Jumat, 18 November 2011

Hari Ini Disyukuri, Hari Esok Diharapkan

Alhamdulillah, hari ini sesuai target. Editing Masnawi sesuai rencana, aku mengedit sekitar 10 halaman. Sedikit sebetulnya, tapi aku merasa puas, karena sesuai dengan rencana. Namun, harus aku tingkatkan lagi menjadi 20 sampai 30 halaman. Karena, terlalu sedikit kalau aku menargetkan 10 halaman per hari. Terlebih jika melihat ketebalan bukunya yang mencapai 400-an halaman, dan diberi waktu oleh penerbit hanya 3 minggu. Jadi, mau tak mau aku harus menambah halaman lagi per harinya.


Di samping itu, ada dua naskah pula yang sedang aku garap, dari dua penerbit. Ini naskahku sendiri. Aku menargetkan satu bulan ini kedua naskah itu bisa rampung. Terkesan nafsu mungkin, tapi tidak mengapa, karena sudah ada beberapa naskah yang menunggu aku garap pula, walau sebenarnya naskah-naskah itu belum ada yang meminangnya, alias belum ada kepastian untuk diterima dan diterbitkan oleh penerbit. Tidak mengapa. Aku tetap akan menggarapnya karena siapa tahu bisa diterbitkan, baik oleh penerbit orang lain maupun penerbit sendiri, he-he-he.

Prestasi-prestasi kecil di atas patut aku syukuri, karena tanpa tekad yang kuat dan kemurahan dari Tuhan, sungguh tidak akan terjadi. Janganlah aku melupakan hal itu, karena syukur itu akan membuka prestasi-prestasi lainnya. Aku harus yakin itu. Aku tidak boleh luput dari perasaan syukur. Bayangkan saja, di saat orang lain mengalami kesulitan dalam masalah menulis buku, aku malah dilancarkan. Dua hal yang sangat kontras. Dan juga di saat orang lain kesulitan mendapat ide-ide untuk menuliskan sesuatu, aku malah kelimpahan ide yang bisa kutulis menjadi buku. Subhanallah banget, bukan? *sindrom syahrini*

Oleh karena itu, ekspresi rasa syukur itu aku harus mengejawantahkannya dalam tindakanku sehari-hari. Jangan sampai aku kufur nikmat, lupa dengan segala nikmat yang Tuhan berikan padaku ini. Meski hidupku kadang susah, aku harus tetap berpikir jernih, aku harus tetap semangat menjalani hidup ini. Tidak boleh putus asa. Tidak boleh habis harapan. Yakinkan pada diri ini bahwa aku mampu menjalani hidup dengan segala keterbatasan, entah itu keterbatasan harta, keterbatasan kemampuan, maupun keterbatasan lainnya yang selalu mengganjal cita-citaku.

Semua itu akan bisa kuatasi dengan menjadikan diri sebagai pribadi yang penuh semangat dan kemauan untuk terus belajar. Semangat itu penting, karena akan menjaga aku dari keputusasaan. Semangat itu perlu, karena itu menjadi semacam bensin untuk menggerakkan roda perjalanan hidupku menuju arah atau tujuan yang hendak ingin kucapai. Sedang soal kenapa aku harus terus belajar, kiranya sudah jelas, bahwa dengan menanamkan ‘aku sebagai manusia pembelajar’ aku akan terus menggali pelbagai macam pengetahuan; pengetahuan apa saja. Kemampuanku akan terus terasah jika aku terus belajar, dan belajar.

Dengan semangat dan belajar itu aku yakin hari esok segala yang aku harapkan bisa tercapai. Tentunya dengan izin Allah. Dan dengan mensyukuri hari ini membuat hidupku berlimpah kenikmatan. Kepada Tuhan aku memohon dan kepada-Nya pula aku berserah.

Yogyakarta, 18 November 2011, pkl. 16.57. sembari minum teh.

Tidak ada komentar: