sumber daya di bumi menjadi energi, memetik hasil hutan, menanam tumbuhan pangan, menangkap hasil laut, dan sebagainya, dengan cara berkelanjutan. Sekarang sudah lain ceritanya. Sekarang manusia menguras modal alam (air, udara, bumi) lebih cepat daripada kemampuan alam meregenerasi diri. Manusia mengubah iklim melalui penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan. Manusia melakukan banyak hal positif untuk melindungi bumi tetapi juga melakukan hal-hal yang sangat merusak.
Demi Generasi Mendatang
Ilmuwan terkemuka David Suzuki berkata, “Kita sudah mencemari udara, air, dan tanah, mendesak hewan dan tumbuhan liar menuju kepunahan, mengobrak-abrik hutan purba, meracuni hujan, dan mengoyak langit. Kemakmuran dunia industri dibeli dengan mengorbankan masa depan anak-anak kita.”
Sekaranglah saatnya perlindungan lingkungan dipandang sebagai masalah bagi semua orang. Ini sudah menyangkut umat manusia. Bila ada yang merusak lingkungan, yang lain harus menentang perbuatan itu dan memastikan bahwa orang itu diminta bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika manusia yang hari ini masih bernafas bekerja bersama untuk melindungi lingkungan, generasi-generasi mendatang akan punya peluang untuk bertahan hidup dengan air dan udara yang bersih.
Kita yakin sekaranglah saatnya kita mulai balas memberi dan merawat planet ini. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa tradisi setiap agama mengajarkan pemeliharaan ciptaan. Tetapi, kebanyakan orang tidak mengetahui tradisi ini atau lalai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatan yang lahir dari ketidakpedulian ini berdampak negatif yang besar pada bumi dan sumber-sumber dayanya.
Pernah kita berpikir dunia seperti apa yang kelak kita tinggalkan untuk generasi setelah kita. Udara, air, dan tanah seperti apa yang kita wariskan kepada mereka. Kita bisa saja tulus, dermawan, dan santun dalam memberi, tetapi jika satu-satunya rumah (baca: bumi) yang kita miliki ini dirusak dengan kecepatan tinggi, kita semua harus mengambil tindakan. Konsekuensi yang sangat mengenaskan dari perusakan lingkungan oleh manusia, yang akan lebih nyata dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang, akan berdampak lebih besar pada anak-anak kita, bukan pada kita.[]
Beberapa agenda yang hendak dibahas adalah target penurunan emisi rata-rata 40 persen oleh negara maju sesuai Bali Action Plan, mendorong disepakatinya implementasi mekanisme Reducing Emission from Deforestation and Degradation, serta memasukkan isu kelautan menjadi isu sentral dalam perubahan iklim sebagaimana tertuang dalam Manado Ocean Declaration.
Dalam konferensi ini juga akan dibicarakan bagaimana upaya mengurangi pemanasan global dan mengatasi dampaknya. Kerusakan hutan, perdagangan karbon, dan penerapan protokol Kyoto tetang pengurangan emisi karbon yang dilepaskan ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, menjadi isu-isu penting yang akan dibahas.
Bumi Sudah Rusak
Para pemerhati lingkungan sepakat bahwa pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim saat ini menjadi fenomena alam menakutkan. Jika pemanasan bumi ini tidak dikurangi, tidak mustahil kerusakan dan kehancuran bumi akan segera menjadi kenyataan.
Kelestarian bumi dewasa ini menghadapi ancaman serius. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam, produksi pertanian terganggu, banjir dan kekeringan semakin merajalela, suhu bumi terus meningkat, resiko kebakaran hutan, berkembangnya penyakit tropis, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi karena efek perubahan iklim atau dikenal juga dengan pemanasan global.
Pemanasan global (global warming) terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga radiasi matahari terperangkap berulangkali dalam jangka waktu relatif lama, dan akhirnya menyebabkan suhu permukaan bumi secara global meningkat. Pemanasan global kemudian menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara.
Perubahan unsur iklim tersebut akhirnya mengubah pola iklim dunia dan kemudian disebut dengan Perubahan Iklim (Climate Change). BMKG (2009) melaporkan bahwa GRK di Indonesia sendiri antara tahun 2004 - 2007 konsentrasinya cenderung mengalami peningkatan yang serius. Menurut analisa BMG, kalau kecenderungan kenaikan konsentrasi GRK seperti sekarang ini, maka suhu muka bumi akan naik antara 1,50 - 4,50 °C pada tahun 2030. Bisa dibayangkan betapa semakin dahsyatnya dampak perubahan iklim bagi bumi dan kehidupan manusia.
Setiap agama besar di dunia ini mengajarkan kekhalifahan, yang dapat disebut pemeliharaan ciptaan. Manusia sudah diberi kepercayaan mengelola sumber-sumber daya yang luar biasa: air, udara, tanah, hewan, dan makanan dari banyak tumbuhan. Setiap agama mengajarkan sesuatu yang sudah diketahui banyak orang secara naluriah: Manusia harus melindungi semua sumber daya itu. Namun, berapa banyak jenis ikan yang sudah habis diambil manusia? Berapa banyak jenis hewan yang lenyap selamanya? Berapa banyak habitat yang sudah dirusak manusia dengan membabat hutan atau dengan meracuni tanah dan air?
Selama ribuan tahun manusia mengubah beragam sumber daya di bumi menjadi energi, memetik hasil hutan, menanam tumbuhan pangan, menangkap hasil laut, dan sebagainya, dengan cara berkelanjutan. Sekarang sudah lain ceritanya. Sekarang manusia menguras modal alam (air, udara, bumi) lebih cepat daripada kemampuan alam meregenerasi diri. Manusia mengubah iklim melalui penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan. Manusia melakukan banyak hal positif untuk melindungi bumi tetapi juga melakukan hal-hal yang sangat merusak.
Demi Generasi Mendatang
Ilmuwan terkemuka David Suzuki berkata, “Kita sudah mencemari udara, air, dan tanah, mendesak hewan dan tumbuhan liar menuju kepunahan, mengobrak-abrik hutan purba, meracuni hujan, dan mengoyak langit. Kemakmuran dunia industri dibeli dengan mengorbankan masa depan anak-anak kita.”
Sekaranglah saatnya perlindungan lingkungan dipandang sebagai masalah bagi semua orang. Ini sudah menyangkut umat manusia. Bila ada yang merusak lingkungan, yang lain harus menentang perbuatan itu dan memastikan bahwa orang itu diminta bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika manusia yang hari ini masih bernafas bekerja bersama untuk melindungi lingkungan, generasi-generasi mendatang akan punya peluang untuk bertahan hidup dengan air dan udara yang bersih.
Kita yakin sekaranglah saatnya kita mulai balas memberi dan merawat planet ini. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa tradisi setiap agama mengajarkan pemeliharaan ciptaan. Tetapi, kebanyakan orang tidak mengetahui tradisi ini atau lalai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatan yang lahir dari ketidakpedulian ini berdampak negatif yang besar pada bumi dan sumber-sumber dayanya.
Pernah kita berpikir dunia seperti apa yang kelak kita tinggalkan untuk generasi setelah kita. Udara, air, dan tanah seperti apa yang kita wariskan kepada mereka. Kita bisa saja tulus, dermawan, dan santun dalam memberi, tetapi jika satu-satunya rumah (baca: bumi) yang kita miliki ini dirusak dengan kecepatan tinggi, kita semua harus mengambil tindakan. Konsekuensi yang sangat mengenaskan dari perusakan lingkungan oleh manusia, yang akan lebih nyata dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang, akan berdampak lebih besar pada anak-anak kita, bukan pada kita.[]
Selasa, 08 Desember 2009
Rindu Kanjeng Nabi
Wajahmu atau cahaya pagi yang terbit?
Atau bulan purnama penuh, yang menyingkirkan kegelapan?
Atau mentari di siang hari tak berawan?
Petikan syair di atas adalah pujian ulama Arab bernama Nabhani pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW). Muhammad Rasulullah adalah manusia yang paling utama yang pernah diciptakan Tuhan. Pada diri Rasulullah ada teladan yang paripurna.
Muhammad sendiri sebenarnya tidak pernah menyatakan dirinya memiliki sifat-sifat supra-manusiawi. Yang membedakan dengan manusia lainnya adalah bahwa dia “seorang hamba yang kepadanya wahyu diturunkan” (surah 41:5). Tetapi, meski begitu keistimewaan yang ada pada dirinya sungguh luar biasa. Beberapa ayat menunjukkan hal itu, seperti, Muhammad diutus “Untuk menjadi rahmat bagi alam semesta,” rahmatan lil ‘alamin (surah 21:107); Allah beserta para malaikat-Nya memberi shalawat kepadanya (surah 33: 56); beliau “benar-benar mempunyai budi pekerti pilihan” (surah 68:4); dan “teladan yang baik” (surah 33:21).
Dengan adanya keistimewaan yang melekat pada dirinya tersebut, Muhammad disebut sebagai “orang pilihan” (Al-Mushthafa). Perilaku beliau menjadi contoh bagi kaum muslim.
Ketampanan lahiriahnya tidak lain adalah cermin keindahan dan kemuliaan batinnya, sebab Tuhan telah menciptakannya sempurna dalam akhlak dan moral, khalqan wa khulqan. Ketika Siti Aisyah, istri tercinta Nabi, ditanya tentang akhlak Nabi, dia berkata: “Akhlaknya adalah Alquran.”
Ya, dalam catatan kehidupan Muhammad, akhlak yang terutama ditekankan dalam dirinya adalah kerendahan hati dan kebaikannya. Tuhan menempatkan di depan mata kita sifatnya yang mulia, sempurna dan luhur dalam segala hal. Tuhan memberikan kepadanya kebajikan-kebajikan yang sempurna, sifat-sifat yang patut dipuji, kebiasaan-kebiasaan yang mulia.
Berbahagialah bagi mereka yang sezaman dengan Nabi Muhammad, yang dapat menyaksikan cahaya jiwanya yang diekspresikan dalam kesehariannya. Apa yang harus kita lakukan, ketika waktu memisahkan kita dengan Rasulullah, padahal kerinduan padanya menggelora dalam diri kita? Untunglah ada para penulis.
Begitu banyak buku-buku yang berisikan keteladanan Nabi Muhammad dari pelbagai sisi dan genre. Baik itu ditulis oleh orang Barat, Arab, dan, Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad memang patut ditulis dan diabadikan dengan tinta emas. Dan itu adalah ekspresi para penulis atas kecintaan pada Nabi Muhammad, entah disadari atau tidak.
Setiap penulis, sejauh yang saya ketahui, melihat pada diri Nabi Muhammad tercinta pengejawantahan ideal kualitas-kualitas yang dia sendiri menganggap sangat tinggi dan sangat dibutuhkan di dunia ini.
Nah, ini pula yang dilakukan Tasaro selaku penulis yang meyakinkan dirinya untuk menulis tentang Muhammad sebagai tanda cintanya dalam bentuk novel. Tasaro hendak berusaha untuk menghadirkan Muhammad Rasulullah dalam keseharian hidup kita.
Penulisan tentang Muhammad dalam bentuk novel boleh jadi lebih menyentuh ke dalam sanubari kita, karena kita akan merasakan betul kedekatan sosok beliau, dan seolah-olah beliau ada dalam kehidupan kita saat kita membacanya. Jadi, akan memberikan efek yang sungguh luar biasa.
Tasaro, lewat karyanya, berupaya menumpahkan segala kerinduan seorang manusia kepada junjungannya yang suci. Bukunya yang sebentar lagi terbit patut disambut gembira oleh kita semua. Saya berkeyakinan ketika novel itu dibaca, sungguh tak ada rasa selain gairah cinta kita pada kanjeng Nabi Muhammad berlipat-lipat. Kerinduan pun akan terobati. Insya Allah.
Shalawat serta salam kami haturkan padamu, wahai junjungan kami, Rasulullah Muhammad SAW. []
M. Iqbal Dawami, pemilik blog http://resensor.blogspot.com
Atau bulan purnama penuh, yang menyingkirkan kegelapan?
Atau mentari di siang hari tak berawan?
Petikan syair di atas adalah pujian ulama Arab bernama Nabhani pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW). Muhammad Rasulullah adalah manusia yang paling utama yang pernah diciptakan Tuhan. Pada diri Rasulullah ada teladan yang paripurna.
Muhammad sendiri sebenarnya tidak pernah menyatakan dirinya memiliki sifat-sifat supra-manusiawi. Yang membedakan dengan manusia lainnya adalah bahwa dia “seorang hamba yang kepadanya wahyu diturunkan” (surah 41:5). Tetapi, meski begitu keistimewaan yang ada pada dirinya sungguh luar biasa. Beberapa ayat menunjukkan hal itu, seperti, Muhammad diutus “Untuk menjadi rahmat bagi alam semesta,” rahmatan lil ‘alamin (surah 21:107); Allah beserta para malaikat-Nya memberi shalawat kepadanya (surah 33: 56); beliau “benar-benar mempunyai budi pekerti pilihan” (surah 68:4); dan “teladan yang baik” (surah 33:21).
Dengan adanya keistimewaan yang melekat pada dirinya tersebut, Muhammad disebut sebagai “orang pilihan” (Al-Mushthafa). Perilaku beliau menjadi contoh bagi kaum muslim.
Ketampanan lahiriahnya tidak lain adalah cermin keindahan dan kemuliaan batinnya, sebab Tuhan telah menciptakannya sempurna dalam akhlak dan moral, khalqan wa khulqan. Ketika Siti Aisyah, istri tercinta Nabi, ditanya tentang akhlak Nabi, dia berkata: “Akhlaknya adalah Alquran.”
Ya, dalam catatan kehidupan Muhammad, akhlak yang terutama ditekankan dalam dirinya adalah kerendahan hati dan kebaikannya. Tuhan menempatkan di depan mata kita sifatnya yang mulia, sempurna dan luhur dalam segala hal. Tuhan memberikan kepadanya kebajikan-kebajikan yang sempurna, sifat-sifat yang patut dipuji, kebiasaan-kebiasaan yang mulia.
Berbahagialah bagi mereka yang sezaman dengan Nabi Muhammad, yang dapat menyaksikan cahaya jiwanya yang diekspresikan dalam kesehariannya. Apa yang harus kita lakukan, ketika waktu memisahkan kita dengan Rasulullah, padahal kerinduan padanya menggelora dalam diri kita? Untunglah ada para penulis.
Begitu banyak buku-buku yang berisikan keteladanan Nabi Muhammad dari pelbagai sisi dan genre. Baik itu ditulis oleh orang Barat, Arab, dan, Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad memang patut ditulis dan diabadikan dengan tinta emas. Dan itu adalah ekspresi para penulis atas kecintaan pada Nabi Muhammad, entah disadari atau tidak.
Setiap penulis, sejauh yang saya ketahui, melihat pada diri Nabi Muhammad tercinta pengejawantahan ideal kualitas-kualitas yang dia sendiri menganggap sangat tinggi dan sangat dibutuhkan di dunia ini.
Nah, ini pula yang dilakukan Tasaro selaku penulis yang meyakinkan dirinya untuk menulis tentang Muhammad sebagai tanda cintanya dalam bentuk novel. Tasaro hendak berusaha untuk menghadirkan Muhammad Rasulullah dalam keseharian hidup kita.
Penulisan tentang Muhammad dalam bentuk novel boleh jadi lebih menyentuh ke dalam sanubari kita, karena kita akan merasakan betul kedekatan sosok beliau, dan seolah-olah beliau ada dalam kehidupan kita saat kita membacanya. Jadi, akan memberikan efek yang sungguh luar biasa.
Tasaro, lewat karyanya, berupaya menumpahkan segala kerinduan seorang manusia kepada junjungannya yang suci. Bukunya yang sebentar lagi terbit patut disambut gembira oleh kita semua. Saya berkeyakinan ketika novel itu dibaca, sungguh tak ada rasa selain gairah cinta kita pada kanjeng Nabi Muhammad berlipat-lipat. Kerinduan pun akan terobati. Insya Allah.
Shalawat serta salam kami haturkan padamu, wahai junjungan kami, Rasulullah Muhammad SAW. []
M. Iqbal Dawami, pemilik blog http://resensor.blogspot.com
Senin, 24 Agustus 2009
Kreatif di Tengah - Tengah Krisis
Menurut Komaruddin Hidayat, krisis itu vitamin dan pemicu untuk maju. Krisis itu bagian integral dari perjalanan seseorang dan bangsa. Lewat krisis biasanya seseorang tertantang untuk bangkit menjawab hambatan dan himpitan hidup yang menghadang. Karena krisis maka sebuah bangsa dipaksa berpikir mencari terobosan dan menciptakan inovasi serta alternatif baru untuk membangun masa depan yang lebih baik. Berbagai terobosan itu muncul biasanya ketika ada krisis yang memaksa manusia untuk mencari solusi.
Kita bisa belajar dari biji buah-buahan. Ketika sel-sel biji benih akan tumbuh, maka terjadilah krisis pada jaringan kulitnya berupa keretakan pada permukaannya sehingga membuka jalan bagi berkembangnya calon pohon besar yang secara potensial masih amat kecil tersimpan di dalam biji. Kita juga bisa belajar dari telur seekora hewan. Telur ayam, misalnya, yang sedang ditetaskan akan mengalami krisis dan keretakan pada dindingnya sehingga terbuka pintu bagi anak ayam yang akan menggantikan induknya di kemudian hari.
Dalam kajian neuropsikologi, potensi otak manusia sesungguhnya jauh lebih banyak yang belum tergali dan teraktualisasikan. Jaringan saraf-saraf dalam otak yang berfungsi untuk menghimpun informasi sebagai bahan tumbuhnya ilmu pengetahuan belum sampai sepuluh prosen yang terisi. Manusia itu makhluk luar biasa. Mampu hidup di segala cuaca dan kondisi lapangan.
Sejarah manusia selalu dipicu untuk maju oleh serangkaian krisis yang terjadi dari zaman ke zaman. Tanpa krisis dan tantangan, potensi manusia tidak akan muncul dan teraktualkan. Qomaruddin Hidayat mencontohkan, “mirip orang kampung yang membuat minyak kelapa, hanya dengan cara diperas sedemikian rupa maka minyak baru akan keluar. Atau padi ditumbuk berulangkali agar terjadi gesekan dalam jangka waktu tertentu sehingga kulitnya terkelupas dan muncullah beras.”
Hanya saja, ide kreatif tidak datang begitu saja. Ia harus ditanam, dipupuk, dan disirami dalam diri kita selama bertahun-tahun bahkan selama hidup. Untuk mendapatkan ide kreattif, dapat dilakukan beberapa hal:
- Banyak membaca
Dengan banyak membaca, kita mengisi pikiran dengan bahan-bahan berupa potongan-potongan informasi yang dapat dianalogikan seperti mengumpulkan potongan-potongan puzzel. Bila rangkaian potongan-potongan puzzel informasi tersebut telah lengkap atau setidaknya hampir lengkap, maka akan tampak sebuah gambar/bentuk yang memiliki makna cukup jelas yang dapat berupa ide kreatif.
Bacaan tidak harus berupa buku, tetapi bisa majalah, koran, atau artikel-artikel dan jurnal-jurnal penelitian di internet. Yang penting, isinya bermutu dan sesuai dengan kebutuhan dan minat kita. Semakin banyak informasi bermutu yang kita peroleh, berarti semakin banyak potongan puzzel yang kita kumpulkan. Hal itu berarti peluang untuk mendapatkan ide kreatif semakin besar. Selain itu juga sangat membantu upaya menghindari duplikasi (secara tidak sengaja) ide dari orang lain yang sudah diwujudkan dan atau dipublikasikan lebih dahulu.
- Sering mengamati
Mengamati tidak sama dengan melihat. Mengamati adalah melihat dengan mata dan otak. Kebanyakan orang, kalau melihat sesuatu benda atau kejadian yang menarik akan berhenti pada melihat saja, tanpa meneliti. Seorang peneliti tidak hanya sampai di situ saja, tetapi kemudian berfikir bagaimana bisa, mengapa demikian, dan seterusnya.
- Sering berdiskusi
Berdiskusi dengan orang lain yang mempunyai minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang sama dengan kita sangat diperlukan untuk memperdalam dan memperluas wawasan. Namun demikian, diperlukan juga diskusi dengan orang dengan minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang lain agar kita memiliki pemahaman yang lebih komprehensif pada aspek-aspek yang melingkupi bidang yang kita minati.
Sejatinya, setiap orang harus kreatif agar anda dihargai oleh orang lain. Hal itu bisa menjadi pembeda antara anda orang lain. Orang kreatif itu akan menaikkan citra dan harga diri anda di mata siapapun. Lihatlah berapa banyak orang di sekitar anda yang punya hobi dan minat, tapi tidak mau memaksimalkan bahkan senderung mematikannya. Akibat tidak kreatif sehingga mereka serimg dianggap biasa-biasa saja, tidak berharga, tidak dipertimbangkan orang lain, bahkan sering mengalami PHK atau tidak dimanfaatkan orang lain. Seiring dengan perputaran waktu, orang yang tidak kreatif akan cepat terlindas oleh "waktu" dam akhirnya akan menurunkan harga dirinya sendiri.
Terkadang kita tidak menyadari, betapa Tuhan itu telah melengkapi dan membekali manusia dengan “persenjataan” yang lengkap untuk bertarung dengan kehidupan. Sungguh cermat segala perhitungan-Nya. Diantara sekian banyak peralatan tempur itu salah satunya adalah: Kreativitas.
Apakah Anda mengenal dan bahkan mengagumi, semisal; Spielberg, Goerge Lucas, John Grisham, Eminem, K.D Lang, Jewel, Allanis Morissete? Atau para pengusaha yang sukses seperti Bill Gates, HM. Sampoerna, Nicolaus Otto, Gottlieb-Daymler? Atau para musisi yang sukses seperti Iwan Fals, Melly Goeslaw, Ahmad Dani, Bimbo, Rhoma Irama, dan bahkan juga Inul Daratista. Serta tertarikah anda untuk menjadi kreatif seperti mereka? Apakah Anda berniat mendirikan suatu usaha baru, atau membantu tempat perusahaan tempat Anda bekerja agar lebih maju dan berkembang? Kini, semakin banyak orang yang menyadari bahwa kreativitas itu memainkan peranan penting dalam meraih kebahagian pribadi dan keunggulan profesional.
Orang kreatif adalah mereka yang unggul dalam pekerjaan, mendirikan usaha baru, yang menemukan berbagai produk. Yang membangun gedung dan merancang rumah tinggal, yang memproduksi film dan pementasan, menggubah musik, melukis, dan menelurkan berbagai karya keindahan. Manusia kreatif acapkali memiliki kehidupan sosial mengasyikan dan merangsang, berinteraksi dengan banyak orang, serta menjelajahi tempat-tempat menawan. Dengan demikian mereka terus-menerus belajar dan berbuat. Kreativitas juga merupakan aspek penting lingkungan keluarga yang sehat. Para orang tua kreatif tahu cara membantu anak agar menjadi orang dewasa yang mencintai dan memanfaatkan kehidupan secara maksimal.
Kita umumnya mulai membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia teramat muda. Biasanya, mulai masuk SD. Di sini, sedikit demi sedikit, kreativitas mulai dikekang oleh pendidikan tradisional. Kita duduk berderet dengan manis bersama dua puluh atau tiga puluh anak-anak lainnya. Dan harus tunduk pada peraturan dan prosedur yang kaku, yang kebanyakan membatasi keterampilan berpikir kreatif.
Sebenarnya, riset membuktikan bahwa kita semua memiliki daya untuk menjadi kreatif dalam banyak bidang. Menurut Prof. Howard Gardner dari Universitas Harvard dalam bukunya Frames of Mind. Kita diberkahi tidak hanya satu jenis kecerdasan umum, namun tujuh: Verbal/Linguitis: kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau tertulis; Matematis / logis: kemampuan memanipulasi system nomor dan konsep logis; Spasial: kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan desain; Musikal: kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep musik, seperti nada, irama dll; Kinestesis tubuh: kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan seperti dalam olah raga atau tari; Intrapersonal: kemampuan memahami perasaan diri, gemar merenung serta berfilsafat; Interpersonal: kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta perasaan mereka.
Kreativitas ternyata merupakan sesuatu yang penting bagi sebuah Bangsa. Berpikir kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Semakin kreatif seseorang, semakin banyak alternatif penyelesaiannya. Berpikir merupakan instrumen psikis paling penting. Dengan berpikir, kita dapat lebih mudah mengatasi berbagai masalah dalam hidup. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif.
Coleman & Hammen mengungkapkan, ada tiga faktor yang secara umum dapat ikut menunjang cara berpikir kreatif. Pertama, kemampuan kognitif. Seseorang harus mempunyai kecerdasan tinggi. Untuk itu Ia harus secara terus-menerus mengembangkan intelektualitasnya.
Kedua, sikap terbuka. Cara berpikir kreatif akan tumbuh apabila seseorang bersikap terbuka pada stimulus internal dan eksternal. Sikap terbuka dapat dikembangkan dengan memperluas minat dan wawasan.
Ketiga, sikap bebas, otonom, dan percaya diri. Berpikir secara kreatif membutuhkan kebebasan dalam berpikir dan berekspresi. Juga memerlukan kemandirian berpikir, tidak terikat pada otoritas dan konvensi sosial yang ada. Yang terpenting, ia percaya pada kemampuan dirinya. Seseorang yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi, sering kali menghasilkan pemikiran atau gagasan luar biasa, aneh, terkadang dianggap tidak rasional. Bahkan, karena keluarbiasaan itu, tidak sedikit orang kreatif dianggap "gila". ada kesamaan antara orang kreatif dengan orang gila, karena cara berpikirnya tidak konvensional. Bedanya, orang kreatif mampu melakukan loncatan pemikiran yang menimbulkan pencerahan atau pemecahan masalah. Sementara orang gila tidak mampu melakukannya.
Kita bisa belajar dari biji buah-buahan. Ketika sel-sel biji benih akan tumbuh, maka terjadilah krisis pada jaringan kulitnya berupa keretakan pada permukaannya sehingga membuka jalan bagi berkembangnya calon pohon besar yang secara potensial masih amat kecil tersimpan di dalam biji. Kita juga bisa belajar dari telur seekora hewan. Telur ayam, misalnya, yang sedang ditetaskan akan mengalami krisis dan keretakan pada dindingnya sehingga terbuka pintu bagi anak ayam yang akan menggantikan induknya di kemudian hari.
Dalam kajian neuropsikologi, potensi otak manusia sesungguhnya jauh lebih banyak yang belum tergali dan teraktualisasikan. Jaringan saraf-saraf dalam otak yang berfungsi untuk menghimpun informasi sebagai bahan tumbuhnya ilmu pengetahuan belum sampai sepuluh prosen yang terisi. Manusia itu makhluk luar biasa. Mampu hidup di segala cuaca dan kondisi lapangan.
Sejarah manusia selalu dipicu untuk maju oleh serangkaian krisis yang terjadi dari zaman ke zaman. Tanpa krisis dan tantangan, potensi manusia tidak akan muncul dan teraktualkan. Qomaruddin Hidayat mencontohkan, “mirip orang kampung yang membuat minyak kelapa, hanya dengan cara diperas sedemikian rupa maka minyak baru akan keluar. Atau padi ditumbuk berulangkali agar terjadi gesekan dalam jangka waktu tertentu sehingga kulitnya terkelupas dan muncullah beras.”
Hanya saja, ide kreatif tidak datang begitu saja. Ia harus ditanam, dipupuk, dan disirami dalam diri kita selama bertahun-tahun bahkan selama hidup. Untuk mendapatkan ide kreattif, dapat dilakukan beberapa hal:
- Banyak membaca
Dengan banyak membaca, kita mengisi pikiran dengan bahan-bahan berupa potongan-potongan informasi yang dapat dianalogikan seperti mengumpulkan potongan-potongan puzzel. Bila rangkaian potongan-potongan puzzel informasi tersebut telah lengkap atau setidaknya hampir lengkap, maka akan tampak sebuah gambar/bentuk yang memiliki makna cukup jelas yang dapat berupa ide kreatif.
Bacaan tidak harus berupa buku, tetapi bisa majalah, koran, atau artikel-artikel dan jurnal-jurnal penelitian di internet. Yang penting, isinya bermutu dan sesuai dengan kebutuhan dan minat kita. Semakin banyak informasi bermutu yang kita peroleh, berarti semakin banyak potongan puzzel yang kita kumpulkan. Hal itu berarti peluang untuk mendapatkan ide kreatif semakin besar. Selain itu juga sangat membantu upaya menghindari duplikasi (secara tidak sengaja) ide dari orang lain yang sudah diwujudkan dan atau dipublikasikan lebih dahulu.
- Sering mengamati
Mengamati tidak sama dengan melihat. Mengamati adalah melihat dengan mata dan otak. Kebanyakan orang, kalau melihat sesuatu benda atau kejadian yang menarik akan berhenti pada melihat saja, tanpa meneliti. Seorang peneliti tidak hanya sampai di situ saja, tetapi kemudian berfikir bagaimana bisa, mengapa demikian, dan seterusnya.
- Sering berdiskusi
Berdiskusi dengan orang lain yang mempunyai minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang sama dengan kita sangat diperlukan untuk memperdalam dan memperluas wawasan. Namun demikian, diperlukan juga diskusi dengan orang dengan minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang lain agar kita memiliki pemahaman yang lebih komprehensif pada aspek-aspek yang melingkupi bidang yang kita minati.
Sejatinya, setiap orang harus kreatif agar anda dihargai oleh orang lain. Hal itu bisa menjadi pembeda antara anda orang lain. Orang kreatif itu akan menaikkan citra dan harga diri anda di mata siapapun. Lihatlah berapa banyak orang di sekitar anda yang punya hobi dan minat, tapi tidak mau memaksimalkan bahkan senderung mematikannya. Akibat tidak kreatif sehingga mereka serimg dianggap biasa-biasa saja, tidak berharga, tidak dipertimbangkan orang lain, bahkan sering mengalami PHK atau tidak dimanfaatkan orang lain. Seiring dengan perputaran waktu, orang yang tidak kreatif akan cepat terlindas oleh "waktu" dam akhirnya akan menurunkan harga dirinya sendiri.
Terkadang kita tidak menyadari, betapa Tuhan itu telah melengkapi dan membekali manusia dengan “persenjataan” yang lengkap untuk bertarung dengan kehidupan. Sungguh cermat segala perhitungan-Nya. Diantara sekian banyak peralatan tempur itu salah satunya adalah: Kreativitas.
Apakah Anda mengenal dan bahkan mengagumi, semisal; Spielberg, Goerge Lucas, John Grisham, Eminem, K.D Lang, Jewel, Allanis Morissete? Atau para pengusaha yang sukses seperti Bill Gates, HM. Sampoerna, Nicolaus Otto, Gottlieb-Daymler? Atau para musisi yang sukses seperti Iwan Fals, Melly Goeslaw, Ahmad Dani, Bimbo, Rhoma Irama, dan bahkan juga Inul Daratista. Serta tertarikah anda untuk menjadi kreatif seperti mereka? Apakah Anda berniat mendirikan suatu usaha baru, atau membantu tempat perusahaan tempat Anda bekerja agar lebih maju dan berkembang? Kini, semakin banyak orang yang menyadari bahwa kreativitas itu memainkan peranan penting dalam meraih kebahagian pribadi dan keunggulan profesional.
Orang kreatif adalah mereka yang unggul dalam pekerjaan, mendirikan usaha baru, yang menemukan berbagai produk. Yang membangun gedung dan merancang rumah tinggal, yang memproduksi film dan pementasan, menggubah musik, melukis, dan menelurkan berbagai karya keindahan. Manusia kreatif acapkali memiliki kehidupan sosial mengasyikan dan merangsang, berinteraksi dengan banyak orang, serta menjelajahi tempat-tempat menawan. Dengan demikian mereka terus-menerus belajar dan berbuat. Kreativitas juga merupakan aspek penting lingkungan keluarga yang sehat. Para orang tua kreatif tahu cara membantu anak agar menjadi orang dewasa yang mencintai dan memanfaatkan kehidupan secara maksimal.
Kita umumnya mulai membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia teramat muda. Biasanya, mulai masuk SD. Di sini, sedikit demi sedikit, kreativitas mulai dikekang oleh pendidikan tradisional. Kita duduk berderet dengan manis bersama dua puluh atau tiga puluh anak-anak lainnya. Dan harus tunduk pada peraturan dan prosedur yang kaku, yang kebanyakan membatasi keterampilan berpikir kreatif.
Sebenarnya, riset membuktikan bahwa kita semua memiliki daya untuk menjadi kreatif dalam banyak bidang. Menurut Prof. Howard Gardner dari Universitas Harvard dalam bukunya Frames of Mind. Kita diberkahi tidak hanya satu jenis kecerdasan umum, namun tujuh: Verbal/Linguitis: kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau tertulis; Matematis / logis: kemampuan memanipulasi system nomor dan konsep logis; Spasial: kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan desain; Musikal: kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep musik, seperti nada, irama dll; Kinestesis tubuh: kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan seperti dalam olah raga atau tari; Intrapersonal: kemampuan memahami perasaan diri, gemar merenung serta berfilsafat; Interpersonal: kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta perasaan mereka.
Kreativitas ternyata merupakan sesuatu yang penting bagi sebuah Bangsa. Berpikir kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Semakin kreatif seseorang, semakin banyak alternatif penyelesaiannya. Berpikir merupakan instrumen psikis paling penting. Dengan berpikir, kita dapat lebih mudah mengatasi berbagai masalah dalam hidup. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif.
Coleman & Hammen mengungkapkan, ada tiga faktor yang secara umum dapat ikut menunjang cara berpikir kreatif. Pertama, kemampuan kognitif. Seseorang harus mempunyai kecerdasan tinggi. Untuk itu Ia harus secara terus-menerus mengembangkan intelektualitasnya.
Kedua, sikap terbuka. Cara berpikir kreatif akan tumbuh apabila seseorang bersikap terbuka pada stimulus internal dan eksternal. Sikap terbuka dapat dikembangkan dengan memperluas minat dan wawasan.
Ketiga, sikap bebas, otonom, dan percaya diri. Berpikir secara kreatif membutuhkan kebebasan dalam berpikir dan berekspresi. Juga memerlukan kemandirian berpikir, tidak terikat pada otoritas dan konvensi sosial yang ada. Yang terpenting, ia percaya pada kemampuan dirinya. Seseorang yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi, sering kali menghasilkan pemikiran atau gagasan luar biasa, aneh, terkadang dianggap tidak rasional. Bahkan, karena keluarbiasaan itu, tidak sedikit orang kreatif dianggap "gila". ada kesamaan antara orang kreatif dengan orang gila, karena cara berpikirnya tidak konvensional. Bedanya, orang kreatif mampu melakukan loncatan pemikiran yang menimbulkan pencerahan atau pemecahan masalah. Sementara orang gila tidak mampu melakukannya.
Minggu, 16 Agustus 2009
Palu Ajaib
Di Inggris, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pria kaya yang memiliki kapal uap yang indah, tapi seperti jamaknya benda-benda mahal, kapal uap itu ditakdirkan untuk dirusak. Biasanya, teknisi kapal bisa memperbaikinya, tapi suatu hari, setelah perjalanan yang amat berat, mesinnya mati, dan tidak ada yang bisa menyalakannya lagi.
Satu demi satu, semua montir dan ahli mesin di negeri itu dipanggil untuk memperbaiki mesin kapal, dan satu demi satu gagal melakukannya. Akhirnya, si pria kaya mendengar kabar tentang seorang pembuat kapal tua bijaksana yang mungkin dapat membantu, tapi dengan harga mahal. Pria kaya itu langsung menyetujuinya.
Tak lama kemudian tibalah seorang pria tua yang dari penampilannya terlihat seolah-olah sudah memperbaiki kapal selama ratusan tahun. Dia membawa tas besar berisi peralatan, dan langsung mulai bekerja. Dia memeriksa jaringan luas pipa yang mengarah ke dan dari mesin dengan sangat teliti, sesekali dia meletakkan tangan di atas pipa untuk mengisi kehangatannya.
Akhirnya, pria tua itu meraih ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah palu kecil. Dengan lembut dia mengetuk salah satu pipa. Seketika itu juga, suara uap yang mengalir pipa dapat terdengar dan mesin kapal pun menyala sementara pria tua itu dengan hati-hati menyimpan kembali palunya.
Ketika si pria kaya bertanya berapa yang harus dia bayar kepada si pembuat kapal, tagihannya mencapai 10 ribu pound.
“Apa?!” pemilik kapal berseru. “Kau nyaris tidak melakukan apapun. Jelaskan tagihanmu atau kujebloskan kau ke penjara.”
Pria tua itu mulai menuliskan sesuatu pada selembara kertas kumal yang dia ambil dari sakunya. Si pria kaya tersenyum saat membacanya dan meminta maaf kepada pembuat kapal atas sikap kasarnya. Ini tulisan yang tertera di kertas:
Untuk mengetuk dengan palu 1 pound
Untuk mengetahui di mana harus mengetuk 9.999 pound
***
Orang menginginkan apa yang mereka inginkan untuk beragam alasan. Sebagian orang ingin punya uang karena menurut mereka uang akan memberi mereka “keamanan”, yang lain menginginkannya karena menurut mereka uang akan membeli “kebebasan” mereka. Yang lain ingin merasakan “kekuatan” atau “prestasi” atau “kesuksesan”.
Setiap kata ini mewakili nilai tertinggi anda—hal-hal penting bagi anda dan memberi makna serta kekayaan dalam hidup anda.
Jika yang anda lakukan hanya mengejar tujuan tanpa memenuhi nilai-nilai anda, kesuksesan anda akan kosong dan hidup anda kemungkinan akan terasa berlubang dan kosong di dalam. Anda mungkin bisa punya uang, tapi anda jelas tidak akan kaya.
Satu demi satu, semua montir dan ahli mesin di negeri itu dipanggil untuk memperbaiki mesin kapal, dan satu demi satu gagal melakukannya. Akhirnya, si pria kaya mendengar kabar tentang seorang pembuat kapal tua bijaksana yang mungkin dapat membantu, tapi dengan harga mahal. Pria kaya itu langsung menyetujuinya.
Tak lama kemudian tibalah seorang pria tua yang dari penampilannya terlihat seolah-olah sudah memperbaiki kapal selama ratusan tahun. Dia membawa tas besar berisi peralatan, dan langsung mulai bekerja. Dia memeriksa jaringan luas pipa yang mengarah ke dan dari mesin dengan sangat teliti, sesekali dia meletakkan tangan di atas pipa untuk mengisi kehangatannya.
Akhirnya, pria tua itu meraih ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah palu kecil. Dengan lembut dia mengetuk salah satu pipa. Seketika itu juga, suara uap yang mengalir pipa dapat terdengar dan mesin kapal pun menyala sementara pria tua itu dengan hati-hati menyimpan kembali palunya.
Ketika si pria kaya bertanya berapa yang harus dia bayar kepada si pembuat kapal, tagihannya mencapai 10 ribu pound.
“Apa?!” pemilik kapal berseru. “Kau nyaris tidak melakukan apapun. Jelaskan tagihanmu atau kujebloskan kau ke penjara.”
Pria tua itu mulai menuliskan sesuatu pada selembara kertas kumal yang dia ambil dari sakunya. Si pria kaya tersenyum saat membacanya dan meminta maaf kepada pembuat kapal atas sikap kasarnya. Ini tulisan yang tertera di kertas:
Untuk mengetuk dengan palu 1 pound
Untuk mengetahui di mana harus mengetuk 9.999 pound
***
Orang menginginkan apa yang mereka inginkan untuk beragam alasan. Sebagian orang ingin punya uang karena menurut mereka uang akan memberi mereka “keamanan”, yang lain menginginkannya karena menurut mereka uang akan membeli “kebebasan” mereka. Yang lain ingin merasakan “kekuatan” atau “prestasi” atau “kesuksesan”.
Setiap kata ini mewakili nilai tertinggi anda—hal-hal penting bagi anda dan memberi makna serta kekayaan dalam hidup anda.
Jika yang anda lakukan hanya mengejar tujuan tanpa memenuhi nilai-nilai anda, kesuksesan anda akan kosong dan hidup anda kemungkinan akan terasa berlubang dan kosong di dalam. Anda mungkin bisa punya uang, tapi anda jelas tidak akan kaya.
Sabtu, 08 Agustus 2009
Coca-Cola dan Levi’s
Kunci kekayaan seringkali ditemukan tersimpan jauh di dalam arsip imajinasi kita yang tak disangka-sangka. Sebagai contoh adalah Coca-Cola dan Jeans Levi’s.
Coca-Cola awalnya sirup sakit kepala yang tidak terlalu berhasil yang dikembangkan oleh apoteker/pengusaha bernama John Pemberton. Ketika dia memergoki beberapa pekerja gudang mencampur sirup barunya dengan air dan meminumnya di belakang toko, dia mencicipinya dan menyadari bahwa jika dia mencampurnya dengan air soda, minuman itu mungkin bisa menjadi sesuatu yang akan membuat orang rela membayar untuk membelinya.
Sementara untuk “blue Jeans”, produk ini berkembang ketika seorang calon penambang emas bernama Levi Strauss pergi ke San Fransisco dengan barang dagangan yang rencananya akan dia jual untuk mengumpulkan uang guna membeli sepetak lahan di tambang. Dia tidak berhasil menjual dua gulungan besar kanvas tenda berwarna biru. Jadi, dia membayar seorang penjahit lokal untuk membuat celana terusan dari kain tenda dan paku kuningan. Permintaan untuk celana panjang barunya yang kuat begitu besar sehingga akhirnya dia tidak pernah mencari emas.
Saat anda menyadari bahwa cara menghasilkan uang sama sekali tidak terbatas, pertanyaannya berubah dari “adakah cara bagi orang saya menghasilkan uang?”
Oleh karena itu jangan meremehkan kekuatan pikiran kreatif! Ingat, semua inovasi ilmiah, keajaiban medis, lagu, lukisan, film, puisi, dan gerakan politik terkenal hanya bermula dari ide dalam imajinasi kreatif seseorang. Makin kaya pikiran anda, makin kuat kreativitas imajinasi anda.
Coca-Cola awalnya sirup sakit kepala yang tidak terlalu berhasil yang dikembangkan oleh apoteker/pengusaha bernama John Pemberton. Ketika dia memergoki beberapa pekerja gudang mencampur sirup barunya dengan air dan meminumnya di belakang toko, dia mencicipinya dan menyadari bahwa jika dia mencampurnya dengan air soda, minuman itu mungkin bisa menjadi sesuatu yang akan membuat orang rela membayar untuk membelinya.
Sementara untuk “blue Jeans”, produk ini berkembang ketika seorang calon penambang emas bernama Levi Strauss pergi ke San Fransisco dengan barang dagangan yang rencananya akan dia jual untuk mengumpulkan uang guna membeli sepetak lahan di tambang. Dia tidak berhasil menjual dua gulungan besar kanvas tenda berwarna biru. Jadi, dia membayar seorang penjahit lokal untuk membuat celana terusan dari kain tenda dan paku kuningan. Permintaan untuk celana panjang barunya yang kuat begitu besar sehingga akhirnya dia tidak pernah mencari emas.
Saat anda menyadari bahwa cara menghasilkan uang sama sekali tidak terbatas, pertanyaannya berubah dari “adakah cara bagi orang saya menghasilkan uang?”
Oleh karena itu jangan meremehkan kekuatan pikiran kreatif! Ingat, semua inovasi ilmiah, keajaiban medis, lagu, lukisan, film, puisi, dan gerakan politik terkenal hanya bermula dari ide dalam imajinasi kreatif seseorang. Makin kaya pikiran anda, makin kuat kreativitas imajinasi anda.
Minggu, 02 Agustus 2009
Sang Penemu Hemat BBM
Lelaki itu bernama Joko Istianto. Dia berhasil menemukan alat penghemat BBM untuk motor dan mobil. Alat temuannya itu dia namakan Fe-Max. Dan dia bertekad untuk menebarkan penemuannya ini di Indonesia.
Penemuannya adalah berawal dari lomba karya tulis ilmiah Hemat Energi versi Pertamina tahun 1997. Dia berhasil memenangkan lomba tersebut. Selanjutnya, dia menjadi pemenang terbaik simposium nasional Forum Mahasiswa Mesir Nasional 1998 dan sebagai peserta terbaik pameran Olimpiade fisika se-Asia tahun 2000. Dia juga menjadi pemenang pemuda pelopor nasional bidang teknologi tahun 2007.
Melalui alat yang dinamai Fe-Max tersebut, BBM yang dikeluarkan dari tanki motor/mobil saat dikehendaki bisa jadi hemat sampai 35 persen. Artinya, jika misalnya mobil tanpa dipasang Fe-Max dalam sehari menghabiskan 100 liter premium, maka ketika dipasang Fe-Max menjadi hanya keluar duit bensin untuk 65 liter saja. Selain itu Fe-Max juga mampu mengurangi emisi gas buang sampai 60 persen. Tenaga mesin menjadi lebih berdaya, getaran mesin juga menjadi berkurang banyak.
Penemuan Joko ini tentu begitu bermanfaat bagi masyarakat yang sedang mengalami kesulitan untuk membeli BBM karena harganya naik-turun tak menentu. Kehadirannya membawa angin segar bagi pengguna pengeluaran untuk BBM, dan dapat dialokasikan pada kebutuhan-kebutuhan lainnya atau mungkin juga ditabung.
Semangat Zaman
Kreatifitas Joko ini dalam menemukan alat penghemat BBM sejatinya merupakan jawaban dia atas tuntutan zaman yang memaksa untuk berpikir kreatif. Kita tahu bahwa pada saat ditemukannya alat tersebut, Indonesia kena imbas oleh kenaikan harga minyak dunia. Pemerintah dengan terpaksa menaikkan harga BBM untuk menyesuaikan dengan harga rata-rata pasar dunia. Akibatnya, rakyat menjadi korban. Banyak perusahaan mulai dari yang kecil hingga yang besar menurunkan produktifitasnya, karena biaya produksi mahal, yang diakibatkan oleh harga BBM.
Namun, Joko tidak terkejut oleh keadaan seperti itu. Justru memunculkan kreatifitasnya dengan berpikir bagaimana caranya agar tetap survive di tengah-tengah kenaikan harga BBM. Akhirnya munculah inovasinya menemukan alat penghemat BBM. Sungguh, sebuah usaha yang patut diacungi jempol.
Penemuannya adalah berawal dari lomba karya tulis ilmiah Hemat Energi versi Pertamina tahun 1997. Dia berhasil memenangkan lomba tersebut. Selanjutnya, dia menjadi pemenang terbaik simposium nasional Forum Mahasiswa Mesir Nasional 1998 dan sebagai peserta terbaik pameran Olimpiade fisika se-Asia tahun 2000. Dia juga menjadi pemenang pemuda pelopor nasional bidang teknologi tahun 2007.
Melalui alat yang dinamai Fe-Max tersebut, BBM yang dikeluarkan dari tanki motor/mobil saat dikehendaki bisa jadi hemat sampai 35 persen. Artinya, jika misalnya mobil tanpa dipasang Fe-Max dalam sehari menghabiskan 100 liter premium, maka ketika dipasang Fe-Max menjadi hanya keluar duit bensin untuk 65 liter saja. Selain itu Fe-Max juga mampu mengurangi emisi gas buang sampai 60 persen. Tenaga mesin menjadi lebih berdaya, getaran mesin juga menjadi berkurang banyak.
Penemuan Joko ini tentu begitu bermanfaat bagi masyarakat yang sedang mengalami kesulitan untuk membeli BBM karena harganya naik-turun tak menentu. Kehadirannya membawa angin segar bagi pengguna pengeluaran untuk BBM, dan dapat dialokasikan pada kebutuhan-kebutuhan lainnya atau mungkin juga ditabung.
Semangat Zaman
Kreatifitas Joko ini dalam menemukan alat penghemat BBM sejatinya merupakan jawaban dia atas tuntutan zaman yang memaksa untuk berpikir kreatif. Kita tahu bahwa pada saat ditemukannya alat tersebut, Indonesia kena imbas oleh kenaikan harga minyak dunia. Pemerintah dengan terpaksa menaikkan harga BBM untuk menyesuaikan dengan harga rata-rata pasar dunia. Akibatnya, rakyat menjadi korban. Banyak perusahaan mulai dari yang kecil hingga yang besar menurunkan produktifitasnya, karena biaya produksi mahal, yang diakibatkan oleh harga BBM.
Namun, Joko tidak terkejut oleh keadaan seperti itu. Justru memunculkan kreatifitasnya dengan berpikir bagaimana caranya agar tetap survive di tengah-tengah kenaikan harga BBM. Akhirnya munculah inovasinya menemukan alat penghemat BBM. Sungguh, sebuah usaha yang patut diacungi jempol.
Selasa, 28 Juli 2009
Ia yang Menulis dengan “Kelopak Mata”
Lelaki itu bernama Jean-Dominique Bauby, pemimpin redaksi majalah Elle, Prancis. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang ditulisnya secara sangat istimewa. Judulnya, “Le Scaphandre” et le Papillon (The Bubble and the Butterfly). Setahun sebelumnya, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh.
Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total. Memang, ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat digerakannya adalah kelopak mata kirinya. Dan itulah satu-satunya cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan teman-temannya.
Dalam masa stroke-nya, ia menulis buku. Bagaimana caranya? Ia dibantu oleh keluarganya untuk menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.
Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah saja, dia tidak mampu, karena seluruh otot dan saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut aku teladani adalah bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik.
Betapa mengagumkan semangat hidup dan tekad maupun kemauannya untuk menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan.
Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan aku yang hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh. Coba ingat-ingat apa yang aku lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas juga menggerutu.
Boleh jadi, seberat apa pun problem dan beban hidup aku semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan Jean.
Ya, aku harus percaya bahwa sebagai manusia masing-masing telah diberikan potensi untuk tetap survive dalam kondisi yang sesulit apa pun oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga jika aku mau menggunakan potensi tersebut aku pasti akan dapat melalui kesulitan demi kekurangan dan kesulitan yang aku hadapi. Aku, sebagai manusia tidak mungkin akan selalu mengalami hal-hal yang menyenangkan, suatu ketika aku pasti akan mengalami hal-hal yang menyedihkan, begitu pula sebaliknya. Dan pada saat itulah aku harus mengaktifkan potensi survive yang aku miliki. Dengan penuh keyakinan aku harus percaya bahwa aku akan dapat mencapai kondisi yang menyenangkan hatiku.
Seseorang yang telah mencapai hal-hal yang diinginkannya biasanya mengalami perubahan mental, pola pikir, gaya hidup, cara bertindak, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini biasanya dapat menjerumuskan mereka ke dalam kejatuhan dan kegagalan. Dengan kata lain seseorang yang telah berhasil biasanya cenderung untuk menjadi sombong, tidak mau belajar dari orang lain, merasa bahwa dirinya adalah yang paling benar dan pandai, meremehkan orang lain, dan serakah.
Sikap-sikap seperti inilah yang kebanyakan membuat orang-orang berhasil dan sukses masuk ke dalam jurang pencobaan dan menemui kegagalan dan kehancuran. Oleh karena itu apabila aku suatu saat telah menjadi orang yang sukses, aku harus waspada dan sering-sering mengintrospeksi diri karena perubahan-perubahan sikap yang aku alami baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membawa aku kepada kejatuhan dan kegagalan.
Sebaliknya kegagalan yang berkali-kali dialami seseorang dapat mendidik orang tersebut menjadi lebih tangguh dan lebih tangguh lagi karena ia banyak belajar dari kegagalan yang dialaminya. Dan apabila ia semakin bertekun bukan tidak mustahil ia akan berhasil meraih kesuksesan dan keberhasilan yang gemilang.
Melihat pengalaman orang-orang sukses yang bangkit dari kegagalan aku dapat mengatakan bahwa kegagalan sesungguhnya adalah pelajaran yang sangat berharga. Maka jangan cuma menyesali dan meratapinya, tetapi belajarlah dari kegagalan-kegagalan yang aku alami. Pelajari mengapa aku sampai gagal. Sehingga di lain waktu aku bisa lebih hati-hati dalam setiap tindakan. Dan kegagalan yang lalu tidak akan terulang lagi pada diriku.***
Yogyakarta, 27 Juli 2009, Pkl. 23.00
Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total. Memang, ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat digerakannya adalah kelopak mata kirinya. Dan itulah satu-satunya cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan teman-temannya.
Dalam masa stroke-nya, ia menulis buku. Bagaimana caranya? Ia dibantu oleh keluarganya untuk menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.
Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah saja, dia tidak mampu, karena seluruh otot dan saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut aku teladani adalah bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik.
Betapa mengagumkan semangat hidup dan tekad maupun kemauannya untuk menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan.
Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan aku yang hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh. Coba ingat-ingat apa yang aku lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas juga menggerutu.
Boleh jadi, seberat apa pun problem dan beban hidup aku semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan Jean.
Ya, aku harus percaya bahwa sebagai manusia masing-masing telah diberikan potensi untuk tetap survive dalam kondisi yang sesulit apa pun oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga jika aku mau menggunakan potensi tersebut aku pasti akan dapat melalui kesulitan demi kekurangan dan kesulitan yang aku hadapi. Aku, sebagai manusia tidak mungkin akan selalu mengalami hal-hal yang menyenangkan, suatu ketika aku pasti akan mengalami hal-hal yang menyedihkan, begitu pula sebaliknya. Dan pada saat itulah aku harus mengaktifkan potensi survive yang aku miliki. Dengan penuh keyakinan aku harus percaya bahwa aku akan dapat mencapai kondisi yang menyenangkan hatiku.
Seseorang yang telah mencapai hal-hal yang diinginkannya biasanya mengalami perubahan mental, pola pikir, gaya hidup, cara bertindak, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini biasanya dapat menjerumuskan mereka ke dalam kejatuhan dan kegagalan. Dengan kata lain seseorang yang telah berhasil biasanya cenderung untuk menjadi sombong, tidak mau belajar dari orang lain, merasa bahwa dirinya adalah yang paling benar dan pandai, meremehkan orang lain, dan serakah.
Sikap-sikap seperti inilah yang kebanyakan membuat orang-orang berhasil dan sukses masuk ke dalam jurang pencobaan dan menemui kegagalan dan kehancuran. Oleh karena itu apabila aku suatu saat telah menjadi orang yang sukses, aku harus waspada dan sering-sering mengintrospeksi diri karena perubahan-perubahan sikap yang aku alami baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membawa aku kepada kejatuhan dan kegagalan.
Sebaliknya kegagalan yang berkali-kali dialami seseorang dapat mendidik orang tersebut menjadi lebih tangguh dan lebih tangguh lagi karena ia banyak belajar dari kegagalan yang dialaminya. Dan apabila ia semakin bertekun bukan tidak mustahil ia akan berhasil meraih kesuksesan dan keberhasilan yang gemilang.
Melihat pengalaman orang-orang sukses yang bangkit dari kegagalan aku dapat mengatakan bahwa kegagalan sesungguhnya adalah pelajaran yang sangat berharga. Maka jangan cuma menyesali dan meratapinya, tetapi belajarlah dari kegagalan-kegagalan yang aku alami. Pelajari mengapa aku sampai gagal. Sehingga di lain waktu aku bisa lebih hati-hati dalam setiap tindakan. Dan kegagalan yang lalu tidak akan terulang lagi pada diriku.***
Yogyakarta, 27 Juli 2009, Pkl. 23.00
Rabu, 01 Juli 2009
Cita-Cita: The Secret and Power Within
Judul: Cita-Cita: The Secret and Power Within
Penulis: M.Iqbal Dawami
Penerbit: Diva Press, Yogyakarta
Cetakan: I, Mei 2009
Tebal: 260 hlm.
----------------
Setiap manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan dalam kehidupan sehari-harinya penuh dengan lika-liku. Ada kalanya ditimpa kebahagiaan, namun ada kalanya pula kesedihan. Semua manusia tercipta dengan skenario yang berbeda. Skenario yang sudah tertulis di dalam “catatan” Tuhan.
Kita tahu bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan begitu sempurna. Semuanya mempunyai “ruh”. Alam beserta segala isi dan peristiwanya mengajarkan kepada manusia, sebagai pengelola alam, untuk menjaga keseimbangan hidup. Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lainnya, adalah bahan renungan untuk manusia. Manusia sering kali ditimpa ujian dan cobaan, lebih sering pula ketika mengalami kesulitan hanya bisa mengeluh dan menuntut, tanpa berfikir lebih jernih lagi apa sebenarnya di balik semua kejadian ini. Mungkin kita masih ingat peristiwa berbagai musibah dan bencana alam yang sudah dan sedang terjadi, pernahkah kita berfikir dan merenung, mengapa Tuhan menurunkan itu semua?
Alam sebenarnya berperan sebagai “guru” bagi manusia untuk perenungan dan pembelajaran. Hal ini menandakan bahwa Tuhan begitu perhatian bagi manusia sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia untuk dapat hidup sejahtera dibandingkan ciptaan lain-Nya. Akal adalah bukti kasih sayang dari Tuhan. Ia mencipatakan itu untuk mengambil segala pelajaran yang diberikan alam.
Dalam rangka di ataslah buku ini hendak mengajak para pembaca untuk merenungkan segala peristiwa yang ada di muka bumi ini. Mari kita pikirkan baik-baik segala polah tingkah yang ada di muka bumi ini.
“Manusia yang bijak dan cerdaslah yang senantiasa mengambil pelajaran serta mengisi skenario-Nya dengan amalan yang disukai-Nya. Tanpa pernah berkeluh kesah apalagi berburuk sangka.” Begitu seorang kawan memberi tahu saya lewat blog-nya. Ya, saya sepakat dengan pendapat di atas. Tapi bagi sebagian orang tidak mudah untuk mengambil pelajaran seperti itu. Begitu banyak peristiwa yang berseliweran di sekitar kita, tapi sebagian orang itu tidak mendapatkan pelajaran apa-apa.
Kehidupannya bagaikan mesin. Akalnya sama sekali tak difungsikan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Dalam hidupnya nyaris mengalami energi-energi negatif, seperti stress, mudah marah, sedih, dan lain sebagainya.
Namun sebagian orang lainnya berperilaku sebaliknya. Mereka dapat dengan mudah meraih pelajaran yang berharga dari segala peristiwa yang ada di muka bumi ini. Saat melihat atau pun mendapat musibah, mereka bersabar, karena mereka yakin bahwa ada makna di balik itu. Pun sebaliknya, saat meraih kebahagiaan, mereka bersyukur.
Alam menyodorkan kepada kita di saat pagi dengan adanya kicauan burung, bunga-bunga bermekaran, embun pagi bening yang hinggap di sela-sela dedaunan, udara yang sejuk dan segar. Alam memberikan pelajaran agar hidup senantiasa memberikan yang terbaik kepada kehidupan lainnya.
Belum lagi dengan kelakuan para hewan. Semut, misalnya, yang selalu berduyun-duyun mencari makanan. Satu semut memberitahu bahwa ada makanan sebuah tempat, maka yang lainnya pun mengikutinya. Belum lagi dengan kelelewar, yang sering “berangkat” pagi mencari makan dan pulang sore hari saat senja tiba. Tentu masih banyak lagi peristiwa lainnya yang dapat kita ambil hikmahnya. Sekali lagi, semua peristiwa yang terjadi adalah untuk mengajarkan kepada manusia agar menjadi manusia berkualitas. Menjadi manusia berkualitas adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Menjadi manusia berkualitas adalah menjadi manusia yang memberi yang terbaik bagi dirinya dan orang lain.
Kita harus banyak belajar dari alam ini. Keterciptaan kita di dunia tak lain adalah untuk memelihara bumi ini sebaik-baiknya dalam ketundukan dan kepatuhan yang purna pada Sang Pencipta. Untuk itulah kita diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya, bahkan dari malaikat sekalipun.
Sudah dimafhumi bahwa salah satu penyampaian pesan yang sangat efektif adalah melalui sebuah kisah. Penyampaian melalui kisah dapat dicerna dengan baik oleh siapa pun dan dari kalangan mana pun. Efektifnya lagi adalah tidak pernah merasa digurui bagi siapa saja yang membacanya. Dan sudah dianggap lazim bahwa berkisah atau bercerita merupakan salah satu metode pengajaran yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai tertentu pada para peserta didik, dalam hal ini para pembaca.
Metode pengisahan atau penceritaan ini telah terbukti mampu merangsang imajinasi para pembacanya.
Kisah-kisah yang saya suguhkan bercorak sugestif-transformatif, sehingga para pembaca pun akan mampu menangkap makna yang saya paparkan. Hal itu memang, kisah-kisah tersebut sangat dekat dengan keadaan atau bahkan karakter kita—saya maupun pembaca. Sebagian besar yang dikisahkannya merupakan fenomena yang sedang kita alami sejak dulu hingga kini. Pembaca akan dapat dengan mudah mengambil sari-sari hikmah melalui cerita beserta penjelasannya.
Harus penulis akui bahwa penyampaian kisah-kisahnya dalam buku ini tidak panjang-panjang. Tapi meski demikian makna dan pesan kearifannya berkelindan dalam semua kisah tersebut. Pemaparan kisah-kisahnya yang pendek boleh jadi dapat memfokuskan pembaca pada pesan yang hendak disampaikan. Adapun kisah-kisah yang terdapat dalam buku ini bersumber dari situs-situs internet yang tidak diketahui pengarang aslinya, dari sinopsis film, dari para sahabat, dan dari saya sendiri.
Harapan saya, semoga buku ini menjadi “danau” para pembaca menemukan kembali dirinya, semangatnya dan kemampuannya untuk melakukan perubahan. Buku ini, mudah-mudahan, akan mampu menjadi obat bagi pembaca untuk sembuh dan bangkit kemudian membangun, minimal membangun karakter kita. Saya hendak mengajak para pembaca, mari kita mengubah nasib kita sendiri menjadi lebih baik, dan sekaligus menjadi manusia terbaik, menjadi manusia berkualitas.
Melalui buku ini saya hendak mengajak para pembaca juga untuk bersikap optimis, tidak pesimis. Saya persilakan para pembaca dapat membacanya dengan meloncat-loncat, memilih mana yang paling disukainya terlebih dahulu.
Terakhir, semoga kita mampu mengambil hikmah dari apa yang ada di semesta ini. Mari kita belajar dari alam sehingga kita menjadi orang-orang yang lebih bijak dalam menghadapi hidup ini. ***
(Tulisan ini merupakan Kata Pengantar yang ada di dalam buku Cita-Cita: The Secret and Power Within).
Penulis: M.Iqbal Dawami
Penerbit: Diva Press, Yogyakarta
Cetakan: I, Mei 2009
Tebal: 260 hlm.
----------------
Setiap manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan dalam kehidupan sehari-harinya penuh dengan lika-liku. Ada kalanya ditimpa kebahagiaan, namun ada kalanya pula kesedihan. Semua manusia tercipta dengan skenario yang berbeda. Skenario yang sudah tertulis di dalam “catatan” Tuhan.
Kita tahu bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan begitu sempurna. Semuanya mempunyai “ruh”. Alam beserta segala isi dan peristiwanya mengajarkan kepada manusia, sebagai pengelola alam, untuk menjaga keseimbangan hidup. Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lainnya, adalah bahan renungan untuk manusia. Manusia sering kali ditimpa ujian dan cobaan, lebih sering pula ketika mengalami kesulitan hanya bisa mengeluh dan menuntut, tanpa berfikir lebih jernih lagi apa sebenarnya di balik semua kejadian ini. Mungkin kita masih ingat peristiwa berbagai musibah dan bencana alam yang sudah dan sedang terjadi, pernahkah kita berfikir dan merenung, mengapa Tuhan menurunkan itu semua?
Alam sebenarnya berperan sebagai “guru” bagi manusia untuk perenungan dan pembelajaran. Hal ini menandakan bahwa Tuhan begitu perhatian bagi manusia sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia untuk dapat hidup sejahtera dibandingkan ciptaan lain-Nya. Akal adalah bukti kasih sayang dari Tuhan. Ia mencipatakan itu untuk mengambil segala pelajaran yang diberikan alam.
Dalam rangka di ataslah buku ini hendak mengajak para pembaca untuk merenungkan segala peristiwa yang ada di muka bumi ini. Mari kita pikirkan baik-baik segala polah tingkah yang ada di muka bumi ini.
“Manusia yang bijak dan cerdaslah yang senantiasa mengambil pelajaran serta mengisi skenario-Nya dengan amalan yang disukai-Nya. Tanpa pernah berkeluh kesah apalagi berburuk sangka.” Begitu seorang kawan memberi tahu saya lewat blog-nya. Ya, saya sepakat dengan pendapat di atas. Tapi bagi sebagian orang tidak mudah untuk mengambil pelajaran seperti itu. Begitu banyak peristiwa yang berseliweran di sekitar kita, tapi sebagian orang itu tidak mendapatkan pelajaran apa-apa.
Kehidupannya bagaikan mesin. Akalnya sama sekali tak difungsikan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Dalam hidupnya nyaris mengalami energi-energi negatif, seperti stress, mudah marah, sedih, dan lain sebagainya.
Namun sebagian orang lainnya berperilaku sebaliknya. Mereka dapat dengan mudah meraih pelajaran yang berharga dari segala peristiwa yang ada di muka bumi ini. Saat melihat atau pun mendapat musibah, mereka bersabar, karena mereka yakin bahwa ada makna di balik itu. Pun sebaliknya, saat meraih kebahagiaan, mereka bersyukur.
Alam menyodorkan kepada kita di saat pagi dengan adanya kicauan burung, bunga-bunga bermekaran, embun pagi bening yang hinggap di sela-sela dedaunan, udara yang sejuk dan segar. Alam memberikan pelajaran agar hidup senantiasa memberikan yang terbaik kepada kehidupan lainnya.
