Sabtu, 08 Agustus 2009

Coca-Cola dan Levi’s

Kunci kekayaan seringkali ditemukan tersimpan jauh di dalam arsip imajinasi kita yang tak disangka-sangka. Sebagai contoh adalah Coca-Cola dan Jeans Levi’s.

Coca-Cola awalnya sirup sakit kepala yang tidak terlalu berhasil yang dikembangkan oleh apoteker/pengusaha bernama John Pemberton. Ketika dia memergoki beberapa pekerja gudang mencampur sirup barunya dengan air dan meminumnya di belakang toko, dia mencicipinya dan menyadari bahwa jika dia mencampurnya dengan air soda, minuman itu mungkin bisa menjadi sesuatu yang akan membuat orang rela membayar untuk membelinya.


Sementara untuk “blue Jeans”, produk ini berkembang ketika seorang calon penambang emas bernama Levi Strauss pergi ke San Fransisco dengan barang dagangan yang rencananya akan dia jual untuk mengumpulkan uang guna membeli sepetak lahan di tambang. Dia tidak berhasil menjual dua gulungan besar kanvas tenda berwarna biru. Jadi, dia membayar seorang penjahit lokal untuk membuat celana terusan dari kain tenda dan paku kuningan. Permintaan untuk celana panjang barunya yang kuat begitu besar sehingga akhirnya dia tidak pernah mencari emas.

Saat anda menyadari bahwa cara menghasilkan uang sama sekali tidak terbatas, pertanyaannya berubah dari “adakah cara bagi orang saya menghasilkan uang?”

Oleh karena itu jangan meremehkan kekuatan pikiran kreatif! Ingat, semua inovasi ilmiah, keajaiban medis, lagu, lukisan, film, puisi, dan gerakan politik terkenal hanya bermula dari ide dalam imajinasi kreatif seseorang. Makin kaya pikiran anda, makin kuat kreativitas imajinasi anda.

2 komentar:

Lutuna Express mengatakan...

Saya percaya kata bung Iqbal "Makin kaya pikiran anda,makin kuat kreativitas imajinasi Anda." Akhirnya memang semua tergantung bagaimana kita berpikir saja.Ketika kita bilang pada diri sendiri fikiran kita kaya dan kreatif maka dengan sendirinya fikiran kita akan kaya dan kreatif dengan sendirinya.Dan sebaliknya ketika kita bilang fikiran kita picik dan bloon maka fikiran kita dengan sendirinya berpikir seperti itu.Pendek kata apa yang kita pikirkan tentang diri kita memang begitulah kita adanya.Mengingat betapa pentingnya esensi berpikir itu bagi manusia tidak berlebihan jika Allah berkali-kali dalam kitab suci-Nya menyeru kita agar berfikir (Afala taqqilun?)Dan tidak berlebihan jika Descartes berkata,"Aku manusia maka aku berpikir." Nah, jika kita tidak mau disebut sama dengan binatang maka kita harus berpikir ya Bung Iqbal...

M.Iqbal Dawami mengatakan...

Betul,pak. Pikiran kita memang luar biasa, ibarat dua sisi mata pisau, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Oleh karena itu, mari kita pergunakan pikiran kita untuk hal-hal yang baik. Thanks.