Menurut Komaruddin Hidayat, krisis itu vitamin dan pemicu untuk maju. Krisis itu bagian integral dari perjalanan seseorang dan bangsa. Lewat krisis biasanya seseorang tertantang untuk bangkit menjawab hambatan dan himpitan hidup yang menghadang. Karena krisis maka sebuah bangsa dipaksa berpikir mencari terobosan dan menciptakan inovasi serta alternatif baru untuk membangun masa depan yang lebih baik. Berbagai terobosan itu muncul biasanya ketika ada krisis yang memaksa manusia untuk mencari solusi.
Kita bisa belajar dari biji buah-buahan. Ketika sel-sel biji benih akan tumbuh, maka terjadilah krisis pada jaringan kulitnya berupa keretakan pada permukaannya sehingga membuka jalan bagi berkembangnya calon pohon besar yang secara potensial masih amat kecil tersimpan di dalam biji. Kita juga bisa belajar dari telur seekora hewan. Telur ayam, misalnya, yang sedang ditetaskan akan mengalami krisis dan keretakan pada dindingnya sehingga terbuka pintu bagi anak ayam yang akan menggantikan induknya di kemudian hari.
Dalam kajian neuropsikologi, potensi otak manusia sesungguhnya jauh lebih banyak yang belum tergali dan teraktualisasikan. Jaringan saraf-saraf dalam otak yang berfungsi untuk menghimpun informasi sebagai bahan tumbuhnya ilmu pengetahuan belum sampai sepuluh prosen yang terisi. Manusia itu makhluk luar biasa. Mampu hidup di segala cuaca dan kondisi lapangan.
Sejarah manusia selalu dipicu untuk maju oleh serangkaian krisis yang terjadi dari zaman ke zaman. Tanpa krisis dan tantangan, potensi manusia tidak akan muncul dan teraktualkan. Qomaruddin Hidayat mencontohkan, “mirip orang kampung yang membuat minyak kelapa, hanya dengan cara diperas sedemikian rupa maka minyak baru akan keluar. Atau padi ditumbuk berulangkali agar terjadi gesekan dalam jangka waktu tertentu sehingga kulitnya terkelupas dan muncullah beras.”
Hanya saja, ide kreatif tidak datang begitu saja. Ia harus ditanam, dipupuk, dan disirami dalam diri kita selama bertahun-tahun bahkan selama hidup. Untuk mendapatkan ide kreattif, dapat dilakukan beberapa hal:
- Banyak membaca
Dengan banyak membaca, kita mengisi pikiran dengan bahan-bahan berupa potongan-potongan informasi yang dapat dianalogikan seperti mengumpulkan potongan-potongan puzzel. Bila rangkaian potongan-potongan puzzel informasi tersebut telah lengkap atau setidaknya hampir lengkap, maka akan tampak sebuah gambar/bentuk yang memiliki makna cukup jelas yang dapat berupa ide kreatif.
Bacaan tidak harus berupa buku, tetapi bisa majalah, koran, atau artikel-artikel dan jurnal-jurnal penelitian di internet. Yang penting, isinya bermutu dan sesuai dengan kebutuhan dan minat kita. Semakin banyak informasi bermutu yang kita peroleh, berarti semakin banyak potongan puzzel yang kita kumpulkan. Hal itu berarti peluang untuk mendapatkan ide kreatif semakin besar. Selain itu juga sangat membantu upaya menghindari duplikasi (secara tidak sengaja) ide dari orang lain yang sudah diwujudkan dan atau dipublikasikan lebih dahulu.
- Sering mengamati
Mengamati tidak sama dengan melihat. Mengamati adalah melihat dengan mata dan otak. Kebanyakan orang, kalau melihat sesuatu benda atau kejadian yang menarik akan berhenti pada melihat saja, tanpa meneliti. Seorang peneliti tidak hanya sampai di situ saja, tetapi kemudian berfikir bagaimana bisa, mengapa demikian, dan seterusnya.
- Sering berdiskusi
Berdiskusi dengan orang lain yang mempunyai minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang sama dengan kita sangat diperlukan untuk memperdalam dan memperluas wawasan. Namun demikian, diperlukan juga diskusi dengan orang dengan minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang lain agar kita memiliki pemahaman yang lebih komprehensif pada aspek-aspek yang melingkupi bidang yang kita minati.
Sejatinya, setiap orang harus kreatif agar anda dihargai oleh orang lain. Hal itu bisa menjadi pembeda antara anda orang lain. Orang kreatif itu akan menaikkan citra dan harga diri anda di mata siapapun. Lihatlah berapa banyak orang di sekitar anda yang punya hobi dan minat, tapi tidak mau memaksimalkan bahkan senderung mematikannya. Akibat tidak kreatif sehingga mereka serimg dianggap biasa-biasa saja, tidak berharga, tidak dipertimbangkan orang lain, bahkan sering mengalami PHK atau tidak dimanfaatkan orang lain. Seiring dengan perputaran waktu, orang yang tidak kreatif akan cepat terlindas oleh "waktu" dam akhirnya akan menurunkan harga dirinya sendiri.
Terkadang kita tidak menyadari, betapa Tuhan itu telah melengkapi dan membekali manusia dengan “persenjataan” yang lengkap untuk bertarung dengan kehidupan. Sungguh cermat segala perhitungan-Nya. Diantara sekian banyak peralatan tempur itu salah satunya adalah: Kreativitas.
Apakah Anda mengenal dan bahkan mengagumi, semisal; Spielberg, Goerge Lucas, John Grisham, Eminem, K.D Lang, Jewel, Allanis Morissete? Atau para pengusaha yang sukses seperti Bill Gates, HM. Sampoerna, Nicolaus Otto, Gottlieb-Daymler? Atau para musisi yang sukses seperti Iwan Fals, Melly Goeslaw, Ahmad Dani, Bimbo, Rhoma Irama, dan bahkan juga Inul Daratista. Serta tertarikah anda untuk menjadi kreatif seperti mereka? Apakah Anda berniat mendirikan suatu usaha baru, atau membantu tempat perusahaan tempat Anda bekerja agar lebih maju dan berkembang? Kini, semakin banyak orang yang menyadari bahwa kreativitas itu memainkan peranan penting dalam meraih kebahagian pribadi dan keunggulan profesional.
Orang kreatif adalah mereka yang unggul dalam pekerjaan, mendirikan usaha baru, yang menemukan berbagai produk. Yang membangun gedung dan merancang rumah tinggal, yang memproduksi film dan pementasan, menggubah musik, melukis, dan menelurkan berbagai karya keindahan. Manusia kreatif acapkali memiliki kehidupan sosial mengasyikan dan merangsang, berinteraksi dengan banyak orang, serta menjelajahi tempat-tempat menawan. Dengan demikian mereka terus-menerus belajar dan berbuat. Kreativitas juga merupakan aspek penting lingkungan keluarga yang sehat. Para orang tua kreatif tahu cara membantu anak agar menjadi orang dewasa yang mencintai dan memanfaatkan kehidupan secara maksimal.
Kita umumnya mulai membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia teramat muda. Biasanya, mulai masuk SD. Di sini, sedikit demi sedikit, kreativitas mulai dikekang oleh pendidikan tradisional. Kita duduk berderet dengan manis bersama dua puluh atau tiga puluh anak-anak lainnya. Dan harus tunduk pada peraturan dan prosedur yang kaku, yang kebanyakan membatasi keterampilan berpikir kreatif.
Sebenarnya, riset membuktikan bahwa kita semua memiliki daya untuk menjadi kreatif dalam banyak bidang. Menurut Prof. Howard Gardner dari Universitas Harvard dalam bukunya Frames of Mind. Kita diberkahi tidak hanya satu jenis kecerdasan umum, namun tujuh: Verbal/Linguitis: kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau tertulis; Matematis / logis: kemampuan memanipulasi system nomor dan konsep logis; Spasial: kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan desain; Musikal: kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep musik, seperti nada, irama dll; Kinestesis tubuh: kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan seperti dalam olah raga atau tari; Intrapersonal: kemampuan memahami perasaan diri, gemar merenung serta berfilsafat; Interpersonal: kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta perasaan mereka.
Kreativitas ternyata merupakan sesuatu yang penting bagi sebuah Bangsa. Berpikir kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Semakin kreatif seseorang, semakin banyak alternatif penyelesaiannya. Berpikir merupakan instrumen psikis paling penting. Dengan berpikir, kita dapat lebih mudah mengatasi berbagai masalah dalam hidup. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif.
Coleman & Hammen mengungkapkan, ada tiga faktor yang secara umum dapat ikut menunjang cara berpikir kreatif. Pertama, kemampuan kognitif. Seseorang harus mempunyai kecerdasan tinggi. Untuk itu Ia harus secara terus-menerus mengembangkan intelektualitasnya.
Kedua, sikap terbuka. Cara berpikir kreatif akan tumbuh apabila seseorang bersikap terbuka pada stimulus internal dan eksternal. Sikap terbuka dapat dikembangkan dengan memperluas minat dan wawasan.
Ketiga, sikap bebas, otonom, dan percaya diri. Berpikir secara kreatif membutuhkan kebebasan dalam berpikir dan berekspresi. Juga memerlukan kemandirian berpikir, tidak terikat pada otoritas dan konvensi sosial yang ada. Yang terpenting, ia percaya pada kemampuan dirinya. Seseorang yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi, sering kali menghasilkan pemikiran atau gagasan luar biasa, aneh, terkadang dianggap tidak rasional. Bahkan, karena keluarbiasaan itu, tidak sedikit orang kreatif dianggap "gila". ada kesamaan antara orang kreatif dengan orang gila, karena cara berpikirnya tidak konvensional. Bedanya, orang kreatif mampu melakukan loncatan pemikiran yang menimbulkan pencerahan atau pemecahan masalah. Sementara orang gila tidak mampu melakukannya.
1 komentar:
Saya setuju bahwa krisis (kesulitan) sebagai vitamin daripada kreativitas.Allah sendiri pernah menegaskan bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahannya.Yang menjadi persoalan ternyata anak didik kita tidak pernah diajarkan tentang serba serbi kreativitas itu, sehingga dalam segala hal sdm kita senantiasa kalah dengan sdm bangsa-bangsa maju lainnya.Yang parahnya masyarakat kita terkenal pemalasnya, sehingga mereka kalau bisa memilih, kecil bahagia, besar kaya raya dan mati masuk surga.Padahal semua itu tidak gratis, harus dengan jerih payah, pengorbanan, dan tetes keringat dan darah.Lantas pertanyaannya, bagaimana mungkin anak didik kita bisa kreatif, jika para pendidik sendiri miskin kreativitas.
Posting Komentar