Minggu, 14 Juni 2009

Mengingat Mati Sejak Dini

Ingatkanlah kematian kita itu dari detik ke detik dan dari saat ke saat
Justru Allah tidak janjikan kematian kita di waktu tua
Begitu juga Allah tidak janjikan kematian kita disebabkan sakit
Tidak pun sakit dapat mati juga
Hal ini sepatutnya tidak perlu diberitahu
Semua orang tahu, ini adalah pengalaman bersama
Ada orang mati diwaktu kecil, ada orang mati muda, ada orang mati tua
Ada orang mati tanpa sebab apa-apa
Sedang santai diatas kursi tiba-tiba terlintuk saja
Dilihat nafas sudah tiada
Oleh itu janganlah senang hati dengan kematian
Kematian sewaktu-waktu berlaku
Kita tunggulah kematian itu dari nafas ke nafas
Agar kita tidak ada angan-angan yang melalaikan
Hendak membangun, membangunlah
Tapi ingatlah waktu itu kita bisa mati
Hendak maju, majulah tapi kematian bisa terjadi di waktu itu
Hendak kejar kekayaan kejarlah
Tidak salah selagi halal tapi ingatlah mati
Ingatlah mati di dalam sembarang hal
Agar kita tidak lalai, jiwa sentiasa takut dan gentar dengan Tuhan
Bila jiwa takut dengan Tuhan
Kita takut hendak membuat dosa di dalam sebarang hal
--Abuya At Tamimi

Pernahkah anda di suatu malam saat hendak memejamkan mata menjelang tidur berpikir bagaimana anda bisa yakin besok pagi anda bangun dan diberi kesempatan untuk menjalani hidup? Sebagaimana disebutkan dalam puisi di atas bahwa kematian akan datang secara tiba-tiba. Kedatangannya boleh jadi hinggap kepada balita, anak kecil, remaja, dewasa, maupun usia tua renta. Atau pun saat manusia sedang melakukan apa saja.

Ternyata mengingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar dalam memelihara iman. Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah SAW ke luar menuju masjid. Tiba-tiba beliau mendapati orang-orang yang sedang tertawa terbahak-bahak secara berlebihan. Maka beliau bersabda, ''Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kamu tahu apa yang aku tahu, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.''

Mengingat mati adalah hal sangat penting bagi manusia yang masih hidup, namun banyak yang tidak menyadari akan pentingnya mengingat mati. Kenapa kita harus mengingat kematian? Karena mati adalah sesuatu yang pasti akan datang, suka atau tidak suka, ia akan mendatangi kita. Namun, ada yang salah kaprah dalam mayarakat: Pertama, kesadaran akan kematian dipahami sebagai sikap anti-dunia yang menenggelamkan seseorang ke dalam kesibukan ritual keagamaan yang bisa menghambat kreativitas dan membuat orang malas bekerja. Kedua, kesadaran akan kematian hanya cocok untuk orang tua yang tidak kreatif atau tidak produktif lagi. Akibat pandangan demikian, muncullah semboyan “muda foya-foya, hidup kaya raya, dan mati masuk surga”.

Tidakkah kita mengambil pelajaran dari kematian orang-orang di sekitar kita, entah itu balita, anak-anak, remaja, maupun sudah dewasa? Itu memperlihatkan pada kita bahwa kematian benar-benar tidak pandang usia. Oleh karena itu, kita mesti mengubah persepsi kita tentang dua hal di atas, karena kekeliruan pandangan di atas jelas menghambat kesadaran kita tentang pentingnya mengingat kematian sejak sekarang.

Sebenarnya, dengan mengingat kematian sejak dini membuat kita bergerak secara dinamis untuk menghimpun bekal menuju kematian. Mengingat kematian justru akan menggugah kesadaran kita untuk bertobat, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta menabur kebajikan di bumi sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Kematian menjadi pengingat kita agar kita tidak mudah terpeleset dalam keburukan sikap dan ketercelaan moral. Betapa banyak kesempatan bertobat kita miliki, tetapi kita sering kali lebih suka menundanya, hari demi hari, tahun demi tahun, dengan alasan klise: karena kita masih muda, masih punya kesempatan bertobat.

Dengan mengingat mati, ada dua hal yang ia ketahui pasti. Pertama, ia tidak akan terjebak pada hiruk pikuknya kehidupan dunia, ia tahu semua perhiasan dunia yang diraihnya hanyalah sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, sarana untuk memperbanyak amal saleh. Kedua, ia tidak akan mudah dihinggapi penyakit hati. Ia sadar bahwa bahwa semua karunia yang diberikan Allah kepada manusia di dunia ini adalah amanah. Tidak ada gunanya iri dan dengki atas karunia yang diberikan Allah kepada orang lain, karena sesungguhnya semua itu pun amanah. Bahkan, ia bisa merasakan kebahagiaan manakala orang lain mendapatkan karunia serta berharap hal itu akan menjadi sarana kebaikan bagi orang yang menerimanya.

Seluruh karunia dan amanah Allah SWT di dunia ini, baik berupa harta kekayaan, pangkat dan jabatan, maupun kemuliaan hidup di dunia, hanyalah episode dan peran yang dimainkan manusia untuk mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang sesungguhnya, yaitu di akhirat kelak. Karena itulah, semakin sering seseorang mengingat kematian, maka akan semakin mudah baginya untuk membersihkan penyakit hati. Mengingat matilah selalu mulai dari sekarang!

Tidak ada komentar: