Sekarang ini, internet semakin mengerucut, hanya menjadi facebook.
Betapa tidak, waktu banyak dihabiskan di facebook ketimbang membuka situs-situs lainnya. Tidak sepenuhnya salah sebetulnya untuk membuka facebook, karena masih bisa dijadikan ajang silaturahmi dan mendapat pengetahuan dan berita juga. Tapi, berdasar pengalaman saya, facebook banyak tidak manfaatnya ketimbang manfaatnya, buat saya lho.
Mungkin itu lain halnya jika facebook sebagai lapak atau tempat jualan atau bisa mendatangkan manfaat karena sesuai dengan profesinya.
Tapi, bagi saya yang profesinya sebagai penulis, facebook tidak begitu banyak membawa faedah. Facebook memberangus produktifitas. Itu yang saya rasakan. Jadi, hati-hatilah dengan facebook. Kendali harus ada dalam diri kita, bukan pada facebook. Soalnya, sudah banyak orang “disibukkan” dengan facebook. Entah itu pegawai, mahasiswa, siswa, dan yang lainnya.
Aku pernah menon-aktifkan akun facebook-ku, karena sudah kesal dan bosan, tapi sekarang sudah aku aktifkan lagi. Bisa saja aku memang kecanduan, bisa juga kesepian, atau bisa juga kerinduan, bahkan aku pikir bisa dijadikan tempat mencari uang. Tidak ada alasan yang mutlak.
Namun, yang jelas, aku sekarang bisa mengendalikan facebook. Paling tidak, hanya seminggu sekali buka facebooknya. Terus hanya membuka dan membaca akun facebook tertentu yang mendatangkan manfaatnya buatku, terutama yang sesuai dengan bidangku, yakni menulis. Selainnya, aku tak perlu komentar dan tak perlu membacanya.
Aku harus dianggap bahwa aku sedang tidak aktif atau jarang membuka facebook. Aku hanya akan membalas yang masuk ke inbox saja. Karena itu artinya mereka memang serius ingin berkomunikasi dengan aku.
Nah, dengan begitu aku bisa menekan kecanduanku, kerinduanku, dan kelangenanku pada facebook, sehingga aku bisa lebih banyak fokus pada menulis sebagai pekerjaan utamaku. Ingat, pekerjaan utamaku adalah menulis, menulis, dan menulis. Bukan yang lainnya. Aku akan ngamuk menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar