Judul: The Elephant And The Dragon: Fenomena Kebangkitan India Dan Cina Yang Luar Biasa Serta Pengaruhnya Terhadap Kita
Penulis: Robyn Meredith
Penerjemah: Haris Priyatna&Asep Nugraha
Penerbit: quacana
Cetakan: I, 2008
Tebal: xx + 240
-------------------
Awal tahun ini pebisnis Cina telah menancapkan kuku di Benua Afrika. Ekspansi bisnisnya terus berlanjut meski krisis ekonomi global sedang terjadi. Ekspansi ini kebalikan dari tindakan pemodal Barat yang berhamburan keluar dari Afrika.
Visi pebisnis Cina berjangka panjang sehingga krisis tidak menyurutkan minat mereka memperkuat pijakan di benua yang kaya sumber daya alam mineral itu. Alasan utama ekspansi itu adalah mengamankan kebutuhan energi jangka panjang Cina. Visi ini tidak luntur hanya karena krisis ekonomi global, yang memang turut menghunjam sektor keuangan perusahaan Cina. Perdagangan bilateral Cina-Benua Afrika naik 30 persen per tahun sepanjang dekade 2000-an menjadi sekitar 107 miliar dollar AS pada 2008.
Minat Cina di Afrika tidak hanya di sektor pertambangan, tetapi juga pembangunan infrastruktur dan teknologi. Huawei Technologies, perusahaan telekomunikasi Cina yang berbasis di Shenzen, juga terus menancapkan kuku bisnisnya di tanah Afrika. Korporasi Cina kini terus sibuk berburu kesempatan baru di Afrika.
Pebisnis India juga senada dengan Cina.
Mereka melakukan ekspansi bisnisnya ke Afrika. Salah satu perusahaan India menyatakan minatnya untuk mengambil alih Luanshya Copper Mines, perusahaan tembaga Zambia, yang berhenti beroperasi Desember 2008. Pada januari 2007, Tata Steel yang pernah melemah membeli bekas British Steel. Saat ini India membuat tiga kali lipat baja dari yang dihasilkan oleh bekas penjajahnya, Inggris. India saat ini mempunyai pabrik baja terbesar di dunia yang dimiliki oleh Arcellor Mittal. Menurut majalah Forbes, Mittal saat ini merupakan orang terkaya nomor empat dunia dengan nilai kekayaan 45 miliar dollar AS.
Sekadar untuk diketahui, India saat ini menjadi negara pencetak milyarder paling cepat. Laporan Kekayaan Asia-Pasifik, yang disusun bank investasi AS, Merril Lynch, dan para konsultan Capgemini menunjukkan sekitar 123.000 milyarder di India pada akhir 2007. Angka tersebut naik 22,7 persen daripada setahun sebelumnya
Melalui buku ini, fenomena di atas menunjukkan bahwa Cina dan India telah menjadi negara besar dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di planet ini.
Karena helai-helai ekonomi global kini telah terajut, perubahan di India dan Cina membentuk masa depan untuk seluruh dunia. Tidak pernah sebelumnya pasar global terhubung begitu eratnya. Dan coba bayangkan apabila perdagangan besar pada jalan sutra digabungkan dengan yang melintasi jalur rempah, dan gabungan perdagangan global ini diperkuat dengan teknologi modern. Kini apa yang dijual oleh India dan Cina ke Barat tidak lagi diangkat dengan unta atau galleon (kapal layar), namun dengan penerbangan kargo, kapal-kapal peti kemas, atau melalui internet.
Buku ini berusaha membantu pembaca memahami betapa dunia kita sedang dibentuk oleh kebangkitan India dan Cina—dua negara yang potensi pengaruhnya pada dekade-dekade mendatang ditakuti sekaligus diremehkan. The Elepehant and The Dragon memerlihatkan bahwa seluruh dunia dapat menyesuaikan diri dengan kebangkitan India dan Cina ini. Melalui buku ini kita dapat memahami mengapa kedua negara itu mengalami transformasi yang begitu cepat.
Metamorfosis Cina dari Negara pertanian ke Negara industri berjalan begitu cepat. Pada tahun 2000, 30 persen pasokan mainan dunia datang dari Cina. Lima tahun kemudian, secara mengejutkan 75 persen dari seluruh mainan baru adalah buatan Cina. Hal ini terjadi pula pada produk-produk lainnya. Misalnya, dalam 10 tahun terakhir, Cina telah menjadi pembuat sepatu dunia, pengekspor satu dari setiap tiga pasang sepatu di dunia. Cina mengekspor senilai 1,3 miliar dolar suku cadang kendaraan pada 2001, namun mencapai hampir 9 miliar dolar hanya dalam waktu 4 tahun kemudian. Pada 1996, Cina mengekspor komputer, telepon seluler, dan CD player serta barang elektronik lainnya senilai 20 miliar dolar. Hingga 2004 Cina mengekspor senilai 180 milyar dolar, lebih dari Negara manapun di dunia. Negara itu terus mendominasi manufakturing dari satu industri ke industri yang lain.
Sedang embrio kebangkitan India diawali pasca pembunuhan Rajiv Gandhi, Juli 1991.
Dari situ kemudian India membuka diri dari dunia. Pemerintah mengizinkan perusahaan-perusahaan dari beberapa industri untuk 100 persen dimiliki oleh orang asing di mana sebelumnya perusahaan asing yang melakukan kegiatan bisnis di India harus menyerahkan kendali operasi perusahaannya ke tangan pemerintah.
Di sisi lain India juga mencari inspirasi ke Cina. Pada 1994, kepala Negara bagian Andhra Pradesh, N. Chandrababu Naidu, mulai mengirimkan pejabat pemerintahan menuju Beijing, Shanghai, dan Shenzhen. Dia mengirim seluruh legislatornya ke Cina dengan mandat bahwa saat kembali masing-masing harus memberinya paling sedikit dua ide bagaimana India bisa memperbaiki diri. India juga mengizinkan perusahaan swasta dalam bidang telekomunikasi. Implikasinya, pengguna telepon seluler menggelembung dengan pesat. Biaya hubungan jarak jauh turun sampai tiga kali lipat dalam lima tahun, dan tarif untuk mengirim pesan merosot sampai 80 persen. India hanya memiliki 300.000 telepon genggam pada 1996, namun pada 2007, meningkat sampai 150 juta dan orang India membeli hampir tujuh juta telepon genggam setiap bulan. Dari situlah India bangun dari peraduannya.
Melihat fakta di atas, jika India dan Cina yang pernah tertinggal dapat mentransformasi diri, lantas bagaimana dengan Indonesia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar