Minggu, 24 Mei 2009

Hidup Penuh Makna

Saat matahari terbit dan ayam berkokok, hal itu menandakan bahwa pagi telah tiba. Seketika waktu itupun menjadi tanda kita untuk bersiap melakukan aktivitas, sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Entah sebagai karyawan, pelajar, seorang profesional, dan lain-lain. Masing-masing dari kita sama-sama memulai hari yang baru.

Tak terasa siang telah datang. Waktunya istirahat dan makan siang. Setelah itu, pekerjaan terus dilanjutkan kembali. Jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja, hingga matahari mulai redup di sebelah barat. Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai menjemput. Rasa lelah telah hinggap.

Datang di rumah sudah malam. Makan malam, nonton televisi, dan tidur. Seperti itulah kehidupan dijalankan sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan. Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama. Sampai akhirnya maut menjemput.

Memang itu adalah kehidupan, tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas. Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekadar rutinitas. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan, dan seterusnya.

Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda? Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka? Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi. Hanya Tuhanlah yang tahu.

Pandanglah di sekeliling kita, ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan yang lainnya. Bersyukurlah pada-Nya setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi bermakna, agar hidup anda tidak sia-sia. Jika saat anda mati, anda akan dikenang oleh siapa saja atas kebaikan anda, dan tentu saja Tuhan akan membalas pula kebaikan anda.

Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: Anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Ketika anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat.
Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi. Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.

Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan kata lain, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya—yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.

7 komentar:

Unknown mengatakan...

Hidup kita cuma sekali. Kenapa harus biarkan orang lain mengaturnya untuk kita?

Sinta Nisfuanna mengatakan...

hidup=ibadah, esensi terdalam dari hidup

Sidik Nugroho mengatakan...

renungan indah-menggugah. mengingatkan kefanaan hidup, sekaligus adanya "kehidupan tanpa penghujung" yang akan kita jalani.

menyadarkan bahwa kefanaan adalah sebuah "gladi bersih": yuk, kita senantiasa berbenah jadi lebih baik.

sip. 5 dari 5 bintang.

rco mengatakan...

sebuah perenungan yang menakjubkan.
Tank's Bro! Selalu berkarya... untuk sesama.

Salam kenal.

M.Iqbal Dawami mengatakan...

Terima kasih untuk semuanya. Mari kita rayakan hidup yang sementara ini.
Kemarin malam aku nonton film The Troy (kalo gak salah tulisannya begitu).Ada kata2 yg menarik, "sebetulnya dewa cemburu pada kita, karena kita fana".

Azizah Mufidah mengatakan...

Hm.... jadi ingat lirik lagu
Tak ada yang abadi...
Tak ada yang abadi...
Tak ada yang abadi...
Tak ada yang abadi...
Tapi... biarkan aku bernafas
sebelum hilang

Fitria Zulfa mengatakan...

Azizah nyanyi? kikikiki....