Belum lagi dengan kelakuan para hewan. Semut, misalnya, yang selalu berduyun-duyun mencari makanan. Satu semut memberitahu bahwa ada makanan sebuah tempat, maka yang lainnya pun mengikutinya. Belum lagi dengan kelelewar, yang sering “berangkat” pagi mencari makan dan pulang sore hari saat senja tiba. Tentu masih banyak lagi peristiwa lainnya yang dapat kita ambil hikmahnya. Sekali lagi, semua peristiwa yang terjadi adalah untuk mengajarkan kepada manusia agar menjadi manusia berkualitas. Menjadi manusia berkualitas adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Menjadi manusia berkualitas adalah menjadi manusia yang memberi yang terbaik bagi dirinya dan orang lain.
Kita harus banyak belajar dari alam ini. Keterciptaan kita di dunia tak lain adalah untuk memelihara bumi ini sebaik-baiknya dalam ketundukan dan kepatuhan yang purna pada Sang Pencipta. Untuk itulah kita diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya, bahkan dari malaikat sekalipun.
Sudah dimafhumi bahwa salah satu penyampaian pesan yang sangat efektif adalah melalui sebuah kisah. Penyampaian melalui kisah dapat dicerna dengan baik oleh siapa pun dan dari kalangan mana pun. Efektifnya lagi adalah tidak pernah merasa digurui bagi siapa saja yang membacanya. Dan sudah dianggap lazim bahwa berkisah atau bercerita merupakan salah satu metode pengajaran yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai tertentu pada para peserta didik, dalam hal ini para pembaca.
Metode pengisahan atau penceritaan ini telah terbukti mampu merangsang imajinasi para pembacanya.
Kisah-kisah yang saya suguhkan bercorak sugestif-transformatif, sehingga para pembaca pun akan mampu menangkap makna yang saya paparkan. Hal itu memang, kisah-kisah tersebut sangat dekat dengan keadaan atau bahkan karakter kita—saya maupun pembaca. Sebagian besar yang dikisahkannya merupakan fenomena yang sedang kita alami sejak dulu hingga kini. Pembaca akan dapat dengan mudah mengambil sari-sari hikmah melalui cerita beserta penjelasannya.
Harus penulis akui bahwa penyampaian kisah-kisahnya dalam buku ini tidak panjang-panjang. Tapi meski demikian makna dan pesan kearifannya berkelindan dalam semua kisah tersebut. Pemaparan kisah-kisahnya yang pendek boleh jadi dapat memfokuskan pembaca pada pesan yang hendak disampaikan. Adapun kisah-kisah yang terdapat dalam buku ini bersumber dari situs-situs internet yang tidak diketahui pengarang aslinya, dari sinopsis film, dari para sahabat, dan dari saya sendiri.
Harapan saya, semoga buku ini menjadi “danau” para pembaca menemukan kembali dirinya, semangatnya dan kemampuannya untuk melakukan perubahan. Buku ini, mudah-mudahan, akan mampu menjadi obat bagi pembaca untuk sembuh dan bangkit kemudian membangun, minimal membangun karakter kita. Saya hendak mengajak para pembaca, mari kita mengubah nasib kita sendiri menjadi lebih baik, dan sekaligus menjadi manusia terbaik, menjadi manusia berkualitas.
Melalui buku ini saya hendak mengajak para pembaca juga untuk bersikap optimis, tidak pesimis. Saya persilakan para pembaca dapat membacanya dengan meloncat-loncat, memilih mana yang paling disukainya terlebih dahulu.
Terakhir, semoga kita mampu mengambil hikmah dari apa yang ada di semesta ini. Mari kita belajar dari alam sehingga kita menjadi orang-orang yang lebih bijak dalam menghadapi hidup ini. ***
(Tulisan ini merupakan Kata Pengantar yang ada di dalam buku Cita-Cita: The Secret and Power Within).
Minggu, 21 Juni 2009
Spirit Ketika Cinta Bertasbih
Novelis Habiburrahman El Shirazy kembali memfilmkan novelnya yang bertajuk Ketika Cinta Bertasbih. Film ini diputar di bioskop pada 11 Juni 2009. Dan selain di Indonesia, film ini juga akan diputar di beberapa negara, yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Mesir, dan Australia.
Inilah film Indonesia pertama yang Syuting di Mesir. Dalam film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) ini, seluruh latar belakang dalam novel dihidupkan dengan pengambilan gambar dari lokasi sesungguhnya, yakni di Mesir, di antaranya Kairo, Kedutaan Besar Republik Indonesia, Alexandria, Bandara Internasional Kairo, Sungai Nil, Universitas Al Azhar, dan Piramida Giza.
Hal yang membedakan film KCB dengan karya novel Habiburrahman yang telah lebih dahulu diangkat menjadi film, yaitu Ayat-Ayat Cinta (AAC), adalah film ini berusaha melakukan pendekatan yang hampir sama dengan apa yang ada di dalam cerita novelnya.
Ketika Cinta Bertasbih (KCB) berkisah mengenai perjalanan Khairul Azzam (M. Cholidi Asadil Alam), seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al Azhar Mesir.
Ia menyelesaikan studinya selama 9 tahun karena selain kuliah, ia juga bekerja.
Azzam berasal dari keluarga sederhana namun cerdas, sampai ia memperoleh predikat jayyid jiddan (istimewa), sehingga mendapat beasiswa baik dari Departemen Agama maupun kampusnya. Namun di tahun kedua, ayahnya meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ibunya sering sakit-sakitan. Padahal ketiga adik perempuannya belum bisa diharapkan membantu ibunya karena baru beranjak dewasa. Yang seharusnya membantu ibu dan adik-adiknya di Indonesia adalah Azzam. Sebab ia adalah sulung di keluarganya. Azzam menyadari itu. Maka sejak saat itulah ia mengalihkan konsentrasinya. Dari belajar ke bekerja. Ia di Kairo, bekerja sambil belajar.
Pekerjaan yang dilakukan Azzam untuk menghidupi dirinya dan keluarganya di Indonesia adalah berbisnis tempe dan bakso. Kenikmatan bakso dan tempenya terkenal di kalangan mahasiswa Indonesia sampai KBRI Mesir. Di KBRI itulah, ia bertemu Eliana Pramesti (Alice Norin) putri Pak Alam (Slamet Rahardjo) Dubes RI di Mesir. Eliana cukup memikat hatinya. Namun karena gaya kehidupan Eliana tidak cocok dengan Azzam, maka disarankan oleh Pak Ali, seorang supir Dubes, untuk melamar Anna Althafunnisa saja (Oki Setiana), mahasiswi Kulliyyatul Banaat di Alexandria. Kisah cinta pun dimulai di sini antara Azzam, Anna dan Furqan (Andi Arsyil). Diselingi pula kisah keluarga dan adiknya bernama Ayatul Husna (Meyda Sefira) di Solo.
Film KCB membawa pesan-pesan religius dalam dialog sederhana yang dimainkan nyaris sempurna. Di antara pesan-pesan lainnya adalah mengenai berbagai hal positif tentang etos kerja, kecintaan tanah air, dan kesucian cinta.
Arti cinta
Kehidupan dan kisah cinta Azzam memberikan pencerahan jiwa, bahkan mengajak penonton untuk lebih mendalami rahasia Ilahi dan memaknai cinta. Sedang kehadiran Anna, menjadi unsur yang mengikat keduanya dalam sebuah misteri cinta yang seolah tak berujung. Jalinan cinta itu dikemas dengan manis dalam sudut pandang yang sangat berbeda dari film-film drama romantis pada umumnya.
Ketulusan dan cinta. Itulah salah satu kekuatan karya Habiburrahman dalam film ini. Dengan ketulusan dan cinta yang apa adanya, disertai dengan keyakinan kuat dalam dirinya, film yang merajut dialog dan peristiwa, menjadi sedemikian indah, menarik, menyentuh hati, dan membawa penonton seolah-olah merasakan itu sebagai sesuatu yang nyata.
Film ini juga menuturkan secara jujur perasaan naluriah manusia kepada lawan jenisnya, kegundahgulanaan, keresahan, rindu, malu, dan perasaan-perasaan lainnya yang biasa dialami orang yang sedang jatuh cinta. Namun kemudian diolah secara apik dengan memberi solusi penyejuk jiwa tanpa memaksakan orang untuk membunuh rasa cinta tanpa toleransi. Perasaan cinta tersebut dibingkai dalam syari’at agama (Islam).
Memang, Habiburrahman—dalam karya-karyanya—selalu menciptakan tokoh rekaan yang “selalu menjaga kesucian”, seperti Fahri (Ayat-Ayat Cinta), Zahid ( Di Atas Sajadah Cinta), Raihana (Pudarnya Pesona Cleopatra), Zahrana (Dalam Mihrab Cinta), dan Azzam (Ketika Cinta Bertasbih).
Entrepreneurship
Jika AAC mengeksplorasi kisah mahasiswa yang haus ilmu, KCB mengeksplorasi sosok mahasiswa berjiwa entrepreneur. Jiwa entrepreneurship memang kuat yang mewujud dalam tokoh utama, Azzam. Film KCB tidak hanya berkutat pada perjuangan "cinta", tetapi juga menggambarkan perjuangan manusia biasa yang gigih menggapai harapan dan cita-cita. Azzam memiliki cita-cita sederhana nan tinggi, yaitu ingin jadi orang terkaya se-Jawa. Dan itu diusahakannya menjadi entrepreneur, yaitu bisnis tempe dan bakso “cinta”-nya.
Melalui tokoh Azzam, film ini berhasil meniupkan ruh entrepreneurship sejati. Ruh entrepreneurship sejati ini diantaranya: kreatif menciptakan dan mengemas ide baru untuk kemakmuran diri dan orang orang yang dicintainya, berani mengambil risiko, menyukai tantangan, memiliki daya tahan hidup yang luar biasa, pantang menyerah, selalu ingin menyuguhkan yang terbaik, serta memiliki visi yang jauh ke depan.
Saat ini dunia sedang dilanda krisis global. Dan masa-masa krisis seperti ini mestinya membuat manusia menemukan kekuatan baru untuk bangkit yang akhirnya berhasil berdiri di tengah keterpurukan, dalam hal ini tumbuhnya jiwa wirausaha. Nah, jiwa entrepreneur Azzam patut ditiru setiap generasi muda kita. Semangatnya untuk hidup mandiri dan tanpa pamrih sangat mengesankan.
Pola pikir khalayak mahasiswa maupun lulusan mahasiswa selalu saja berputar pada bagaimana kelak mendapat pekerjaan yang nyaman, gaji terjamin, dan segala fasilitas yang sudah disediakan dari pemberi kerja. Sebaliknya, sangat jarang yang ingin menjadi wirausahawan, yakni dengan membuka pekerjaan di mana dapat membuka pula kesempatan kerja untuk orang lain. Dengan kata lain, mereka telah kehilangan semangat untuk menjadi wirausaha.
Film KCB mampu menyisipkan pesan-pesan entrepreneurship; seorang Azzam yang berbisnis Tempe dan Bakso. Semoga film ini bisa memberi inspirasi generasi muda Indonesia untuk jalan hidup yang lebih baik.
Adapun untuk syuting di Mesir diharapkan dapat menjadi duta Indonesia dan dapat merekatkan hubungan bilateral kedua Negara — Indonesia dan Mesir.***
Inilah film Indonesia pertama yang Syuting di Mesir. Dalam film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) ini, seluruh latar belakang dalam novel dihidupkan dengan pengambilan gambar dari lokasi sesungguhnya, yakni di Mesir, di antaranya Kairo, Kedutaan Besar Republik Indonesia, Alexandria, Bandara Internasional Kairo, Sungai Nil, Universitas Al Azhar, dan Piramida Giza.
Hal yang membedakan film KCB dengan karya novel Habiburrahman yang telah lebih dahulu diangkat menjadi film, yaitu Ayat-Ayat Cinta (AAC), adalah film ini berusaha melakukan pendekatan yang hampir sama dengan apa yang ada di dalam cerita novelnya.
Ketika Cinta Bertasbih (KCB) berkisah mengenai perjalanan Khairul Azzam (M. Cholidi Asadil Alam), seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al Azhar Mesir.
Ia menyelesaikan studinya selama 9 tahun karena selain kuliah, ia juga bekerja.
Azzam berasal dari keluarga sederhana namun cerdas, sampai ia memperoleh predikat jayyid jiddan (istimewa), sehingga mendapat beasiswa baik dari Departemen Agama maupun kampusnya. Namun di tahun kedua, ayahnya meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ibunya sering sakit-sakitan. Padahal ketiga adik perempuannya belum bisa diharapkan membantu ibunya karena baru beranjak dewasa. Yang seharusnya membantu ibu dan adik-adiknya di Indonesia adalah Azzam. Sebab ia adalah sulung di keluarganya. Azzam menyadari itu. Maka sejak saat itulah ia mengalihkan konsentrasinya. Dari belajar ke bekerja. Ia di Kairo, bekerja sambil belajar.
Pekerjaan yang dilakukan Azzam untuk menghidupi dirinya dan keluarganya di Indonesia adalah berbisnis tempe dan bakso. Kenikmatan bakso dan tempenya terkenal di kalangan mahasiswa Indonesia sampai KBRI Mesir. Di KBRI itulah, ia bertemu Eliana Pramesti (Alice Norin) putri Pak Alam (Slamet Rahardjo) Dubes RI di Mesir. Eliana cukup memikat hatinya. Namun karena gaya kehidupan Eliana tidak cocok dengan Azzam, maka disarankan oleh Pak Ali, seorang supir Dubes, untuk melamar Anna Althafunnisa saja (Oki Setiana), mahasiswi Kulliyyatul Banaat di Alexandria. Kisah cinta pun dimulai di sini antara Azzam, Anna dan Furqan (Andi Arsyil). Diselingi pula kisah keluarga dan adiknya bernama Ayatul Husna (Meyda Sefira) di Solo.
Film KCB membawa pesan-pesan religius dalam dialog sederhana yang dimainkan nyaris sempurna. Di antara pesan-pesan lainnya adalah mengenai berbagai hal positif tentang etos kerja, kecintaan tanah air, dan kesucian cinta.
Arti cinta
Kehidupan dan kisah cinta Azzam memberikan pencerahan jiwa, bahkan mengajak penonton untuk lebih mendalami rahasia Ilahi dan memaknai cinta. Sedang kehadiran Anna, menjadi unsur yang mengikat keduanya dalam sebuah misteri cinta yang seolah tak berujung. Jalinan cinta itu dikemas dengan manis dalam sudut pandang yang sangat berbeda dari film-film drama romantis pada umumnya.
Ketulusan dan cinta. Itulah salah satu kekuatan karya Habiburrahman dalam film ini. Dengan ketulusan dan cinta yang apa adanya, disertai dengan keyakinan kuat dalam dirinya, film yang merajut dialog dan peristiwa, menjadi sedemikian indah, menarik, menyentuh hati, dan membawa penonton seolah-olah merasakan itu sebagai sesuatu yang nyata.
Film ini juga menuturkan secara jujur perasaan naluriah manusia kepada lawan jenisnya, kegundahgulanaan, keresahan, rindu, malu, dan perasaan-perasaan lainnya yang biasa dialami orang yang sedang jatuh cinta. Namun kemudian diolah secara apik dengan memberi solusi penyejuk jiwa tanpa memaksakan orang untuk membunuh rasa cinta tanpa toleransi. Perasaan cinta tersebut dibingkai dalam syari’at agama (Islam).
Memang, Habiburrahman—dalam karya-karyanya—selalu menciptakan tokoh rekaan yang “selalu menjaga kesucian”, seperti Fahri (Ayat-Ayat Cinta), Zahid ( Di Atas Sajadah Cinta), Raihana (Pudarnya Pesona Cleopatra), Zahrana (Dalam Mihrab Cinta), dan Azzam (Ketika Cinta Bertasbih).
Entrepreneurship
Jika AAC mengeksplorasi kisah mahasiswa yang haus ilmu, KCB mengeksplorasi sosok mahasiswa berjiwa entrepreneur. Jiwa entrepreneurship memang kuat yang mewujud dalam tokoh utama, Azzam. Film KCB tidak hanya berkutat pada perjuangan "cinta", tetapi juga menggambarkan perjuangan manusia biasa yang gigih menggapai harapan dan cita-cita. Azzam memiliki cita-cita sederhana nan tinggi, yaitu ingin jadi orang terkaya se-Jawa. Dan itu diusahakannya menjadi entrepreneur, yaitu bisnis tempe dan bakso “cinta”-nya.
Melalui tokoh Azzam, film ini berhasil meniupkan ruh entrepreneurship sejati. Ruh entrepreneurship sejati ini diantaranya: kreatif menciptakan dan mengemas ide baru untuk kemakmuran diri dan orang orang yang dicintainya, berani mengambil risiko, menyukai tantangan, memiliki daya tahan hidup yang luar biasa, pantang menyerah, selalu ingin menyuguhkan yang terbaik, serta memiliki visi yang jauh ke depan.
Saat ini dunia sedang dilanda krisis global. Dan masa-masa krisis seperti ini mestinya membuat manusia menemukan kekuatan baru untuk bangkit yang akhirnya berhasil berdiri di tengah keterpurukan, dalam hal ini tumbuhnya jiwa wirausaha. Nah, jiwa entrepreneur Azzam patut ditiru setiap generasi muda kita. Semangatnya untuk hidup mandiri dan tanpa pamrih sangat mengesankan.
Pola pikir khalayak mahasiswa maupun lulusan mahasiswa selalu saja berputar pada bagaimana kelak mendapat pekerjaan yang nyaman, gaji terjamin, dan segala fasilitas yang sudah disediakan dari pemberi kerja. Sebaliknya, sangat jarang yang ingin menjadi wirausahawan, yakni dengan membuka pekerjaan di mana dapat membuka pula kesempatan kerja untuk orang lain. Dengan kata lain, mereka telah kehilangan semangat untuk menjadi wirausaha.
Film KCB mampu menyisipkan pesan-pesan entrepreneurship; seorang Azzam yang berbisnis Tempe dan Bakso. Semoga film ini bisa memberi inspirasi generasi muda Indonesia untuk jalan hidup yang lebih baik.
Adapun untuk syuting di Mesir diharapkan dapat menjadi duta Indonesia dan dapat merekatkan hubungan bilateral kedua Negara — Indonesia dan Mesir.***
Minggu, 14 Juni 2009
Mengingat Mati Sejak Dini
Ingatkanlah kematian kita itu dari detik ke detik dan dari saat ke saat
Justru Allah tidak janjikan kematian kita di waktu tua
Begitu juga Allah tidak janjikan kematian kita disebabkan sakit
Tidak pun sakit dapat mati juga
Hal ini sepatutnya tidak perlu diberitahu
Semua orang tahu, ini adalah pengalaman bersama
Ada orang mati diwaktu kecil, ada orang mati muda, ada orang mati tua
Ada orang mati tanpa sebab apa-apa
Sedang santai diatas kursi tiba-tiba terlintuk saja
Dilihat nafas sudah tiada
Oleh itu janganlah senang hati dengan kematian
Kematian sewaktu-waktu berlaku
Kita tunggulah kematian itu dari nafas ke nafas
Agar kita tidak ada angan-angan yang melalaikan
Hendak membangun, membangunlah
Tapi ingatlah waktu itu kita bisa mati
Hendak maju, majulah tapi kematian bisa terjadi di waktu itu
Hendak kejar kekayaan kejarlah
Tidak salah selagi halal tapi ingatlah mati
Ingatlah mati di dalam sembarang hal
Agar kita tidak lalai, jiwa sentiasa takut dan gentar dengan Tuhan
Bila jiwa takut dengan Tuhan
Kita takut hendak membuat dosa di dalam sebarang hal
--Abuya At Tamimi
Pernahkah anda di suatu malam saat hendak memejamkan mata menjelang tidur berpikir bagaimana anda bisa yakin besok pagi anda bangun dan diberi kesempatan untuk menjalani hidup? Sebagaimana disebutkan dalam puisi di atas bahwa kematian akan datang secara tiba-tiba. Kedatangannya boleh jadi hinggap kepada balita, anak kecil, remaja, dewasa, maupun usia tua renta. Atau pun saat manusia sedang melakukan apa saja.
Ternyata mengingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar dalam memelihara iman. Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah SAW ke luar menuju masjid. Tiba-tiba beliau mendapati orang-orang yang sedang tertawa terbahak-bahak secara berlebihan. Maka beliau bersabda, ''Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kamu tahu apa yang aku tahu, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.''
Mengingat mati adalah hal sangat penting bagi manusia yang masih hidup, namun banyak yang tidak menyadari akan pentingnya mengingat mati. Kenapa kita harus mengingat kematian? Karena mati adalah sesuatu yang pasti akan datang, suka atau tidak suka, ia akan mendatangi kita. Namun, ada yang salah kaprah dalam mayarakat: Pertama, kesadaran akan kematian dipahami sebagai sikap anti-dunia yang menenggelamkan seseorang ke dalam kesibukan ritual keagamaan yang bisa menghambat kreativitas dan membuat orang malas bekerja. Kedua, kesadaran akan kematian hanya cocok untuk orang tua yang tidak kreatif atau tidak produktif lagi. Akibat pandangan demikian, muncullah semboyan “muda foya-foya, hidup kaya raya, dan mati masuk surga”.
Tidakkah kita mengambil pelajaran dari kematian orang-orang di sekitar kita, entah itu balita, anak-anak, remaja, maupun sudah dewasa? Itu memperlihatkan pada kita bahwa kematian benar-benar tidak pandang usia. Oleh karena itu, kita mesti mengubah persepsi kita tentang dua hal di atas, karena kekeliruan pandangan di atas jelas menghambat kesadaran kita tentang pentingnya mengingat kematian sejak sekarang.
Sebenarnya, dengan mengingat kematian sejak dini membuat kita bergerak secara dinamis untuk menghimpun bekal menuju kematian. Mengingat kematian justru akan menggugah kesadaran kita untuk bertobat, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta menabur kebajikan di bumi sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Kematian menjadi pengingat kita agar kita tidak mudah terpeleset dalam keburukan sikap dan ketercelaan moral. Betapa banyak kesempatan bertobat kita miliki, tetapi kita sering kali lebih suka menundanya, hari demi hari, tahun demi tahun, dengan alasan klise: karena kita masih muda, masih punya kesempatan bertobat.
Dengan mengingat mati, ada dua hal yang ia ketahui pasti. Pertama, ia tidak akan terjebak pada hiruk pikuknya kehidupan dunia, ia tahu semua perhiasan dunia yang diraihnya hanyalah sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, sarana untuk memperbanyak amal saleh. Kedua, ia tidak akan mudah dihinggapi penyakit hati. Ia sadar bahwa bahwa semua karunia yang diberikan Allah kepada manusia di dunia ini adalah amanah. Tidak ada gunanya iri dan dengki atas karunia yang diberikan Allah kepada orang lain, karena sesungguhnya semua itu pun amanah. Bahkan, ia bisa merasakan kebahagiaan manakala orang lain mendapatkan karunia serta berharap hal itu akan menjadi sarana kebaikan bagi orang yang menerimanya.
Seluruh karunia dan amanah Allah SWT di dunia ini, baik berupa harta kekayaan, pangkat dan jabatan, maupun kemuliaan hidup di dunia, hanyalah episode dan peran yang dimainkan manusia untuk mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang sesungguhnya, yaitu di akhirat kelak. Karena itulah, semakin sering seseorang mengingat kematian, maka akan semakin mudah baginya untuk membersihkan penyakit hati. Mengingat matilah selalu mulai dari sekarang!
Justru Allah tidak janjikan kematian kita di waktu tua
Begitu juga Allah tidak janjikan kematian kita disebabkan sakit
Tidak pun sakit dapat mati juga
Hal ini sepatutnya tidak perlu diberitahu
Semua orang tahu, ini adalah pengalaman bersama
Ada orang mati diwaktu kecil, ada orang mati muda, ada orang mati tua
Ada orang mati tanpa sebab apa-apa
Sedang santai diatas kursi tiba-tiba terlintuk saja
Dilihat nafas sudah tiada
Oleh itu janganlah senang hati dengan kematian
Kematian sewaktu-waktu berlaku
Kita tunggulah kematian itu dari nafas ke nafas
Agar kita tidak ada angan-angan yang melalaikan
Hendak membangun, membangunlah
Tapi ingatlah waktu itu kita bisa mati
Hendak maju, majulah tapi kematian bisa terjadi di waktu itu
Hendak kejar kekayaan kejarlah
Tidak salah selagi halal tapi ingatlah mati
Ingatlah mati di dalam sembarang hal
Agar kita tidak lalai, jiwa sentiasa takut dan gentar dengan Tuhan
Bila jiwa takut dengan Tuhan
Kita takut hendak membuat dosa di dalam sebarang hal
--Abuya At Tamimi
Pernahkah anda di suatu malam saat hendak memejamkan mata menjelang tidur berpikir bagaimana anda bisa yakin besok pagi anda bangun dan diberi kesempatan untuk menjalani hidup? Sebagaimana disebutkan dalam puisi di atas bahwa kematian akan datang secara tiba-tiba. Kedatangannya boleh jadi hinggap kepada balita, anak kecil, remaja, dewasa, maupun usia tua renta. Atau pun saat manusia sedang melakukan apa saja.
Ternyata mengingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar dalam memelihara iman. Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah SAW ke luar menuju masjid. Tiba-tiba beliau mendapati orang-orang yang sedang tertawa terbahak-bahak secara berlebihan. Maka beliau bersabda, ''Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kamu tahu apa yang aku tahu, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.''
Mengingat mati adalah hal sangat penting bagi manusia yang masih hidup, namun banyak yang tidak menyadari akan pentingnya mengingat mati. Kenapa kita harus mengingat kematian? Karena mati adalah sesuatu yang pasti akan datang, suka atau tidak suka, ia akan mendatangi kita. Namun, ada yang salah kaprah dalam mayarakat: Pertama, kesadaran akan kematian dipahami sebagai sikap anti-dunia yang menenggelamkan seseorang ke dalam kesibukan ritual keagamaan yang bisa menghambat kreativitas dan membuat orang malas bekerja. Kedua, kesadaran akan kematian hanya cocok untuk orang tua yang tidak kreatif atau tidak produktif lagi. Akibat pandangan demikian, muncullah semboyan “muda foya-foya, hidup kaya raya, dan mati masuk surga”.
Tidakkah kita mengambil pelajaran dari kematian orang-orang di sekitar kita, entah itu balita, anak-anak, remaja, maupun sudah dewasa? Itu memperlihatkan pada kita bahwa kematian benar-benar tidak pandang usia. Oleh karena itu, kita mesti mengubah persepsi kita tentang dua hal di atas, karena kekeliruan pandangan di atas jelas menghambat kesadaran kita tentang pentingnya mengingat kematian sejak sekarang.
Sebenarnya, dengan mengingat kematian sejak dini membuat kita bergerak secara dinamis untuk menghimpun bekal menuju kematian. Mengingat kematian justru akan menggugah kesadaran kita untuk bertobat, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta menabur kebajikan di bumi sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Kematian menjadi pengingat kita agar kita tidak mudah terpeleset dalam keburukan sikap dan ketercelaan moral. Betapa banyak kesempatan bertobat kita miliki, tetapi kita sering kali lebih suka menundanya, hari demi hari, tahun demi tahun, dengan alasan klise: karena kita masih muda, masih punya kesempatan bertobat.
Dengan mengingat mati, ada dua hal yang ia ketahui pasti. Pertama, ia tidak akan terjebak pada hiruk pikuknya kehidupan dunia, ia tahu semua perhiasan dunia yang diraihnya hanyalah sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, sarana untuk memperbanyak amal saleh. Kedua, ia tidak akan mudah dihinggapi penyakit hati. Ia sadar bahwa bahwa semua karunia yang diberikan Allah kepada manusia di dunia ini adalah amanah. Tidak ada gunanya iri dan dengki atas karunia yang diberikan Allah kepada orang lain, karena sesungguhnya semua itu pun amanah. Bahkan, ia bisa merasakan kebahagiaan manakala orang lain mendapatkan karunia serta berharap hal itu akan menjadi sarana kebaikan bagi orang yang menerimanya.
Seluruh karunia dan amanah Allah SWT di dunia ini, baik berupa harta kekayaan, pangkat dan jabatan, maupun kemuliaan hidup di dunia, hanyalah episode dan peran yang dimainkan manusia untuk mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang sesungguhnya, yaitu di akhirat kelak. Karena itulah, semakin sering seseorang mengingat kematian, maka akan semakin mudah baginya untuk membersihkan penyakit hati. Mengingat matilah selalu mulai dari sekarang!
Minggu, 07 Juni 2009
Anda Ingin Dikenang Menjadi Apa?
Saya hendak mengajak anda untuk berimajinasi. Silakan anda membayangkan bahwa anda sedang pergi ke pemakaman orang yang anda kasihi. Gambarkan diri anda mengemudikan mobil menuju rumah duka, memarkir mobil, dan keluar. Ketika anda berjalan, anda melihat wajah-wajah teman dan keluarga yang anda lewati. Anda merasakan penderitaan bersama karena kehilangan, senang karena pernah kenal, yang memancar dari hati orang-orang yang ada di sana.
Sementara anda berjalan ke depan ruangan dan melihat ke dalam peti jenazah, anda tiba-tiba berhadapan muka dengan diri anda sendiri. Ya ternyata ini adalah pemakaman anda sendiri. Semua orang ini datang untuk menghormati anda, untuk mengekspresikan perasaan cinta dan penghargaan untuk hidup anda.
Ketika anda mengambil tempat duduk dan menunggu upacara pelepasan dimulai, dan melihat daftar acara di tangan anda. Akan ada empat orang pembicara. Yang pertama berasal dari keluarga anda, keluarga dekat, dan juga kerabat. Pembicara kedua adalah salah seorang dari teman-teman anda, seseorang yang dapat memberikan pengertian tentang bagaimanakah anda sebagai pribadi. Pembicara ketiga berasal dari pekerjaan atau profesi anda. Dan yang keempat adalah dari organisasi masyarakat di mana anda terlibat di dalamnya.
Sekarang berpikirlah dalam-dalam. Apa yang anda ingin agar dikatakan oleh masing-masing pembicara ini tentang diri anda dan kehidupan anda? Suami, istri, ayah, atau ibu macam apa yang anda harapkan tercermin dari kata-kata mereka? Putra atau putri atau sepupu macam apa? Teman macam apa? Rekan sekerja macam apa?
Karakter apa yang anda ingin mereka lihat dalam diri anda? Apa kontribusi, prestasi yang anda ingin agar mereka ingat? Lihat dengan cermat orang-orang di sekeliling anda. Perbedaan apa yang anda ingin pernah anda buat dalam kehidupan mereka?
Imajinasi di atas memberikan kesadaran pada kita bahwa kematian kita (kelak) akan dikenang oleh siapa pun, yang pernah berinteraksi dengan kita baik secara langsung maupun tidak.
Suatu saat kita semua pasti akan mati. Nah, jika saat anda pun telah tiba untuk meninggalkan dunia ini, anda ingin dunia ini mengenang anda sebagai apa? Apa warisan terbesar dan terbaik yang akan anda tinggalkan? Seperti apa dan bagaimana anda ingin orang-orang mengenang dan mengingat anda? Ataukah anda memilih mati sendirian dan kesepian, tanpa seorang pun yang anda harap mengenang anda ketika masih hidup? Silakan anda jawab dalam hati anda.
Kita yakin bahwa setiap dari kita pasti ingin dikenang sebagai orang baik. Kita ingin orang mengingat kebaikan kita saja. Kelak, dalam pelepasan kematian kita, mungkin anak kita, isteri atau suami kita yang akan berpidato, kita ingin orang membicarakan kebaikan kita. Betul, semua orang ingin dikenang sebagai orang baik. Dalam lubuk hati yang paling dalam pasti ada kebaikan. Kendati seorang penjahat atau pembunuhpun pasti memiliki kerinduan yang terdalam akan kebaikan.
Oleh karena itu, dalam hidup yang sangat berharga ini, seorang manusia selayaknya memiliki nilai yang lebih tinggi dari segala makhluk di dunia ini. Ya, gajah saja kalau mati meninggalkan gadingnya, suatu komoditi yang bernilai tinggi dan semua orang yang memanfaatkannya akan mengetahui dan mengenang" si gajah tersebut. Akankah cerita seorang anak manusia, yang lahir dan setelah mati pada usia senja, akan dikenang oleh generasi berikutnya? Atau hanya dikenal sampai ke tingkat cucu-nya. Pepatah mengatakan, "Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama". Menurut saya, apa artinya sebuah “nama”, bila nama tersebut tidak meninggalkan suatu yang bermakna dan bermanfaat bagi generasi berikutnya dan merupakan "bukti" bahwa dia pernah hadir di muka bumi ini.
Apa yang kita tanam suatu saat akan kita petik buahnya. Kita dikenang sesuai apa yang kita perbuat semasa kita hidup. Kita harus belajar dari kehidupan ini bahwa kita suatu saat bakal dikenal berdasarkan apa yang kita perbuat sebelumnya, baik ataupun buruk.
Tiap bagian dari kehidupan kita—perilaku hari ini, perilaku esok, perilaku minggu depan, perilaku perilaku bulan depan—dapat diuji dalam konteks keseluruhan, dari apa yang benar-benar paling penting bagi anda. Dengan mengusahakan titik akhir, yaitu kelak akan dikenang seperti apa diri kita, tetap jelas dalam pikiran, anda dapat memastikan bahwa apa pun yang anda definisikan sebagai yang paling penting, dan bahwa tiap hari dari kehidupan anda menunjang visi yang anda miliki tentang seluruh hidup anda dengan cara yang berarti.
Merujuk pada tujuan akhir bahwa kita akan mati dan dikenang orang lain berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda sebaiknya mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu berada pada arah yang benar.
Orang sering mendapatkan diri mereka mencapai kemenangan yang hampa, keberhasilan yang diperoleh dengan mengorbankan hal-hal yang tiba-tiba mereka sadari jauh lebih berharga bagi mereka. Orang-orang dari pelbagai bidang kehidupan--dokter, akademisi, aktor, politikus, professional bisnis, atlet, tukang ledeng, dan lain-lain—sering berjuang untuk mencapai penghasilan yang lebih tinggi, pengakuan yang lebih besar atau tingkat kecakapan profesional tertentu, hanya untuk membutakan mereka terhadap hal-hal yang sebenarnya paling penting dan malah sekarang sudah hilang. Bahkan, tak jarang seringkali orang melakukan hal-hal yang tidak terpuji demi ambisinya, sering bermusuhan dengan keluarga maupun orang lain, melakukan korupsi, sogok-menyogok, dan sebagainya.
Betapa berbedanya kehidupan kita jika kita benar-benar mengetahui apa yang penting secara mendalam bagi kita, dan dengan gambaran tersebut di benak, kita mengelola diri kita sendiri tiap hari untuk menjadi dan untuk mengerjakan apa yang benar-benar paling penting dan baik. Jika tangga tersebut tidak bersandar pada dinding yang benar, setiap langkah yang kita ambil hanya membawa kita ke tempat yang salah dengan lebih cepat.
Jika anda memikirkan dengan cermat apa yang anda ingin agar dikatakan tentang diri anda pada pemakaman anda, definisi anda tentang keberhasilan akan tampak jelas. Ini mungkin sangat berbeda dengan definisi yang anda kira anda miliki dalam pikiran anda. Barangkali kemasyhuran, prestasi, uang, atau beberapa hal lain yang kita perjuangkan bahkan bukan merupakan bagian dari dinding yang benar.
Ketika anda memulai dengan merujuk pada tujuan akhir, anda memperoleh perspektif yang berbeda. Untuk, mari kita membayangkan di saat pemakaman kita, demi hidup kita saat ini menjadi lebih baik.
Sementara anda berjalan ke depan ruangan dan melihat ke dalam peti jenazah, anda tiba-tiba berhadapan muka dengan diri anda sendiri. Ya ternyata ini adalah pemakaman anda sendiri. Semua orang ini datang untuk menghormati anda, untuk mengekspresikan perasaan cinta dan penghargaan untuk hidup anda.
Ketika anda mengambil tempat duduk dan menunggu upacara pelepasan dimulai, dan melihat daftar acara di tangan anda. Akan ada empat orang pembicara. Yang pertama berasal dari keluarga anda, keluarga dekat, dan juga kerabat. Pembicara kedua adalah salah seorang dari teman-teman anda, seseorang yang dapat memberikan pengertian tentang bagaimanakah anda sebagai pribadi. Pembicara ketiga berasal dari pekerjaan atau profesi anda. Dan yang keempat adalah dari organisasi masyarakat di mana anda terlibat di dalamnya.
Sekarang berpikirlah dalam-dalam. Apa yang anda ingin agar dikatakan oleh masing-masing pembicara ini tentang diri anda dan kehidupan anda? Suami, istri, ayah, atau ibu macam apa yang anda harapkan tercermin dari kata-kata mereka? Putra atau putri atau sepupu macam apa? Teman macam apa? Rekan sekerja macam apa?
Karakter apa yang anda ingin mereka lihat dalam diri anda? Apa kontribusi, prestasi yang anda ingin agar mereka ingat? Lihat dengan cermat orang-orang di sekeliling anda. Perbedaan apa yang anda ingin pernah anda buat dalam kehidupan mereka?
Imajinasi di atas memberikan kesadaran pada kita bahwa kematian kita (kelak) akan dikenang oleh siapa pun, yang pernah berinteraksi dengan kita baik secara langsung maupun tidak.
Suatu saat kita semua pasti akan mati. Nah, jika saat anda pun telah tiba untuk meninggalkan dunia ini, anda ingin dunia ini mengenang anda sebagai apa? Apa warisan terbesar dan terbaik yang akan anda tinggalkan? Seperti apa dan bagaimana anda ingin orang-orang mengenang dan mengingat anda? Ataukah anda memilih mati sendirian dan kesepian, tanpa seorang pun yang anda harap mengenang anda ketika masih hidup? Silakan anda jawab dalam hati anda.
Kita yakin bahwa setiap dari kita pasti ingin dikenang sebagai orang baik. Kita ingin orang mengingat kebaikan kita saja. Kelak, dalam pelepasan kematian kita, mungkin anak kita, isteri atau suami kita yang akan berpidato, kita ingin orang membicarakan kebaikan kita. Betul, semua orang ingin dikenang sebagai orang baik. Dalam lubuk hati yang paling dalam pasti ada kebaikan. Kendati seorang penjahat atau pembunuhpun pasti memiliki kerinduan yang terdalam akan kebaikan.
Oleh karena itu, dalam hidup yang sangat berharga ini, seorang manusia selayaknya memiliki nilai yang lebih tinggi dari segala makhluk di dunia ini. Ya, gajah saja kalau mati meninggalkan gadingnya, suatu komoditi yang bernilai tinggi dan semua orang yang memanfaatkannya akan mengetahui dan mengenang" si gajah tersebut. Akankah cerita seorang anak manusia, yang lahir dan setelah mati pada usia senja, akan dikenang oleh generasi berikutnya? Atau hanya dikenal sampai ke tingkat cucu-nya. Pepatah mengatakan, "Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama". Menurut saya, apa artinya sebuah “nama”, bila nama tersebut tidak meninggalkan suatu yang bermakna dan bermanfaat bagi generasi berikutnya dan merupakan "bukti" bahwa dia pernah hadir di muka bumi ini.
Apa yang kita tanam suatu saat akan kita petik buahnya. Kita dikenang sesuai apa yang kita perbuat semasa kita hidup. Kita harus belajar dari kehidupan ini bahwa kita suatu saat bakal dikenal berdasarkan apa yang kita perbuat sebelumnya, baik ataupun buruk.
Tiap bagian dari kehidupan kita—perilaku hari ini, perilaku esok, perilaku minggu depan, perilaku perilaku bulan depan—dapat diuji dalam konteks keseluruhan, dari apa yang benar-benar paling penting bagi anda. Dengan mengusahakan titik akhir, yaitu kelak akan dikenang seperti apa diri kita, tetap jelas dalam pikiran, anda dapat memastikan bahwa apa pun yang anda definisikan sebagai yang paling penting, dan bahwa tiap hari dari kehidupan anda menunjang visi yang anda miliki tentang seluruh hidup anda dengan cara yang berarti.
Merujuk pada tujuan akhir bahwa kita akan mati dan dikenang orang lain berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda sebaiknya mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu berada pada arah yang benar.
Orang sering mendapatkan diri mereka mencapai kemenangan yang hampa, keberhasilan yang diperoleh dengan mengorbankan hal-hal yang tiba-tiba mereka sadari jauh lebih berharga bagi mereka. Orang-orang dari pelbagai bidang kehidupan--dokter, akademisi, aktor, politikus, professional bisnis, atlet, tukang ledeng, dan lain-lain—sering berjuang untuk mencapai penghasilan yang lebih tinggi, pengakuan yang lebih besar atau tingkat kecakapan profesional tertentu, hanya untuk membutakan mereka terhadap hal-hal yang sebenarnya paling penting dan malah sekarang sudah hilang. Bahkan, tak jarang seringkali orang melakukan hal-hal yang tidak terpuji demi ambisinya, sering bermusuhan dengan keluarga maupun orang lain, melakukan korupsi, sogok-menyogok, dan sebagainya.
Betapa berbedanya kehidupan kita jika kita benar-benar mengetahui apa yang penting secara mendalam bagi kita, dan dengan gambaran tersebut di benak, kita mengelola diri kita sendiri tiap hari untuk menjadi dan untuk mengerjakan apa yang benar-benar paling penting dan baik. Jika tangga tersebut tidak bersandar pada dinding yang benar, setiap langkah yang kita ambil hanya membawa kita ke tempat yang salah dengan lebih cepat.
Jika anda memikirkan dengan cermat apa yang anda ingin agar dikatakan tentang diri anda pada pemakaman anda, definisi anda tentang keberhasilan akan tampak jelas. Ini mungkin sangat berbeda dengan definisi yang anda kira anda miliki dalam pikiran anda. Barangkali kemasyhuran, prestasi, uang, atau beberapa hal lain yang kita perjuangkan bahkan bukan merupakan bagian dari dinding yang benar.
Ketika anda memulai dengan merujuk pada tujuan akhir, anda memperoleh perspektif yang berbeda. Untuk, mari kita membayangkan di saat pemakaman kita, demi hidup kita saat ini menjadi lebih baik.
Minggu, 31 Mei 2009
Mudik Ke Kampung Akhirat
Setiap menjelang Idul Fitri, kota-kota besar di Indonesia, terutama kota Jakarta, nampak lengang. Jama’ah di masjid dan musholla mulai berkurang. Jika minggu pertama, masjid-masjid sesak dipenuhi jamaah sholat tarawih maka di penghujung bulan Ramadhan hanya tersisa sekitar satu shaf atau kurang dari itu.
Tidak terkecuali pula di masjid Safinaturrahmah, Sapen, Yogyakarta, tempat biasa saya shalat. Mulai satu minggu sebelum lebaran, jamaah mesjid tersebut sudah banyak berkurang. Maklum, biasanya, para mahasiswa, kemudian disusul para pekerja dan pengusaha mulai libur dan cuti kerja, dan mudik ke kampung halaman.
Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halaman. Mudik bisa berarti pula kembali ke akar kebudayaan kita, ke tempat dimana kita dilahirkan, di daerah yang menjadi asal muasal keluarga besar. Pada hari raya Idul Fitri, nuansa mudik sudah sangat terasa kental. Persiapan-persiapan bahkan sudah dilakukan dari jauh-jauh hari. Pemesanan tiket bahkan sudah dilakukan dari beberapa bulan sebelumnya, menghindari kenaikan harga yang berlebihan. Pembelian oleh-oleh untuk sanak kerabat di kampung halaman pun dipersiapkan dengan rapi dan apik.
