Selasa, 13 Januari 2009

Maafkan Aku Palestina

Sehari menjelang tahun baru Masehi, aku berada di Magelang, bekerja. Dan tak ada perasaan atau pun persiapan apa-apa untuk menyambut malam tahun baru tersebut.

Menjelang maghrib aku tiba di Jogja. Setelah shalat maghrib dan makan, aku pun berangkat tidur dan bangun pukul tiga dini hari, lantaran belum shalat Isya. Sayup-sayup terompet dan kembang api memang sempat terdengar pada tengah malam, tapi semua itu tidak membuatku penasaran ingin keluar rumah. Malahan aku menutup telingaku dengan bantal.

Boleh dikata sikap dinginku itu dalam menghadapi tahun baru adalah sebentuk sikap empatiku atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di tanah Palestina. Betapa tidak, masyarakat Palestina yang tidak tahu apa-apa yang terjadi antara Hamas dan Israel menjadi korban kebrutalan serdadu Israel. Akhir Desember perang antara keduanya sudah terjadi, dan saat itu pula orang-orang Palestina tewas satu persatu dijadikan sasaran tembak tentara Israel. Dan tidak lebih dari satu minggu, kurang lebih 300 orang dipastikan tewas dan ratusan luka-luka.

Masyarakat dunia yang sudah mafhum dengan kebiadaban Israel itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain aksi demo dan memberi bantuan logistik (makanan dan obat-obatan) sebisanya. Masyarakat dunia (termasuk PBB dan anggota Liga Arab) tidak bisa menghukum Israel karena dilindungi Amerika. PBB dan anggota liga Arab sudah ompong dan pikun. Mereka semua hanya mementingkan dirinya sendiri. Ibarat perut kenyang yang sudah malas untuk berbuat apa-apa. Inginnya tidur melulu. Ibarat Pegawai Negeri yang sudah terjamin hidupnya, karena selalu dibiayai oleh duit rakyat, malas untuk melakukan kreatifitas lagi. Enggan untuk membantu kaum dhu’afa.

Kini, kekejian Israel masih terus berlangsung, entah sampai kapan berakhir, dan korban yang tewas dari rakyat Palestina masih terus bertambah, hampir mencapai seribu. Dan masyarakat dunia, PBB dan anggota Liga Arab yang punya kuasa dan otoritas tetap tak ada aksi nyata dengan kuasanya itu, hanya bisa berkoar-koar.

Sedang aku? Aku pun hanya bisa menulis... tak berani menjadi anggota sukarelawan ke medan tempur sana. Maafkan aku Palestina…

2 komentar:

Fitria Zulfa mengatakan...

Kalau anda ingin menjumpai orang-orang yang dinaungi kasih sayang Allah, lihatlah muslimin Palestina...

Kalau anda ingin melihat penghuni syurga-syurga tertinggi, lihatlah mereka...

Kata muslimin Palestina "La tahzan innallaha ma'anaa..."

Tidakkah anda bisa melihat para syuhada' itu tersenyum di sana...?

Bahkan mungkin mereka sangat bersyukur, karena tanpa Israel maka mereka belum tentu bisa mendapatkan tempat yang tinggi di sisi Allah...

Jadi...

Noval Maliki mengatakan...

salah satu ciri orang yang "lumayan" baik adalah orang yang menganggap penderitaan orang lain lebih berat daripada penderitaannya sendiri...sedangkan salah satu ciri orang yang "lumayan" bersyukur adalah orang yang merasa lebih baik daripada keadaannya...sanes kitu?