Konferensi Perubahan Iklim PBB adalah pertemuan terbesar dan terpenting untuk isu perubahan iklim. Konferensi ini dibuka pada Senin kemarin (7/12) di Kopenhagen, Denmark. Peserta konferensi terdiri 192 negara. Tentu, ini akan menjadi kesempatan terbaik dalam upaya menjawab tantangan dampak katastrofik perubahan iklim. Oleh karena itu, konferensi ini harus digunakan sebaik mungkin di mana kemudian diikuti dengan langkah-langkah konkrit.
Beberapa agenda yang hendak dibahas adalah target penurunan emisi rata-rata 40 persen oleh negara maju sesuai Bali Action Plan, mendorong disepakatinya implementasi mekanisme Reducing Emission from Deforestation and Degradation, serta memasukkan isu kelautan menjadi isu sentral dalam perubahan iklim sebagaimana tertuang dalam Manado Ocean Declaration.
Dalam konferensi ini juga akan dibicarakan bagaimana upaya mengurangi pemanasan global dan mengatasi dampaknya. Kerusakan hutan, perdagangan karbon, dan penerapan protokol Kyoto tetang pengurangan emisi karbon yang dilepaskan ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, menjadi isu-isu penting yang akan dibahas.
Bumi Sudah Rusak
Para pemerhati lingkungan sepakat bahwa pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim saat ini menjadi fenomena alam menakutkan. Jika pemanasan bumi ini tidak dikurangi, tidak mustahil kerusakan dan kehancuran bumi akan segera menjadi kenyataan.
Kelestarian bumi dewasa ini menghadapi ancaman serius. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam, produksi pertanian terganggu, banjir dan kekeringan semakin merajalela, suhu bumi terus meningkat, resiko kebakaran hutan, berkembangnya penyakit tropis, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi karena efek perubahan iklim atau dikenal juga dengan pemanasan global.
Pemanasan global (global warming) terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga radiasi matahari terperangkap berulangkali dalam jangka waktu relatif lama, dan akhirnya menyebabkan suhu permukaan bumi secara global meningkat. Pemanasan global kemudian menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara.
Perubahan unsur iklim tersebut akhirnya mengubah pola iklim dunia dan kemudian disebut dengan Perubahan Iklim (Climate Change). BMKG (2009) melaporkan bahwa GRK di Indonesia sendiri antara tahun 2004 - 2007 konsentrasinya cenderung mengalami peningkatan yang serius. Menurut analisa BMG, kalau kecenderungan kenaikan konsentrasi GRK seperti sekarang ini, maka suhu muka bumi akan naik antara 1,50 - 4,50 °C pada tahun 2030. Bisa dibayangkan betapa semakin dahsyatnya dampak perubahan iklim bagi bumi dan kehidupan manusia.
Setiap agama besar di dunia ini mengajarkan kekhalifahan, yang dapat disebut pemeliharaan ciptaan. Manusia sudah diberi kepercayaan mengelola sumber-sumber daya yang luar biasa: air, udara, tanah, hewan, dan makanan dari banyak tumbuhan. Setiap agama mengajarkan sesuatu yang sudah diketahui banyak orang secara naluriah:
Manusia harus melindungi semua sumber daya itu. Namun, berapa banyak jenis ikan yang sudah habis diambil manusia? Berapa banyak jenis hewan yang lenyap selamanya? Berapa banyak habitat yang sudah dirusak manusia dengan membabat hutan atau dengan meracuni tanah dan air?
Selama ribuan tahun manusia mengubah beragam sumber daya di bumi menjadi energi, memetik hasil hutan, menanam tumbuhan pangan, menangkap hasil laut, dan sebagainya, dengan cara berkelanjutan. Sekarang sudah lain ceritanya. Sekarang manusia menguras modal alam (air, udara, bumi) lebih cepat daripada kemampuan alam meregenerasi diri. Manusia mengubah iklim melalui penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan. Manusia melakukan banyak hal positif untuk melindungi bumi tetapi juga melakukan hal-hal yang sangat merusak.
Demi Generasi Mendatang
Ilmuwan terkemuka David Suzuki berkata, “Kita sudah mencemari udara, air, dan tanah, mendesak hewan dan tumbuhan liar menuju kepunahan, mengobrak-abrik hutan purba, meracuni hujan, dan mengoyak langit. Kemakmuran dunia industri dibeli dengan mengorbankan masa depan anak-anak kita.”
Sekaranglah saatnya perlindungan lingkungan dipandang sebagai masalah bagi semua orang. Ini sudah menyangkut umat manusia. Bila ada yang merusak lingkungan, yang lain harus menentang perbuatan itu dan memastikan bahwa orang itu diminta bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika manusia yang hari ini masih bernafas bekerja bersama untuk melindungi lingkungan, generasi-generasi mendatang akan punya peluang untuk bertahan hidup dengan air dan udara yang bersih.
Kita yakin sekaranglah saatnya kita mulai balas memberi dan merawat planet ini. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa tradisi setiap agama mengajarkan pemeliharaan ciptaan. Tetapi, kebanyakan orang tidak mengetahui tradisi ini atau lalai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatan yang lahir dari ketidakpedulian ini berdampak negatif yang besar pada bumi dan sumber-sumber dayanya.
Pernah kita berpikir dunia seperti apa yang kelak kita tinggalkan untuk generasi setelah kita. Udara, air, dan tanah seperti apa yang kita wariskan kepada mereka. Kita bisa saja tulus, dermawan, dan santun dalam memberi, tetapi jika satu-satunya rumah (baca: bumi) yang kita miliki ini dirusak dengan kecepatan tinggi, kita semua harus mengambil tindakan. Konsekuensi yang sangat mengenaskan dari perusakan lingkungan oleh manusia, yang akan lebih nyata dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang, akan berdampak lebih besar pada anak-anak kita, bukan pada kita.[]
M. Iqbal Dawami,
Staf pengajar STIS Magelang
Padi tumbuh dalam kesunyian, sejak hijau hingga menguning. Dia tidak banyak "bicara" dan gembar-gembor untuk mempersiapkan kematangannya. Dan saat matang dia justru merunduk. Semakin berisi semakin tunduk. [iqbal.dawami@gmail.com]
Senin, 14 Desember 2009
Jumat, 11 Desember 2009
Peduli Iklim Global
Konferensi Perubahan Iklim PBB adalah pertemuan terbesar dan terpenting untuk isu perubahan iklim. Konferensi ini dibuka pada Senin kemarin (7/12) di Kopenhagen, Denmark. Peserta konferensi terdiri 192 negara. Tentu, ini akan menjadi kesempatan terbaik dalam upaya menjawab tantangan dampak katastrofik perubahan iklim. Oleh karena itu, konferensi ini harus digunakan sebaik mungkin di mana kemudian diikuti dengan langkah-langkah konkrit.
Beberapa agenda yang hendak dibahas adalah target penurunan emisi rata-rata 40 persen oleh negara maju sesuai Bali Action Plan, mendorong disepakatinya implementasi mekanisme Reducing Emission from Deforestation and Degradation, serta memasukkan isu kelautan menjadi isu sentral dalam perubahan iklim sebagaimana tertuang dalam Manado Ocean Declaration.
Dalam konferensi ini juga akan dibicarakan bagaimana upaya mengurangi pemanasan global dan mengatasi dampaknya. Kerusakan hutan, perdagangan karbon, dan penerapan protokol Kyoto tetang pengurangan emisi karbon yang dilepaskan ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, menjadi isu-isu penting yang akan dibahas.
Bumi Sudah Rusak
Para pemerhati lingkungan sepakat bahwa pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim saat ini menjadi fenomena alam menakutkan. Jika pemanasan bumi ini tidak dikurangi, tidak mustahil kerusakan dan kehancuran bumi akan segera menjadi kenyataan.
Kelestarian bumi dewasa ini menghadapi ancaman serius. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam, produksi pertanian terganggu, banjir dan kekeringan semakin merajalela, suhu bumi terus meningkat, resiko kebakaran hutan, berkembangnya penyakit tropis, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi karena efek perubahan iklim atau dikenal juga dengan pemanasan global.
Pemanasan global (global warming) terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga radiasi matahari terperangkap berulangkali dalam jangka waktu relatif lama, dan akhirnya menyebabkan suhu permukaan bumi secara global meningkat. Pemanasan global kemudian menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara.
Perubahan unsur iklim tersebut akhirnya mengubah pola iklim dunia dan kemudian disebut dengan Perubahan Iklim (Climate Change). BMKG (2009) melaporkan bahwa GRK di Indonesia sendiri antara tahun 2004 - 2007 konsentrasinya cenderung mengalami peningkatan yang serius. Menurut analisa BMG, kalau kecenderungan kenaikan konsentrasi GRK seperti sekarang ini, maka suhu muka bumi akan naik antara 1,50 - 4,50 °C pada tahun 2030. Bisa dibayangkan betapa semakin dahsyatnya dampak perubahan iklim bagi bumi dan kehidupan manusia.
Setiap agama besar di dunia ini mengajarkan kekhalifahan, yang dapat disebut pemeliharaan ciptaan. Manusia sudah diberi kepercayaan mengelola sumber-sumber daya yang luar biasa: air, udara, tanah, hewan, dan makanan dari banyak tumbuhan. Setiap agama mengajarkan sesuatu yang sudah diketahui banyak orang secara naluriah: Manusia harus melindungi semua sumber daya itu. Namun, berapa banyak jenis ikan yang sudah habis diambil manusia? Berapa banyak jenis hewan yang lenyap selamanya? Berapa banyak habitat yang sudah dirusak manusia dengan membabat hutan atau dengan meracuni tanah dan air?
Selama ribuan tahun manusia mengubah beragam sumber daya di bumi menjadi energi, memetik hasil hutan, menanam tumbuhan pangan, menangkap hasil laut, dan sebagainya, dengan cara berkelanjutan. Sekarang sudah lain ceritanya. Sekarang manusia menguras modal alam (air, udara, bumi) lebih cepat daripada kemampuan alam meregenerasi diri. Manusia mengubah iklim melalui penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan. Manusia melakukan banyak hal positif untuk melindungi bumi tetapi juga melakukan hal-hal yang sangat merusak.
Demi Generasi Mendatang
Ilmuwan terkemuka David Suzuki berkata, “Kita sudah mencemari udara, air, dan tanah, mendesak hewan dan tumbuhan liar menuju kepunahan, mengobrak-abrik hutan purba, meracuni hujan, dan mengoyak langit. Kemakmuran dunia industri dibeli dengan mengorbankan masa depan anak-anak kita.”
Sekaranglah saatnya perlindungan lingkungan dipandang sebagai masalah bagi semua orang. Ini sudah menyangkut umat manusia. Bila ada yang merusak lingkungan, yang lain harus menentang perbuatan itu dan memastikan bahwa orang itu diminta bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika manusia yang hari ini masih bernafas bekerja bersama untuk melindungi lingkungan, generasi-generasi mendatang akan punya peluang untuk bertahan hidup dengan air dan udara yang bersih.
Kita yakin sekaranglah saatnya kita mulai balas memberi dan merawat planet ini. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa tradisi setiap agama mengajarkan pemeliharaan ciptaan. Tetapi, kebanyakan orang tidak mengetahui tradisi ini atau lalai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatan yang lahir dari ketidakpedulian ini berdampak negatif yang besar pada bumi dan sumber-sumber dayanya.
Pernah kita berpikir dunia seperti apa yang kelak kita tinggalkan untuk generasi setelah kita. Udara, air, dan tanah seperti apa yang kita wariskan kepada mereka. Kita bisa saja tulus, dermawan, dan santun dalam memberi, tetapi jika satu-satunya rumah (baca: bumi) yang kita miliki ini dirusak dengan kecepatan tinggi, kita semua harus mengambil tindakan. Konsekuensi yang sangat mengenaskan dari perusakan lingkungan oleh manusia, yang akan lebih nyata dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang, akan berdampak lebih besar pada anak-anak kita, bukan pada kita.[]
Beberapa agenda yang hendak dibahas adalah target penurunan emisi rata-rata 40 persen oleh negara maju sesuai Bali Action Plan, mendorong disepakatinya implementasi mekanisme Reducing Emission from Deforestation and Degradation, serta memasukkan isu kelautan menjadi isu sentral dalam perubahan iklim sebagaimana tertuang dalam Manado Ocean Declaration.
Dalam konferensi ini juga akan dibicarakan bagaimana upaya mengurangi pemanasan global dan mengatasi dampaknya. Kerusakan hutan, perdagangan karbon, dan penerapan protokol Kyoto tetang pengurangan emisi karbon yang dilepaskan ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, menjadi isu-isu penting yang akan dibahas.
Bumi Sudah Rusak
Para pemerhati lingkungan sepakat bahwa pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim saat ini menjadi fenomena alam menakutkan. Jika pemanasan bumi ini tidak dikurangi, tidak mustahil kerusakan dan kehancuran bumi akan segera menjadi kenyataan.
Kelestarian bumi dewasa ini menghadapi ancaman serius. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam, produksi pertanian terganggu, banjir dan kekeringan semakin merajalela, suhu bumi terus meningkat, resiko kebakaran hutan, berkembangnya penyakit tropis, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi karena efek perubahan iklim atau dikenal juga dengan pemanasan global.
Pemanasan global (global warming) terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga radiasi matahari terperangkap berulangkali dalam jangka waktu relatif lama, dan akhirnya menyebabkan suhu permukaan bumi secara global meningkat. Pemanasan global kemudian menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara.
Perubahan unsur iklim tersebut akhirnya mengubah pola iklim dunia dan kemudian disebut dengan Perubahan Iklim (Climate Change). BMKG (2009) melaporkan bahwa GRK di Indonesia sendiri antara tahun 2004 - 2007 konsentrasinya cenderung mengalami peningkatan yang serius. Menurut analisa BMG, kalau kecenderungan kenaikan konsentrasi GRK seperti sekarang ini, maka suhu muka bumi akan naik antara 1,50 - 4,50 °C pada tahun 2030. Bisa dibayangkan betapa semakin dahsyatnya dampak perubahan iklim bagi bumi dan kehidupan manusia.
Setiap agama besar di dunia ini mengajarkan kekhalifahan, yang dapat disebut pemeliharaan ciptaan. Manusia sudah diberi kepercayaan mengelola sumber-sumber daya yang luar biasa: air, udara, tanah, hewan, dan makanan dari banyak tumbuhan. Setiap agama mengajarkan sesuatu yang sudah diketahui banyak orang secara naluriah: Manusia harus melindungi semua sumber daya itu. Namun, berapa banyak jenis ikan yang sudah habis diambil manusia? Berapa banyak jenis hewan yang lenyap selamanya? Berapa banyak habitat yang sudah dirusak manusia dengan membabat hutan atau dengan meracuni tanah dan air?
Selama ribuan tahun manusia mengubah beragam sumber daya di bumi menjadi energi, memetik hasil hutan, menanam tumbuhan pangan, menangkap hasil laut, dan sebagainya, dengan cara berkelanjutan. Sekarang sudah lain ceritanya. Sekarang manusia menguras modal alam (air, udara, bumi) lebih cepat daripada kemampuan alam meregenerasi diri. Manusia mengubah iklim melalui penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan. Manusia melakukan banyak hal positif untuk melindungi bumi tetapi juga melakukan hal-hal yang sangat merusak.
Demi Generasi Mendatang
Ilmuwan terkemuka David Suzuki berkata, “Kita sudah mencemari udara, air, dan tanah, mendesak hewan dan tumbuhan liar menuju kepunahan, mengobrak-abrik hutan purba, meracuni hujan, dan mengoyak langit. Kemakmuran dunia industri dibeli dengan mengorbankan masa depan anak-anak kita.”