Kota-kota perantauan yang dulunya tidak pernah berhenti beraktivitas, megah, selalu gemerlap siang dan malam, akan menjadi sepi dan lengang, ditinggal para penghuni yang biasa mengisi keramaiannya. Susah payah kondisi perjalanan tidak menghalangi niatan untuk pulang ke kampung halaman; letih, lelah, dan tenaga yang terkurang, direlakan; membengkaknya biaya perjalanan dan biaya yang dihabiskan, memang sudah diantisipasi jauh-jauh hari sebelumnya. Bagi sebagian orang, mereka bahkan rela mengirit pengeluaran sehari-hari, agar dapat menabung guna memenuhi biaya perjalanan beserta segala pernak-pernik perjalanan mudiknya.
Tradisi mudik di Indonesia adalah urusan yang sangat besar dan sangat menyibukkan. Tidak tanggung-tanggung pemerintah harus menyiapkan dan menjamin kelancaran arus mudik lebaran, dari tentang armada atau angkutan lebaran sampai ke urusan stabilitas sembako. Begitupun para media televisi tidak ketinggalan tiap waktu menyiarkan arus mudik ini.
Tradisi mudik pada Idul Fitri pada dasarnya mengandung nilai positif. Karena di sinilah kita bisa berkunjung dan menyambung silaturrahmi dengan orangtua, sanak saudara, kerabat dan handai taulan di kampung halaman. Mereka saling mengunjungi dan bermaaf-maafan. Bisa kita bayangkan apabila tidak ada lebaran dan tradisi mudik, berapa banyak orang yang kehilangan sanak keluarga karena tidak pernah bertemu dan saling silaturrahmi. Walau begitu, silaturrahmi dan saling memaafkan tidak harus dilakukan di Hari Raya saja, tapi di hari-hari lainpun bisa dilakukan. Yang perlu diingat ketika mudik adalah persiapan bekal. Supaya lancar sampai tujuan maka bekal tersebut perlu disiapkan sebaik-baiknya.
Para pembaca yang budiman, dapatkah kita mengambil pelajaran dari peristiwa mudik di hari raya Idul Fitri tersebut yang sebagian besar masyarakat kita melakukannya setiap tahun? Bicara tentang mudik, kita teringat dengan peristiwa mudik yang akan dialami oleh setiap orang. Setiap orang pasti akan mengalami mudik yang seperti ini bahkan banyak dari kita telah mudik mendahului kita. Mudik yang mau tak mau harus kita lakukan. Tidak peduli kita kaya atau miskin, dan baik terpaksa maupun tidak. Tak lain, mudik tersebut adalah mudik ke kampung akhirat, kampung halaman abadi.
Mudik ini adalah mudik yang tidak pernah kembali lagi ke perantauan (dunia), karena di sanalah tempat abadi kita. Untuk menuju ke sana hanya ada satu kendaraan, yaitu kematian. Kematian akan menjemput kita. Itulah mudik yang sebenarnya. Akhirat adalah kampung dengan satu pintu, sekali kita melewatinya, maka sudah pasti dan tidak akan mungkin kita bisa kembali lagi ke dunia. Hal itu sebagaimana yang difirmankan Allah, “Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang gaib serta yang nyata.” (QS. Al-Jumu'ah:8).
Dalam banyak firman-Nya, Allah selalu mengingatkan kita pada konteks mudik ini. Misalnya, "Kemudian, kepada-Kulah tempat kalian semua pulang" (Tsumma Ilayya Marji'ukum). Maka, tradisi mudik yang hingga kini tak pernah tersentuh dan terpengaruh sedikit pun oleh krisis macam apa pun, termasuk krisis yang tiada henti mendera bangsa ini, sebenarnya menjadi prosesi panjang perjalanan anak manusia menuju Tuhannya. Macam-macam cara ditempuh orang untuk menyiapkan kepulangannya. Pulang ke kampung halaman di dunia ini atau ke kampung halamannya di akhirat kelak. Dua tujuan tersebut, meski sama-sama memiliki perspektif yang berbeda tetapi sungguh sama-sama membutuhkan persiapan, minimal bekal untuk dibawa pulang. Bekal untuk keperluan diri sendiri, atau bekal yang akan kita persembahkan kepada saudara-saudara yang tinggal di kampung. Lantas siapa keluarga kita di akhirat? Mudik ke kampung akhirat, tentu tujuannya cuma satu, "bertemu" dengan Allah SWT (Liqaa'a Robbihi).
Mudik ke kampung halaman menjelang Idul Fitri, sesungguhnya merupakan latihan yang nyata menjelang kepulangan kita selama-selamanya ke pangkuan Ilahi. Tanpa kita sadar, selama sebelas bulan lamanya, berbagai persiapan kita lakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin bekal yang akan kita bawa pulang.
Allah selalu mengingatkan kita agar jangan sampai menyesal ketika kematian datang dan kita masih belum punya bekal yang dibawa yang dapat menyelamatkan kita di alam kubur dan alam akhirat kelak. Sebagaimana orang-orang yang menyesal karena saat kematian tiba bekal yang dibawanya merasa tidak cukup dan merengek kepada Allah supaya jangan dulu dimatikan terlebih dahulu, atau kalau pun sudah dimatikan ingin dikembalikan lagi ke dunia. “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’" (QS.: Al-Munafiqun [63]:10).
Untuk itu, sudah seberapa baik perbekalan yang telah kita persiapkan? Bahkan, sudah sampai seberapa siap diri kita untuk menghadapi perjalanan panjang? Imam Ali bin Abi Thalib, pernah berkata, “Sesungguhnya kita berada pada hari dimana hanya ada amal tanpa ada perhitungan, dan sesungguhnya kita menuju hari dimana hanya ada perhitungan tanpa ada amal”.
Oleh karena itu, jadikan setiap detik dalam hidup kita ini menjadi hari-hari pengumpulan bekal mudik ke kampung akhirat kita, dan tidak cukup sampai di situ, jadikan seluruh sisa usia kita, menjadi ajang persiapan mudik ke kampung akhirat, baik dengan beribadah secara vertikal maupun transendental.
Mari kita jadikan dunia ini sebagai ladang untuk mengumpulkan perbekalan mudik kita ke kampung akhirat. Semoga bekal kita mencukupi sehingga kita mendapatkan tempat yang terbaik di akhirat kelak.
Tidak terkecuali pula di masjid Safinaturrahmah, Sapen, Yogyakarta, tempat biasa saya shalat. Mulai satu minggu sebelum lebaran, jamaah mesjid tersebut sudah banyak berkurang. Maklum, biasanya, para mahasiswa, kemudian disusul para pekerja dan pengusaha mulai libur dan cuti kerja, dan mudik ke kampung halaman.
Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halaman. Mudik bisa berarti pula kembali ke akar kebudayaan kita, ke tempat dimana kita dilahirkan, di daerah yang menjadi asal muasal keluarga besar. Pada hari raya Idul Fitri, nuansa mudik sudah sangat terasa kental. Persiapan-persiapan bahkan sudah dilakukan dari jauh-jauh hari. Pemesanan tiket bahkan sudah dilakukan dari beberapa bulan sebelumnya, menghindari kenaikan harga yang berlebihan. Pembelian oleh-oleh untuk sanak kerabat di kampung halaman pun dipersiapkan dengan rapi dan apik.
Kota-kota perantauan yang dulunya tidak pernah berhenti beraktivitas, megah, selalu gemerlap siang dan malam, akan menjadi sepi dan lengang, ditinggal para penghuni yang biasa mengisi keramaiannya. Susah payah kondisi perjalanan tidak menghalangi niatan untuk pulang ke kampung halaman; letih, lelah, dan tenaga yang terkurang, direlakan; membengkaknya biaya perjalanan dan biaya yang dihabiskan, memang sudah diantisipasi jauh-jauh hari sebelumnya. Bagi sebagian orang, mereka bahkan rela mengirit pengeluaran sehari-hari, agar dapat menabung guna memenuhi biaya perjalanan beserta segala pernak-pernik perjalanan mudiknya.
Tradisi mudik di Indonesia adalah urusan yang sangat besar dan sangat menyibukkan. Tidak tanggung-tanggung pemerintah harus menyiapkan dan menjamin kelancaran arus mudik lebaran, dari tentang armada atau angkutan lebaran sampai ke urusan stabilitas sembako. Begitupun para media televisi tidak ketinggalan tiap waktu menyiarkan arus mudik ini.
Tradisi mudik pada Idul Fitri pada dasarnya mengandung nilai positif. Karena di sinilah kita bisa berkunjung dan menyambung silaturrahmi dengan orangtua, sanak saudara, kerabat dan handai taulan di kampung halaman. Mereka saling mengunjungi dan bermaaf-maafan. Bisa kita bayangkan apabila tidak ada lebaran dan tradisi mudik, berapa banyak orang yang kehilangan sanak keluarga karena tidak pernah bertemu dan saling silaturrahmi. Walau begitu, silaturrahmi dan saling memaafkan tidak harus dilakukan di Hari Raya saja, tapi di hari-hari lainpun bisa dilakukan. Yang perlu diingat ketika mudik adalah persiapan bekal. Supaya lancar sampai tujuan maka bekal tersebut perlu disiapkan sebaik-baiknya.
Para pembaca yang budiman, dapatkah kita mengambil pelajaran dari peristiwa mudik di hari raya Idul Fitri tersebut yang sebagian besar masyarakat kita melakukannya setiap tahun? Bicara tentang mudik, kita teringat dengan peristiwa mudik yang akan dialami oleh setiap orang. Setiap orang pasti akan mengalami mudik yang seperti ini bahkan banyak dari kita telah mudik mendahului kita. Mudik yang mau tak mau harus kita lakukan. Tidak peduli kita kaya atau miskin, dan baik terpaksa maupun tidak. Tak lain, mudik tersebut adalah mudik ke kampung akhirat, kampung halaman abadi.
Mudik ini adalah mudik yang tidak pernah kembali lagi ke perantauan (dunia), karena di sanalah tempat abadi kita. Untuk menuju ke sana hanya ada satu kendaraan, yaitu kematian. Kematian akan menjemput kita. Itulah mudik yang sebenarnya. Akhirat adalah kampung dengan satu pintu, sekali kita melewatinya, maka sudah pasti dan tidak akan mungkin kita bisa kembali lagi ke dunia. Hal itu sebagaimana yang difirmankan Allah, “Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang gaib serta yang nyata.” (QS. Al-Jumu'ah:8).
Dalam banyak firman-Nya, Allah selalu mengingatkan kita pada konteks mudik ini. Misalnya, "Kemudian, kepada-Kulah tempat kalian semua pulang" (Tsumma Ilayya Marji'ukum). Maka, tradisi mudik yang hingga kini tak pernah tersentuh dan terpengaruh sedikit pun oleh krisis macam apa pun, termasuk krisis yang tiada henti mendera bangsa ini, sebenarnya menjadi prosesi panjang perjalanan anak manusia menuju Tuhannya. Macam-macam cara ditempuh orang untuk menyiapkan kepulangannya. Pulang ke kampung halaman di dunia ini atau ke kampung halamannya di akhirat kelak. Dua tujuan tersebut, meski sama-sama memiliki perspektif yang berbeda tetapi sungguh sama-sama membutuhkan persiapan, minimal bekal untuk dibawa pulang. Bekal untuk keperluan diri sendiri, atau bekal yang akan kita persembahkan kepada saudara-saudara yang tinggal di kampung. Lantas siapa keluarga kita di akhirat? Mudik ke kampung akhirat, tentu tujuannya cuma satu, "bertemu" dengan Allah SWT (Liqaa'a Robbihi).
Mudik ke kampung halaman menjelang Idul Fitri, sesungguhnya merupakan latihan yang nyata menjelang kepulangan kita selama-selamanya ke pangkuan Ilahi. Tanpa kita sadar, selama sebelas bulan lamanya, berbagai persiapan kita lakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin bekal yang akan kita bawa pulang.
Allah selalu mengingatkan kita agar jangan sampai menyesal ketika kematian datang dan kita masih belum punya bekal yang dibawa yang dapat menyelamatkan kita di alam kubur dan alam akhirat kelak. Sebagaimana orang-orang yang menyesal karena saat kematian tiba bekal yang dibawanya merasa tidak cukup dan merengek kepada Allah supaya jangan dulu dimatikan terlebih dahulu, atau kalau pun sudah dimatikan ingin dikembalikan lagi ke dunia. “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’" (QS.: Al-Munafiqun [63]:10).
Untuk itu, sudah seberapa baik perbekalan yang telah kita persiapkan? Bahkan, sudah sampai seberapa siap diri kita untuk menghadapi perjalanan panjang? Imam Ali bin Abi Thalib, pernah berkata, “Sesungguhnya kita berada pada hari dimana hanya ada amal tanpa ada perhitungan, dan sesungguhnya kita menuju hari dimana hanya ada perhitungan tanpa ada amal”.
Oleh karena itu, jadikan setiap detik dalam hidup kita ini menjadi hari-hari pengumpulan bekal mudik ke kampung akhirat kita, dan tidak cukup sampai di situ, jadikan seluruh sisa usia kita, menjadi ajang persiapan mudik ke kampung akhirat, baik dengan beribadah secara vertikal maupun transendental.
Mari kita jadikan dunia ini sebagai ladang untuk mengumpulkan perbekalan mudik kita ke kampung akhirat. Semoga bekal kita mencukupi sehingga kita mendapatkan tempat yang terbaik di akhirat kelak.
Minggu, 24 Mei 2009
Hidup Penuh Makna
Saat matahari terbit dan ayam berkokok, hal itu menandakan bahwa pagi telah tiba. Seketika waktu itupun menjadi tanda kita untuk bersiap melakukan aktivitas, sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Entah sebagai karyawan, pelajar, seorang profesional, dan lain-lain. Masing-masing dari kita sama-sama memulai hari yang baru.
Tak terasa siang telah datang. Waktunya istirahat dan makan siang. Setelah itu, pekerjaan terus dilanjutkan kembali. Jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja, hingga matahari mulai redup di sebelah barat. Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai menjemput. Rasa lelah telah hinggap.
Datang di rumah sudah malam. Makan malam, nonton televisi, dan tidur. Seperti itulah kehidupan dijalankan sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan. Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama. Sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan, tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas. Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekadar rutinitas. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan, dan seterusnya.
Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda? Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka? Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi. Hanya Tuhanlah yang tahu.
Pandanglah di sekeliling kita, ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan yang lainnya. Bersyukurlah pada-Nya setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi bermakna, agar hidup anda tidak sia-sia. Jika saat anda mati, anda akan dikenang oleh siapa saja atas kebaikan anda, dan tentu saja Tuhan akan membalas pula kebaikan anda.
Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: Anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Ketika anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.
Jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat.
Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi. Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan kata lain, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya—yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Tak terasa siang telah datang. Waktunya istirahat dan makan siang. Setelah itu, pekerjaan terus dilanjutkan kembali. Jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja, hingga matahari mulai redup di sebelah barat. Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai menjemput. Rasa lelah telah hinggap.
Datang di rumah sudah malam. Makan malam, nonton televisi, dan tidur. Seperti itulah kehidupan dijalankan sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan. Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama. Sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan, tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas. Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekadar rutinitas. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan, dan seterusnya.
Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda? Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka? Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi. Hanya Tuhanlah yang tahu.
Pandanglah di sekeliling kita, ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan yang lainnya. Bersyukurlah pada-Nya setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi bermakna, agar hidup anda tidak sia-sia. Jika saat anda mati, anda akan dikenang oleh siapa saja atas kebaikan anda, dan tentu saja Tuhan akan membalas pula kebaikan anda.
Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: Anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Ketika anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.
Jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat.
Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi. Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan kata lain, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya—yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Minggu, 17 Mei 2009
Ketika Hidup Anda Tinggal Menghitung Hari
Dua orang peneliti asal Texas, Kerry dan Chris Shook, menulis sebuah buku berjudul One Month to Live: Thirty Days to a No-Regrets Life. Buku tersebut menantang pembaca untuk mencari sebuah jawaban, ‘apa yang ingin anda benar-benar lakukan jika sisa umur anda tinggal 30 hari lagi, atau bahkan kurang dari itu?’ Sebagaimana diakui oleh keduanya, bahwa buku tersebut terinspirasi dari perhatian mereka atas kehidupan banyak orang yang menjalani hari-hari terakhir dalam hidupnya.
Dari pengalaman mereka, akhirnya mereka menyadari bahwa banyak orang mengalami perubahan yang sangat besar ketika menyadari sisa hidupnya tidak lama lagi.
Dari pengamatan keduanya, ketika saat manusia divonis hidupnya hanya tinggal beberapa bulan, atau beberapa hari, membuat manusia menjadi “kreatif”. Mereka benar-benar ingin melakukan berbagai hal yang selama ini mereka ingin tapi tidak lakukan. Mereka lebih mudah memaafkan dan meminta maaf kepada orang lain. Mereka lebih berani mengambil resiko. Mereka menjadi semakin jelas dalam membuat prioritas kehidupan mereka.
Kesimpulan di atas menampakkan beberapa pertanyaan penting bagi kita, apakah kita harus menunggu divonis mati terlebih dahulu untuk melakukan seperti yang dilakukan mereka di atas? Mengapa kita harus menunggu hingga semua telah terlambat? Mengapa kita tidak bisa hidup seperti di atas sepanjang umur kita?
Oleh karena itu, disadari atau tidak, menurut saya metode “memvonis mati” kepada diri sendiri adalah sebuah cara lain agar hidup kita bermakna. Karena dengan begitu, kita selalu disadarkan bahwa hidup kita di dunia ini cuma sebentar lagi, dan mendorong kita untuk melakukan yang terbaik. Mengingat akan kematian diri sendiri adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari jebakan berpikir bahwa anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati anda.
Steve Job, pendiri Apple dan Pixar, pun mengakui bahwa salah satu keberhasilannya dalam karir hidupnya adalah dengan menggunakan metode di atas. Ketika dirinya berumur 17, dia membaca ungkapan yang kurang lebih
berbunyi: “Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri Job, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, dia selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, dia tahu bahwa dia harus berubah. Mengingat bahwa dia akan segera mati adalah kiat penting yang dia temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian.
Dalam hidupnya, Steve Job pernah didiagnosis mengidap kanker. Dia memiliki tumor pankreas. Para dokter mengatakan kepadanya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup Steve Job tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan Job pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya. Pernyataan dokter merupakan sinyal agar Job bersiap-siap menghadapi maut.
Pada suatu pemeriksaan, para dokter memasukkan endoskopi ke tenggorokannya, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreasnya dan mengambil beberapa sel tumor. Job dibius. Istrinya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Lalu Job dioperasi dan sehat. Itu adalah rekor terdekat dirinya dengan kematian. Namun kejadian itu, justru yang diharapkan Job, walau bukan dalam arti sebenarnya.
Setelah melalui pengalaman tersebut, dia menyimpulkan bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna. Kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. “Kematian membuat hidup berputar. Dengannya, maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain…Jangan pernah puas. Selalulah merasa bodoh.” Itulah pesan Steve Job bagi siapa saja yang ingin maju dalam hidupnya.
Saya hendak kembali kepada Kerry dan Chris Shook. Dalam bukunya, mereka memberikan jawaban atas pertanyaan, "Jika sisa hidup anda tinggal 30 hari lagi, bagaimana cara anda menjalaninya supaya tidak akan pernah ada penyesalan?" Ada empat jawaban yang diberikan mereka, yaitu:
Pertama, Live Passionately. Hal ini mengajak pembaca untuk berhenti hidup dengan "Someday Syndrome" (sindrom yang selalu berkata, ‘saya akan melakukannya suatu hari nanti’) dan mulai menjalani kehidupan mereka dengan sebuah tujuan yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup mereka. Jangan mengatakan, jika nanti kami sudah mapan kami akan lakukan ini dan itu, karena kita tidak pernah mencapai titik kemapanan. Kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan di hari ini, bukan nanti.
Kedua, Love Completely. Hal ini meminta setiap orang fokus dalam hubungan dengan sesama. Banyak orang pada akhir hidupnya mengalami penyesalan yang terbesar dalam hal hubungan dengan sesama. Kerry menjelaskan, bahwa mengasihi dengan sepenuhnya artinya jangan sampai tidak pernah menyatakan kasih anda. Ekpresikan kasih anda hari ini. Kalau perlu tulis surat ucapan terima kasih pada seseorang hari ini. Lakukan apa yang harus anda lakukan pada orang-orang yang anda kasihi hari ini juga.
Ketiga, Learn Hubly. Di sini dibicarakan tentang karakter kerendahan hati yang merupakan kunci untuk mengalami kesembuhan dari kepahitan. Selain itu, kerendahan hati juga membawa mereka mempelajari menggunakan talenta yang Tuhan percayakan dalam hidupnya untuk dapat digunakan dengan efektif.
Keempat, Leave Boldly, Kerry menyemangati pembaca untuk menjalani kehidupan ini sebaik mungkin, sehingga ketika mereka meninggalkan kehidupan ini ada suatu warisan yang berarti bagi penerus mereka. Warisan di sini bukanlah sebuah bisnis yang besar, rumah atau materi, karena semua itu dapat hilang dengan cepat. Warisan yang ditekankan di sini adalah tentang iman, pengharapan kasih, dan semangat mereka yang akan selalu diingat oleh penerusnya.
Keempat kiat di atas sungguh bermakna universal yang dapat diamalkan oleh siapa pun. Mudah-mudahan keempat kiat itu, jika kita melakukaannya, kita tidak merugi dalam hidup kita jika tiba-tiba saja kita dijemput maut. Tiada seorangpun yang tahu pasti kapan kita akan mati. Untuk itu, sangat penting untuk membuat prioritas kehidupan ini seolah-olah itu esok hari. Sungguh, waktu kehidupan kita saat di sini sangat berharga.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan mengutip kata-kata mendiang Randy Pausch, yang mati mengidap kanker. "kearifan apa yang akan kita tanamkan kepada dunia jika kita tahu ini kesempatan terakhir kita? Jika kita harus mati besok, apa yang kita inginkan sebagai pusaka atau warisan kita?".
Dari pengalaman mereka, akhirnya mereka menyadari bahwa banyak orang mengalami perubahan yang sangat besar ketika menyadari sisa hidupnya tidak lama lagi.
Dari pengamatan keduanya, ketika saat manusia divonis hidupnya hanya tinggal beberapa bulan, atau beberapa hari, membuat manusia menjadi “kreatif”. Mereka benar-benar ingin melakukan berbagai hal yang selama ini mereka ingin tapi tidak lakukan. Mereka lebih mudah memaafkan dan meminta maaf kepada orang lain. Mereka lebih berani mengambil resiko. Mereka menjadi semakin jelas dalam membuat prioritas kehidupan mereka.
Kesimpulan di atas menampakkan beberapa pertanyaan penting bagi kita, apakah kita harus menunggu divonis mati terlebih dahulu untuk melakukan seperti yang dilakukan mereka di atas? Mengapa kita harus menunggu hingga semua telah terlambat? Mengapa kita tidak bisa hidup seperti di atas sepanjang umur kita?
Oleh karena itu, disadari atau tidak, menurut saya metode “memvonis mati” kepada diri sendiri adalah sebuah cara lain agar hidup kita bermakna. Karena dengan begitu, kita selalu disadarkan bahwa hidup kita di dunia ini cuma sebentar lagi, dan mendorong kita untuk melakukan yang terbaik. Mengingat akan kematian diri sendiri adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari jebakan berpikir bahwa anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati anda.
Steve Job, pendiri Apple dan Pixar, pun mengakui bahwa salah satu keberhasilannya dalam karir hidupnya adalah dengan menggunakan metode di atas. Ketika dirinya berumur 17, dia membaca ungkapan yang kurang lebih
berbunyi: “Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri Job, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, dia selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, dia tahu bahwa dia harus berubah. Mengingat bahwa dia akan segera mati adalah kiat penting yang dia temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian.
Dalam hidupnya, Steve Job pernah didiagnosis mengidap kanker. Dia memiliki tumor pankreas. Para dokter mengatakan kepadanya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup Steve Job tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan Job pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya. Pernyataan dokter merupakan sinyal agar Job bersiap-siap menghadapi maut.
Pada suatu pemeriksaan, para dokter memasukkan endoskopi ke tenggorokannya, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreasnya dan mengambil beberapa sel tumor. Job dibius. Istrinya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Lalu Job dioperasi dan sehat. Itu adalah rekor terdekat dirinya dengan kematian. Namun kejadian itu, justru yang diharapkan Job, walau bukan dalam arti sebenarnya.
Setelah melalui pengalaman tersebut, dia menyimpulkan bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna. Kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. “Kematian membuat hidup berputar. Dengannya, maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain…Jangan pernah puas. Selalulah merasa bodoh.” Itulah pesan Steve Job bagi siapa saja yang ingin maju dalam hidupnya.
Saya hendak kembali kepada Kerry dan Chris Shook. Dalam bukunya, mereka memberikan jawaban atas pertanyaan, "Jika sisa hidup anda tinggal 30 hari lagi, bagaimana cara anda menjalaninya supaya tidak akan pernah ada penyesalan?" Ada empat jawaban yang diberikan mereka, yaitu:
Pertama, Live Passionately. Hal ini mengajak pembaca untuk berhenti hidup dengan "Someday Syndrome" (sindrom yang selalu berkata, ‘saya akan melakukannya suatu hari nanti’) dan mulai menjalani kehidupan mereka dengan sebuah tujuan yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup mereka. Jangan mengatakan, jika nanti kami sudah mapan kami akan lakukan ini dan itu, karena kita tidak pernah mencapai titik kemapanan. Kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan di hari ini, bukan nanti.
Kedua, Love Completely. Hal ini meminta setiap orang fokus dalam hubungan dengan sesama. Banyak orang pada akhir hidupnya mengalami penyesalan yang terbesar dalam hal hubungan dengan sesama. Kerry menjelaskan, bahwa mengasihi dengan sepenuhnya artinya jangan sampai tidak pernah menyatakan kasih anda. Ekpresikan kasih anda hari ini. Kalau perlu tulis surat ucapan terima kasih pada seseorang hari ini. Lakukan apa yang harus anda lakukan pada orang-orang yang anda kasihi hari ini juga.
Ketiga, Learn Hubly. Di sini dibicarakan tentang karakter kerendahan hati yang merupakan kunci untuk mengalami kesembuhan dari kepahitan. Selain itu, kerendahan hati juga membawa mereka mempelajari menggunakan talenta yang Tuhan percayakan dalam hidupnya untuk dapat digunakan dengan efektif.
Keempat, Leave Boldly, Kerry menyemangati pembaca untuk menjalani kehidupan ini sebaik mungkin, sehingga ketika mereka meninggalkan kehidupan ini ada suatu warisan yang berarti bagi penerus mereka. Warisan di sini bukanlah sebuah bisnis yang besar, rumah atau materi, karena semua itu dapat hilang dengan cepat. Warisan yang ditekankan di sini adalah tentang iman, pengharapan kasih, dan semangat mereka yang akan selalu diingat oleh penerusnya.
Keempat kiat di atas sungguh bermakna universal yang dapat diamalkan oleh siapa pun. Mudah-mudahan keempat kiat itu, jika kita melakukaannya, kita tidak merugi dalam hidup kita jika tiba-tiba saja kita dijemput maut. Tiada seorangpun yang tahu pasti kapan kita akan mati. Untuk itu, sangat penting untuk membuat prioritas kehidupan ini seolah-olah itu esok hari. Sungguh, waktu kehidupan kita saat di sini sangat berharga.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan mengutip kata-kata mendiang Randy Pausch, yang mati mengidap kanker. "kearifan apa yang akan kita tanamkan kepada dunia jika kita tahu ini kesempatan terakhir kita? Jika kita harus mati besok, apa yang kita inginkan sebagai pusaka atau warisan kita?".
Minggu, 10 Mei 2009
Ketika Jepang Menginspirasi Novelis Barat
Resensi ini dimuat di Media Indonesia, Sabtu 20 Juni 2009
Judul Buku : The Dragon Scroll
Penulis : I.J. Parker
Penerbit : Penerbit Kantera
Cetakan : I, Februari 2009
Tebal : 484 hlm
-------------------------
I.J. Parker, penulis novel The Dragon Scroll ini menekuni sejarah Jepang masa pertengahan dan menulis kisah-kisah misteri. Pada 1997 cerpennya dengan tokoh Sugawara Akitada—seorang pegawai rendahan kementerian kehakiman Kyoto abad kesebelas yang melakukan penyelidikan terhadap kejahatan—membuat karyanya muncul dalam majalah misteri Alfred Hithcock. Pada tahun 2000, Parker menerima Private Eye Writer of American Shamus Award untuk kategori cerita pendek misteri terbaik. Dan dua novelnya, Rashomon Gate (2002) dan the Hell Screen (2003) mendapatkan penghargaan dari St. Martin Monotaur. Kelahiran Jerman ini amat mumpuni tentang sejarah dan budaya Jepang.
Novel The Dragon Scroll secara kronologis merupakan novel ketiga dari seri-seri karyanya dan menceritakan kembali permulaan karir tokoh utama Sugawara Akitada yang berlatar Periode Heian Jepang (794-1185). Novel ini bertutur tentang Sugawara Akitada yang diutus ke Kisarazu di propinsi Kazusa guna menyelidiki hilangnya pengiriman pajak selama tiga tahun berturut-turut.
Sejak awal, Parker menciptakan narasi yang sangat cepat dan menggairahkan, sesuatu yang menarik perhatian pembaca baik dalam aksi dan penyampaian kultur serta tradisi abad kesebelas. Aksi datang pertama kali melalui latar belakang budaya Jepang yang mengagumkan yang menambah kegairahan membaca. Dalam dua puluh halaman pertama, pembaca disuguhi tentang pembunuhan seorang wanita. Selanjutnya meloncat pada usaha perampokan terhadap Akitada, pertarungan hidup mati dengan para perampok di jalan, kemudian usaha pemerkosaan terhadap gadis tunarungu oleh beberapa oknum biksu budha, dan serangan kekerasan terhadap orang-orang Akitada oleh artis seni bela diri wanita yang memiliki kemampuan hebat.
Novel ini merupakan novel terbaru Parker, setelah The Rashomon dan The Hell Screen, yang sama-sama mempunyai kisah misteri dan detektif. Di sini, Akitada adalah seorang sarjana muda yang bertemu Tora—yang menjadi tokoh dalam kedua buku sebelumnya—untuk pertama kalinya. Kemampuan Tora dalam menggunakan tongkat dan kecepatan melompat dalam setiap aksinya, tidak diragukan lagi, telah menyelamatkan Akitada dan Seimei dari para penjahat yang kejam. Hanya saja reputasinya sebagai “Bandit Jangkung Berkaki Tujuh”, menyebabkan Seimei, sang pembantu Akitada gelisah. Seimei merasa dia bukanlah orang yang dapat dipercaya, ibaratnya ‘seekor burung Elang tidak bisa menjadi burung Bulbul.”
Ada beberapa tokoh kunci, selain Akitada, Tora dan Seimei, yang berperan dalam novel ini, yaitu, The Rat seorang pengemis yang memiliki banyak informasi; Higekuro, seorang anggota bangsawan yang merangkap menjadi pimpinan sekolah seni beladiri; dan Otomi, artis tunarungu yang sketsa-sketsanya tentang sebuah biara menjadi kunci penting dalam penyelidikan tersebut.
Dalam perjalanannya, dengan ditemani pelayannya, Seimei, Akitada diserang oleh para perampok. Namun untung saja diselamatkan oleh Tora, seorang pembelot militer yang gagah berani, di mana kemudian diangkat menjadi seorang ajudannya. Perjalanan melalui daerah pedalaman yang dingin dengan menunggang kuda, Akitada dijamin oleh keduanya kalau sewaktu-waktu ia melihat hal yang tidak menyenangkan dari protokol pegawai lainnya. Seimei sering berbicara kepada Akitada dalam aforisme adat tradisional.
Awal kedatangannya di Kazusa, Akitada berspekulasi menjadikan gubernur Motosuke sebagai tersangka utama. Namun kecurigaan Akitada terhadap sang gubernur sulit dibuktikan. Bahkan Akitada dan pelayannya, Seimei, tercengang dengan efisiensi kerja para staf dan kerapian berkas-berkasnya. Alih-alih berhasil meringkus penjahat Negara, Akitada merasa misinya hanya akan berakhir sia-sia. Karena rumor yang beredar bahwa sudah lama pemerintah ingin kasus ini dilupakan. Kegelisahan Akitada untuk tetap menegakkan hukum semakin mendorongnya berfikir keras, menemukan dalang di balik kejahatan ini. Orang-orang lain yang patut dicurigai dan mulai dijadikan modus operandinya adalah Residen Ikeda, Kapten Yukinari—sang kepala Garnisun, Lord Tachibana—mantan Gubernur—beserta Lady Tachibana (istri mudanya yang cantik mempesona) serta master Joto, sang kepala biara Empat Wajah Kebijaksanaan.
Masalah semakin pelik ketika terjadi pembunuhan berantai. Mantan gubernur Lord Tachibana ditemukan tewas di ruang kerjanya saat Akitada mengunjunginya. Lalu seorang pelacur dibunuh dengan cara mengerikan. Begitu pula pembantaian yang terjadi di rumah Higekuro, pemilik perguruan bela diri bojutsu. Dan usaha pemerkosaan terhadap putrinya—gadis tunarungu—oleh beberapa rahib pengkhianat.
Apa motif di balik pembunuhan sang mantan gubernur? Firasat Akitada mengatakan bahwa aksi tersebut ada hubungannya dengan kasus perampokan pajak. Istri mantan gubernur pun ditengarai memiliki skandal dengan Kapten Yukinari dan Residen Ikeda. Kisah ini kemudian berkembang menjadi sebuah konspirasi yang juga melibatkan kepala biara Empat Wajah Kebijaksanaan. Hal itu berdasarkan fakta pembangunan biara yang meningkat drastis. Namun pada akhirnya Akitada memperoleh titik terang setelah ditemukannya sebuah sketsa lukisan Badai Naga karya Otomi, putri Higekuro. Sketsa itulah yang menjadi kunci penting dalam penyelidikan tersebut.
Ditemani Tora dan Ayako—gadis pesumo yang membuat Akitada jatuh cinta—Akitada menyusup ke dalam Biara Empat Wajah Kebijaksanaan dan menemukan bukti kebengalan para rahib. Kala segalanya terbuka, bentrokan pun tak terelakkan. Dalam satu adegan klimaks, yang terjadi pada sebuah perayaan biara yang besar, ketegangan mencapai puncaknya. Akitada dan kelompoknya berhasil membongkar monster jahat yang terselubung di balik kedok sang rahib suci. Misteri sekeping bunga biru pun menyingkap pembunuhan wanita bangsawan, Lady Asagao, selir kesayangan Kaisar. Tapi yang lebih buruk, upaya penyelidikan dan pengungkapan yang dilakukan Akitada malah mengancam hubungan cinta dan kariernya. Sungguh, sebuah ending yang mengharukan. Akitada sangat shock karena mendapati sang menteri, atasannya, naik pitam mendengar kabar keberhasilannya. Akibatnya mimpi dan cita-cita Akitada kandas.
Dalam seluruh novel ini, Parker tetap setia dengan budaya dan sejarah Jepang abad kesebelas. Informasi yang mengagumkan tentang stratifikasi budaya dan pemisahan antara bangsawan dan orang biasa, mengenai ketegangan antara agama Budha dan Santo, dan mengenai operasi pemerintah, semuanya dimasukkan dengan sangat natural dalam misteri tersebut. Parker sangat cermat menciptakan karakter-karakter yang seakan-akan hidup dan memberikan pembacanya untuk beridentifikasi dengan mereka, meskipun ada jarak seratus tahun antara aksi tersebut dengan kehidupan dan masa dari pembacanya.
Parker seringkali menghadirkan adegan-adegan yang berisikan ironi. Dan misteri tersebut secara bertahap berkembang dari awal yang agak sederhana menjadi suatu kesimpulan liar yang secara bersama-sama mengikat tiap detail pada saat yang bersamaan, sehingga hal itu memerlukan perhatian secara cermat. Sebuah seri baru yang pantas mendapatkan banyak pembaca baru. Misteri-misteri Akitado Sugiwara amat mengagumkan dan tampil beda! Kepedulian Parker atas kedetailannya benar-benar tanpa cacat dan kemampuannya untuk melibatkan pembacanya dalam peristiwa-peristiwa yang berasal dari seratus tahun yang lalu di negara asing sungguh menarik perhatian.***
M.Iqbal Dawami
Staf Pengajar STIS Magelang, penikmat sastra
Judul Buku : The Dragon Scroll
Penulis : I.J. Parker
Penerbit : Penerbit Kantera
Cetakan : I, Februari 2009
Tebal : 484 hlm
-------------------------
I.J. Parker, penulis novel The Dragon Scroll ini menekuni sejarah Jepang masa pertengahan dan menulis kisah-kisah misteri. Pada 1997 cerpennya dengan tokoh Sugawara Akitada—seorang pegawai rendahan kementerian kehakiman Kyoto abad kesebelas yang melakukan penyelidikan terhadap kejahatan—membuat karyanya muncul dalam majalah misteri Alfred Hithcock. Pada tahun 2000, Parker menerima Private Eye Writer of American Shamus Award untuk kategori cerita pendek misteri terbaik. Dan dua novelnya, Rashomon Gate (2002) dan the Hell Screen (2003) mendapatkan penghargaan dari St. Martin Monotaur. Kelahiran Jerman ini amat mumpuni tentang sejarah dan budaya Jepang.
Novel The Dragon Scroll secara kronologis merupakan novel ketiga dari seri-seri karyanya dan menceritakan kembali permulaan karir tokoh utama Sugawara Akitada yang berlatar Periode Heian Jepang (794-1185). Novel ini bertutur tentang Sugawara Akitada yang diutus ke Kisarazu di propinsi Kazusa guna menyelidiki hilangnya pengiriman pajak selama tiga tahun berturut-turut.
Sejak awal, Parker menciptakan narasi yang sangat cepat dan menggairahkan, sesuatu yang menarik perhatian pembaca baik dalam aksi dan penyampaian kultur serta tradisi abad kesebelas. Aksi datang pertama kali melalui latar belakang budaya Jepang yang mengagumkan yang menambah kegairahan membaca. Dalam dua puluh halaman pertama, pembaca disuguhi tentang pembunuhan seorang wanita. Selanjutnya meloncat pada usaha perampokan terhadap Akitada, pertarungan hidup mati dengan para perampok di jalan, kemudian usaha pemerkosaan terhadap gadis tunarungu oleh beberapa oknum biksu budha, dan serangan kekerasan terhadap orang-orang Akitada oleh artis seni bela diri wanita yang memiliki kemampuan hebat.
Novel ini merupakan novel terbaru Parker, setelah The Rashomon dan The Hell Screen, yang sama-sama mempunyai kisah misteri dan detektif. Di sini, Akitada adalah seorang sarjana muda yang bertemu Tora—yang menjadi tokoh dalam kedua buku sebelumnya—untuk pertama kalinya. Kemampuan Tora dalam menggunakan tongkat dan kecepatan melompat dalam setiap aksinya, tidak diragukan lagi, telah menyelamatkan Akitada dan Seimei dari para penjahat yang kejam. Hanya saja reputasinya sebagai “Bandit Jangkung Berkaki Tujuh”, menyebabkan Seimei, sang pembantu Akitada gelisah. Seimei merasa dia bukanlah orang yang dapat dipercaya, ibaratnya ‘seekor burung Elang tidak bisa menjadi burung Bulbul.”
Ada beberapa tokoh kunci, selain Akitada, Tora dan Seimei, yang berperan dalam novel ini, yaitu, The Rat seorang pengemis yang memiliki banyak informasi; Higekuro, seorang anggota bangsawan yang merangkap menjadi pimpinan sekolah seni beladiri; dan Otomi, artis tunarungu yang sketsa-sketsanya tentang sebuah biara menjadi kunci penting dalam penyelidikan tersebut.
Dalam perjalanannya, dengan ditemani pelayannya, Seimei, Akitada diserang oleh para perampok. Namun untung saja diselamatkan oleh Tora, seorang pembelot militer yang gagah berani, di mana kemudian diangkat menjadi seorang ajudannya. Perjalanan melalui daerah pedalaman yang dingin dengan menunggang kuda, Akitada dijamin oleh keduanya kalau sewaktu-waktu ia melihat hal yang tidak menyenangkan dari protokol pegawai lainnya. Seimei sering berbicara kepada Akitada dalam aforisme adat tradisional.
Awal kedatangannya di Kazusa, Akitada berspekulasi menjadikan gubernur Motosuke sebagai tersangka utama. Namun kecurigaan Akitada terhadap sang gubernur sulit dibuktikan. Bahkan Akitada dan pelayannya, Seimei, tercengang dengan efisiensi kerja para staf dan kerapian berkas-berkasnya. Alih-alih berhasil meringkus penjahat Negara, Akitada merasa misinya hanya akan berakhir sia-sia. Karena rumor yang beredar bahwa sudah lama pemerintah ingin kasus ini dilupakan. Kegelisahan Akitada untuk tetap menegakkan hukum semakin mendorongnya berfikir keras, menemukan dalang di balik kejahatan ini. Orang-orang lain yang patut dicurigai dan mulai dijadikan modus operandinya adalah Residen Ikeda, Kapten Yukinari—sang kepala Garnisun, Lord Tachibana—mantan Gubernur—beserta Lady Tachibana (istri mudanya yang cantik mempesona) serta master Joto, sang kepala biara Empat Wajah Kebijaksanaan.
Masalah semakin pelik ketika terjadi pembunuhan berantai. Mantan gubernur Lord Tachibana ditemukan tewas di ruang kerjanya saat Akitada mengunjunginya. Lalu seorang pelacur dibunuh dengan cara mengerikan. Begitu pula pembantaian yang terjadi di rumah Higekuro, pemilik perguruan bela diri bojutsu. Dan usaha pemerkosaan terhadap putrinya—gadis tunarungu—oleh beberapa rahib pengkhianat.
Apa motif di balik pembunuhan sang mantan gubernur? Firasat Akitada mengatakan bahwa aksi tersebut ada hubungannya dengan kasus perampokan pajak. Istri mantan gubernur pun ditengarai memiliki skandal dengan Kapten Yukinari dan Residen Ikeda. Kisah ini kemudian berkembang menjadi sebuah konspirasi yang juga melibatkan kepala biara Empat Wajah Kebijaksanaan. Hal itu berdasarkan fakta pembangunan biara yang meningkat drastis. Namun pada akhirnya Akitada memperoleh titik terang setelah ditemukannya sebuah sketsa lukisan Badai Naga karya Otomi, putri Higekuro. Sketsa itulah yang menjadi kunci penting dalam penyelidikan tersebut.
Ditemani Tora dan Ayako—gadis pesumo yang membuat Akitada jatuh cinta—Akitada menyusup ke dalam Biara Empat Wajah Kebijaksanaan dan menemukan bukti kebengalan para rahib. Kala segalanya terbuka, bentrokan pun tak terelakkan. Dalam satu adegan klimaks, yang terjadi pada sebuah perayaan biara yang besar, ketegangan mencapai puncaknya. Akitada dan kelompoknya berhasil membongkar monster jahat yang terselubung di balik kedok sang rahib suci. Misteri sekeping bunga biru pun menyingkap pembunuhan wanita bangsawan, Lady Asagao, selir kesayangan Kaisar. Tapi yang lebih buruk, upaya penyelidikan dan pengungkapan yang dilakukan Akitada malah mengancam hubungan cinta dan kariernya. Sungguh, sebuah ending yang mengharukan. Akitada sangat shock karena mendapati sang menteri, atasannya, naik pitam mendengar kabar keberhasilannya. Akibatnya mimpi dan cita-cita Akitada kandas.
Dalam seluruh novel ini, Parker tetap setia dengan budaya dan sejarah Jepang abad kesebelas. Informasi yang mengagumkan tentang stratifikasi budaya dan pemisahan antara bangsawan dan orang biasa, mengenai ketegangan antara agama Budha dan Santo, dan mengenai operasi pemerintah, semuanya dimasukkan dengan sangat natural dalam misteri tersebut. Parker sangat cermat menciptakan karakter-karakter yang seakan-akan hidup dan memberikan pembacanya untuk beridentifikasi dengan mereka, meskipun ada jarak seratus tahun antara aksi tersebut dengan kehidupan dan masa dari pembacanya.
Parker seringkali menghadirkan adegan-adegan yang berisikan ironi. Dan misteri tersebut secara bertahap berkembang dari awal yang agak sederhana menjadi suatu kesimpulan liar yang secara bersama-sama mengikat tiap detail pada saat yang bersamaan, sehingga hal itu memerlukan perhatian secara cermat. Sebuah seri baru yang pantas mendapatkan banyak pembaca baru. Misteri-misteri Akitado Sugiwara amat mengagumkan dan tampil beda! Kepedulian Parker atas kedetailannya benar-benar tanpa cacat dan kemampuannya untuk melibatkan pembacanya dalam peristiwa-peristiwa yang berasal dari seratus tahun yang lalu di negara asing sungguh menarik perhatian.***
M.Iqbal Dawami
Staf Pengajar STIS Magelang, penikmat sastra
Selasa, 05 Mei 2009
Kematian Tak Diduga, Namun Memberi Isyarat
Andy baru saja meninggalkan rumah ketika terdengar jeritan ibunya. Dengan bergegas dia masuk kembali. Saat itulah dia melihat ayahnya sudah tertelungkup di lantai. Badannya lunglai.
Saat dia mengangkat dan memangkunya dalam pelukan, mata Ayahnya menatap Andy dalam sekali. Mulutnya berusaha mengeluarkan kata-kata, namun gagal. Tangan Andy digenggamnya kuat-kuat sebelum akhirnya melemah dan terdiam. Ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Sepuluh menit yang lalu Andy masih berdialog dengan ayahnya. Bahkan sedikit bersitegang. Gara-gara ayahnya melarang dia untuk melihat pertandingan tinju di Gelanggang Olahraga Cenderawasih, Jayapura. Ayahnya meminta dia tetap di rumah ‘untuk menjaga ibu’. Permintaan yang aneh. Selama ini Andy selalu bebas menentukan kemana pun pergi. Ayahnya termasuk orangtua yang menyenangkan, yang tidak ‘neko-neko’. Karena itu larangannya sungguh mengejutkan baginya.
Sang Ibu, yang melihat kekecewaan Andy, mencoba membantu Andy dengan membujuk ayahnya. Terjadi perdebatan sebentar sebelum akhirnya ayahnya mengalah dan mengijinkan Andy melangkah meninggalkan rumah. Ayahnya hanya berpesan agar setelah pertandingan usai dia segera pulang.
Tapi, baru beberapa langkah, terdengar jeritan ibunya. Ayahnya ambruk. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, di dalam taksi, Andy menyadari ayahnya telah tiada. Denyut nadinya datar. Jantungnya tidak lagi berdegup. Ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya.
Ketika menguruk tanah ke liang lahat, perasaan Andy disesaki rasa penyesalan yang sangat dalam. Kalau saja jarum jam bisa diputar ulang, malam itu Andy ingin menyenangkan hati ayahnya. Andy tidak akan bersikeras pergi ke pertandingan tinju. Tiket pertandingan tinju tidak lagi punya arti berbanding permintaan ayahnya sebelum kematian menjemput. Andy ingin menghantarkan ayahnya berpulang dalam damai. Bukan dengan suasana hati yang galau. Namun apa mau dikata. Kematian datang dengan caranya sendiri. Tidak mengenal waktu dan tempat. Kematian ayahnya begitu mendadak. Andy merasa tidak siap.
Itulah kisah kematian ayah Andy F. Noya, pemandu acara Kick Andy di Metro TV. Dia merasa sedih karena tidak menyenangkan ayahnya saat ayahnya dijemput maut. Kematian ayahnya sangat tiba-tiba.
Malaikat yang bertugas mencabut nyawa memang tidak pernah ber-‘assalaamu’alaikum’ atau ber-‘kulonuwun’ (permisi) pada orang yang akan ia cabut nyawanya. Kita tidak tahu kapan ia datang, dan jika ia datang pun kita tak bisa menolaknya. Janji Allah tertulis jelas, bahwa kematian adalah sebuah kepastian yang akan datang pada tiap-tiap jiwa. Tetapi kapan waktunya, cukuplah ia menjadi rahasia-Nya, ”Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (Q.S. Luqman : 34).
Kematian datang secara tiba-tiba namun walau begitu kadang memberikan aba-aba atau isyarat terlebih dahulu. Tanpa meminta ijin kepada siapa pun kapan ia akan datang.
Dia akan datang kepada siapa saja yang dikehendaki dan sudah ditentukan hari kepastiannya. Isyarat kematian kadang kala amat sulit kita pahami, dan barangkali biasa-biasa saja, walau dalam hati kita merasa ada sesuatu yang aneh. Itulah yang dialami Andy F. Noya, yang kematian ayahnya tiba-tiba itu, tidak merasakan sesuatu, hanya saja ayahnya untuk menyarankan Andy untuk tidak kemana-mana, disuruh menjaga ibunya. Ayahnya meminta dia tetap di rumah ‘untuk menjaga ibu’. Bagi Andy, itu adalah permintaan yang aneh. Sebelumnya Andy selalu bebas menentukan ke manapun pergi dan ayahnya pun tidak pernah melarang kemana pun ia pergi. Itulah isyarat yang diberikan Tuhan untuk Andy bahwa ayahnya akan dijemput maut.
Hal ini juga dialami oleh Widyawati, istri Sophan Sophiaan. Bahwa kematian telah lama mendekati suaminya, memberi isyarat kepadanya. Isyarat itu, berupa sikap tak biasa Sophan. Selama konvoi, misalnya, Widya merasa Sophan tambah mesra, acap menatapnya dan memeluk erat. Di Rembang, isyarat itu lebih kuat terasa. Sophan memintanya mengenang saat pertama berjumpa, dalam film Pengantin Remadja. Sophan tak hanya menyanyikan soundtrack film itu, tapi juga membacakan surat cinta. “Juli sayang, suatu saat kita akan berjumpa lagi”. Itulah isyarat, dan Widya tak menyadarinya. Isyarat itu juga datang dari alam. Sepanjang Jakarta-Tuban, dalam konvoi berboncengan, Widyawati selalu melihat sepasang burung terbang di depan mereka. Hanya dia yang melihat.
Kisah di atas memberi isyarat pada kita bahwa kematian bukanlah sesuatu yang jauh. Dia dekat dan datang secara tiba-tiba. Namun kedatangannya dapat diamati, dicatat, jika kita cermat menangkap isyarat.
Allah menentukan kematian dengan cara apa pun. Salah satunya, kedatangannya sangat tiba-tiba. Jalan menuju kematian sangat banyak jalurnya, ada yang diuji dengan sakit dahulu, kecelakan atau diambil secara tiba-tiba. Bisa jadi kelak kita akan menempuh salah satu jalan di atas.
Semoga dengan banyak cerita tentang meninggalnya orang-orang di sekeliling kita, kita semakin bijak dalam mempersiapkan kematian yang akan datang pada giliran kita.
Saat dia mengangkat dan memangkunya dalam pelukan, mata Ayahnya menatap Andy dalam sekali. Mulutnya berusaha mengeluarkan kata-kata, namun gagal. Tangan Andy digenggamnya kuat-kuat sebelum akhirnya melemah dan terdiam. Ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Sepuluh menit yang lalu Andy masih berdialog dengan ayahnya. Bahkan sedikit bersitegang. Gara-gara ayahnya melarang dia untuk melihat pertandingan tinju di Gelanggang Olahraga Cenderawasih, Jayapura. Ayahnya meminta dia tetap di rumah ‘untuk menjaga ibu’. Permintaan yang aneh. Selama ini Andy selalu bebas menentukan kemana pun pergi. Ayahnya termasuk orangtua yang menyenangkan, yang tidak ‘neko-neko’. Karena itu larangannya sungguh mengejutkan baginya.
Sang Ibu, yang melihat kekecewaan Andy, mencoba membantu Andy dengan membujuk ayahnya. Terjadi perdebatan sebentar sebelum akhirnya ayahnya mengalah dan mengijinkan Andy melangkah meninggalkan rumah. Ayahnya hanya berpesan agar setelah pertandingan usai dia segera pulang.
Tapi, baru beberapa langkah, terdengar jeritan ibunya. Ayahnya ambruk. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, di dalam taksi, Andy menyadari ayahnya telah tiada. Denyut nadinya datar. Jantungnya tidak lagi berdegup. Ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya.
Ketika menguruk tanah ke liang lahat, perasaan Andy disesaki rasa penyesalan yang sangat dalam. Kalau saja jarum jam bisa diputar ulang, malam itu Andy ingin menyenangkan hati ayahnya. Andy tidak akan bersikeras pergi ke pertandingan tinju. Tiket pertandingan tinju tidak lagi punya arti berbanding permintaan ayahnya sebelum kematian menjemput. Andy ingin menghantarkan ayahnya berpulang dalam damai. Bukan dengan suasana hati yang galau. Namun apa mau dikata. Kematian datang dengan caranya sendiri. Tidak mengenal waktu dan tempat. Kematian ayahnya begitu mendadak. Andy merasa tidak siap.
Itulah kisah kematian ayah Andy F. Noya, pemandu acara Kick Andy di Metro TV. Dia merasa sedih karena tidak menyenangkan ayahnya saat ayahnya dijemput maut. Kematian ayahnya sangat tiba-tiba.
Malaikat yang bertugas mencabut nyawa memang tidak pernah ber-‘assalaamu’alaikum’ atau ber-‘kulonuwun’ (permisi) pada orang yang akan ia cabut nyawanya. Kita tidak tahu kapan ia datang, dan jika ia datang pun kita tak bisa menolaknya. Janji Allah tertulis jelas, bahwa kematian adalah sebuah kepastian yang akan datang pada tiap-tiap jiwa. Tetapi kapan waktunya, cukuplah ia menjadi rahasia-Nya, ”Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (Q.S. Luqman : 34).
Kematian datang secara tiba-tiba namun walau begitu kadang memberikan aba-aba atau isyarat terlebih dahulu. Tanpa meminta ijin kepada siapa pun kapan ia akan datang.
Dia akan datang kepada siapa saja yang dikehendaki dan sudah ditentukan hari kepastiannya. Isyarat kematian kadang kala amat sulit kita pahami, dan barangkali biasa-biasa saja, walau dalam hati kita merasa ada sesuatu yang aneh. Itulah yang dialami Andy F. Noya, yang kematian ayahnya tiba-tiba itu, tidak merasakan sesuatu, hanya saja ayahnya untuk menyarankan Andy untuk tidak kemana-mana, disuruh menjaga ibunya. Ayahnya meminta dia tetap di rumah ‘untuk menjaga ibu’. Bagi Andy, itu adalah permintaan yang aneh. Sebelumnya Andy selalu bebas menentukan ke manapun pergi dan ayahnya pun tidak pernah melarang kemana pun ia pergi. Itulah isyarat yang diberikan Tuhan untuk Andy bahwa ayahnya akan dijemput maut.
Hal ini juga dialami oleh Widyawati, istri Sophan Sophiaan. Bahwa kematian telah lama mendekati suaminya, memberi isyarat kepadanya. Isyarat itu, berupa sikap tak biasa Sophan. Selama konvoi, misalnya, Widya merasa Sophan tambah mesra, acap menatapnya dan memeluk erat. Di Rembang, isyarat itu lebih kuat terasa. Sophan memintanya mengenang saat pertama berjumpa, dalam film Pengantin Remadja. Sophan tak hanya menyanyikan soundtrack film itu, tapi juga membacakan surat cinta. “Juli sayang, suatu saat kita akan berjumpa lagi”. Itulah isyarat, dan Widya tak menyadarinya. Isyarat itu juga datang dari alam. Sepanjang Jakarta-Tuban, dalam konvoi berboncengan, Widyawati selalu melihat sepasang burung terbang di depan mereka. Hanya dia yang melihat.
Kisah di atas memberi isyarat pada kita bahwa kematian bukanlah sesuatu yang jauh. Dia dekat dan datang secara tiba-tiba. Namun kedatangannya dapat diamati, dicatat, jika kita cermat menangkap isyarat.
Allah menentukan kematian dengan cara apa pun. Salah satunya, kedatangannya sangat tiba-tiba. Jalan menuju kematian sangat banyak jalurnya, ada yang diuji dengan sakit dahulu, kecelakan atau diambil secara tiba-tiba. Bisa jadi kelak kita akan menempuh salah satu jalan di atas.
Semoga dengan banyak cerita tentang meninggalnya orang-orang di sekeliling kita, kita semakin bijak dalam mempersiapkan kematian yang akan datang pada giliran kita.
Selasa, 28 April 2009
Belajar Pada Klub Sepakbola Eropa
Resensi dimuat di Koran Jakarta, 23 Mei 2009
Judul: Raksasa Klub Bola Eropa
Penulis: Zaidan Almahdi
Penerbit: Harmoni
Cetakan: I, 2008
Tebal: 215 hlm.
----------------
Kini, Liga Champions Eropa sudah memasuki semi final. Anehnya, dari tahun ke tahun hanya klub-klub itu saja yang menjadi langganan perdelapan final hingga final, seperti Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, AC Milan, Juventus, dan Bayern Munchen.
Tentu hal ini menjadi tanda tanya besar bagi sebagian orang mengapa tim-tim di atas tersebut selalu mendominasi babak-babak akhir Liga Champions? Apa sesungguhnya rahasianya?
Dalam buku ini terdapat jawaban atas pertanyaan di atas. Zaidan Almahdi, penulis buku ini, mengungkapkan bahwa salah satu rahasia mengapa tim-tim di atas tersebut selalu mendominasi babak-babak akhir Liga Champions, tak lain terletak pada bisnis yang dijalankan oleh tim tersebut. Kombinasi penghasilan dari hak siar televisi, penonton yang berlimpah, serta pemasaran merchandise membuat tim-tim tersebut berlimpah uang. Dengan uang itu mereka bisa mengontrak pemain bagus dan manajer hebat.
Di benua Eropa, sepakbola sudah menjadi industri besar yang menghasilkan uang jutaan dolar baik bagi pemain, manajer, maupun klub. Michael Ballack, misalnya, dari Chelsea FC mendapat gaji perpekan sebesar 2 miliar rupiah. Padahal masih ada 10 pemain lagi yang harus dibayar oleh Chelsea FC. Hal ini memberi sinyal bahwa pemasukan klub Chelsea FC amat luar biasa.
Buku ini berbicara mengenai legenda-legenda klub raksasa di Eropa, yaitu Manchester United (MU), Chelsea, Liverpool, Arsenal, Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, AC Milan, Juventus, dan Bayern Munchen. Dijelaskan di dalamnya bahwa klub-klub tersebut sebetulnya berawal dari klub kecil yang kenyang dengan kekalahan dan kebangkrutan. Tapi mereka terus belajar dan belajar sehingga berkembang menjadi legenda-legenda Eropa dan menjuarai berbagai macam kompetisi baik tingkat domestik maupun internasional, bahkan kejuaraan antar klub dunia. MU, misalnya, pada awalnya hanya tim yang terdiri dari para pekerja jalan Kereta Api. Di awal-awal tahun pendiriannya mereka selalu kalah dari klub-klub lainnya. Namun, seiring waktu berjalan, klub ini menjadi klub raksasa hingga saat ini.
Klub-klub yang disebutkan di atas menjadi besar ternyata didukung oleh manajemen yang baik, pemilik klub yang punya visi dan misi, serta pendukung yang fanatik. Semuanya itu akan membentuk suasana kondusif bagi para pemain bintang untuk menorehkan prestasi di lapangan hijau dan mengeluarkan segala kemampuannya. Para klub raksasa itu tidak hanya mendapatkan penghasilan dari tiket penonton di stadionnya, tapi mereka juga dibanjiri uang dari setiap tayangan pertandingan yang disiarkan di televisi, pemasukan saham dari bursa efek, kontrak dari sponsorship, dan penjualan merchandise. Misalnya saja untuk Football Association (FA) di Inggris, Barclaycard, sebuah perusahaan bonafid, berani menandatangani kontrak sebesar 49 juta poun untuk 3 musim di tahun 2001, itu belum termasuk sponsor bagi para klub raksasa ini yang jumlahnya jauh lebih besar. Tidak heran jika para klub ini mampu membeli dan menggaji tinggi para pemain bintang.
Melalui buku ini semoga kita dapat mengambil pelajaran bagi dunia sepakbola tanah air, yang semakin gersang prestasi dan (malah) semakin subur kerusuhan baik yang disebabkan oleh suporter maupun pemain. Mengaca pada manajemen klub-klub Eropa di atas, kita harus mendorong klub-klub sepakbola di Indonesia agar menjadi profesional dan tidak menggantungkan pada APBD saja, tapi bisa mencari sponsor sendiri dari perusahaan-perusahaan daerah atau nasional, menjual merchandise-nya, dan mendapat hak tayang dari televisi. Untuk itu, buku ini sangat layak dijadikan daftar bacaan bagi yang peduli atas nasib sepakbola Indonesia dan yang hobi dengan dunia sepakbola.***
M. IQBAL DAWAMI
Staf pengajar STIS Magelang, mantan pemain sepakbola amatiran tingkat desa dan kecamatan di Pandeglang
Judul: Raksasa Klub Bola Eropa
Penulis: Zaidan Almahdi
Penerbit: Harmoni
Cetakan: I, 2008
Tebal: 215 hlm.
----------------
Kini, Liga Champions Eropa sudah memasuki semi final. Anehnya, dari tahun ke tahun hanya klub-klub itu saja yang menjadi langganan perdelapan final hingga final, seperti Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, AC Milan, Juventus, dan Bayern Munchen.
Tentu hal ini menjadi tanda tanya besar bagi sebagian orang mengapa tim-tim di atas tersebut selalu mendominasi babak-babak akhir Liga Champions? Apa sesungguhnya rahasianya?
Dalam buku ini terdapat jawaban atas pertanyaan di atas. Zaidan Almahdi, penulis buku ini, mengungkapkan bahwa salah satu rahasia mengapa tim-tim di atas tersebut selalu mendominasi babak-babak akhir Liga Champions, tak lain terletak pada bisnis yang dijalankan oleh tim tersebut. Kombinasi penghasilan dari hak siar televisi, penonton yang berlimpah, serta pemasaran merchandise membuat tim-tim tersebut berlimpah uang. Dengan uang itu mereka bisa mengontrak pemain bagus dan manajer hebat.
Di benua Eropa, sepakbola sudah menjadi industri besar yang menghasilkan uang jutaan dolar baik bagi pemain, manajer, maupun klub. Michael Ballack, misalnya, dari Chelsea FC mendapat gaji perpekan sebesar 2 miliar rupiah. Padahal masih ada 10 pemain lagi yang harus dibayar oleh Chelsea FC. Hal ini memberi sinyal bahwa pemasukan klub Chelsea FC amat luar biasa.
Buku ini berbicara mengenai legenda-legenda klub raksasa di Eropa, yaitu Manchester United (MU), Chelsea, Liverpool, Arsenal, Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, AC Milan, Juventus, dan Bayern Munchen. Dijelaskan di dalamnya bahwa klub-klub tersebut sebetulnya berawal dari klub kecil yang kenyang dengan kekalahan dan kebangkrutan. Tapi mereka terus belajar dan belajar sehingga berkembang menjadi legenda-legenda Eropa dan menjuarai berbagai macam kompetisi baik tingkat domestik maupun internasional, bahkan kejuaraan antar klub dunia. MU, misalnya, pada awalnya hanya tim yang terdiri dari para pekerja jalan Kereta Api. Di awal-awal tahun pendiriannya mereka selalu kalah dari klub-klub lainnya. Namun, seiring waktu berjalan, klub ini menjadi klub raksasa hingga saat ini.
Klub-klub yang disebutkan di atas menjadi besar ternyata didukung oleh manajemen yang baik, pemilik klub yang punya visi dan misi, serta pendukung yang fanatik. Semuanya itu akan membentuk suasana kondusif bagi para pemain bintang untuk menorehkan prestasi di lapangan hijau dan mengeluarkan segala kemampuannya. Para klub raksasa itu tidak hanya mendapatkan penghasilan dari tiket penonton di stadionnya, tapi mereka juga dibanjiri uang dari setiap tayangan pertandingan yang disiarkan di televisi, pemasukan saham dari bursa efek, kontrak dari sponsorship, dan penjualan merchandise. Misalnya saja untuk Football Association (FA) di Inggris, Barclaycard, sebuah perusahaan bonafid, berani menandatangani kontrak sebesar 49 juta poun untuk 3 musim di tahun 2001, itu belum termasuk sponsor bagi para klub raksasa ini yang jumlahnya jauh lebih besar. Tidak heran jika para klub ini mampu membeli dan menggaji tinggi para pemain bintang.
Melalui buku ini semoga kita dapat mengambil pelajaran bagi dunia sepakbola tanah air, yang semakin gersang prestasi dan (malah) semakin subur kerusuhan baik yang disebabkan oleh suporter maupun pemain. Mengaca pada manajemen klub-klub Eropa di atas, kita harus mendorong klub-klub sepakbola di Indonesia agar menjadi profesional dan tidak menggantungkan pada APBD saja, tapi bisa mencari sponsor sendiri dari perusahaan-perusahaan daerah atau nasional, menjual merchandise-nya, dan mendapat hak tayang dari televisi. Untuk itu, buku ini sangat layak dijadikan daftar bacaan bagi yang peduli atas nasib sepakbola Indonesia dan yang hobi dengan dunia sepakbola.***
M. IQBAL DAWAMI
Staf pengajar STIS Magelang, mantan pemain sepakbola amatiran tingkat desa dan kecamatan di Pandeglang
Langganan:
Postingan (Atom)