Sekaranglah saatnya perlindungan lingkungan dipandang sebagai masalah bagi semua orang. Ini sudah menyangkut umat manusia. Bila ada yang merusak lingkungan, yang lain harus menentang perbuatan itu dan memastikan bahwa orang itu diminta bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika manusia yang hari ini masih bernafas bekerja bersama untuk melindungi lingkungan, generasi-generasi mendatang akan punya peluang untuk bertahan hidup dengan air dan udara yang bersih.
Kita yakin sekaranglah saatnya kita mulai balas memberi dan merawat planet ini. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa tradisi setiap agama mengajarkan pemeliharaan ciptaan. Tetapi, kebanyakan orang tidak mengetahui tradisi ini atau lalai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatan yang lahir dari ketidakpedulian ini berdampak negatif yang besar pada bumi dan sumber-sumber dayanya.
Pernah kita berpikir dunia seperti apa yang kelak kita tinggalkan untuk generasi setelah kita. Udara, air, dan tanah seperti apa yang kita wariskan kepada mereka. Kita bisa saja tulus, dermawan, dan santun dalam memberi, tetapi jika satu-satunya rumah (baca: bumi) yang kita miliki ini dirusak dengan kecepatan tinggi, kita semua harus mengambil tindakan. Konsekuensi yang sangat mengenaskan dari perusakan lingkungan oleh manusia, yang akan lebih nyata dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang, akan berdampak lebih besar pada anak-anak kita, bukan pada kita.[]
Selasa, 08 Desember 2009
Rindu Kanjeng Nabi
Wajahmu atau cahaya pagi yang terbit?
Atau bulan purnama penuh, yang menyingkirkan kegelapan?
Atau mentari di siang hari tak berawan?
Petikan syair di atas adalah pujian ulama Arab bernama Nabhani pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW). Muhammad Rasulullah adalah manusia yang paling utama yang pernah diciptakan Tuhan. Pada diri Rasulullah ada teladan yang paripurna.
Muhammad sendiri sebenarnya tidak pernah menyatakan dirinya memiliki sifat-sifat supra-manusiawi. Yang membedakan dengan manusia lainnya adalah bahwa dia “seorang hamba yang kepadanya wahyu diturunkan” (surah 41:5). Tetapi, meski begitu keistimewaan yang ada pada dirinya sungguh luar biasa. Beberapa ayat menunjukkan hal itu, seperti, Muhammad diutus “Untuk menjadi rahmat bagi alam semesta,” rahmatan lil ‘alamin (surah 21:107); Allah beserta para malaikat-Nya memberi shalawat kepadanya (surah 33: 56); beliau “benar-benar mempunyai budi pekerti pilihan” (surah 68:4); dan “teladan yang baik” (surah 33:21).
Dengan adanya keistimewaan yang melekat pada dirinya tersebut, Muhammad disebut sebagai “orang pilihan” (Al-Mushthafa). Perilaku beliau menjadi contoh bagi kaum muslim.
Ketampanan lahiriahnya tidak lain adalah cermin keindahan dan kemuliaan batinnya, sebab Tuhan telah menciptakannya sempurna dalam akhlak dan moral, khalqan wa khulqan. Ketika Siti Aisyah, istri tercinta Nabi, ditanya tentang akhlak Nabi, dia berkata: “Akhlaknya adalah Alquran.”
Ya, dalam catatan kehidupan Muhammad, akhlak yang terutama ditekankan dalam dirinya adalah kerendahan hati dan kebaikannya. Tuhan menempatkan di depan mata kita sifatnya yang mulia, sempurna dan luhur dalam segala hal. Tuhan memberikan kepadanya kebajikan-kebajikan yang sempurna, sifat-sifat yang patut dipuji, kebiasaan-kebiasaan yang mulia.
Berbahagialah bagi mereka yang sezaman dengan Nabi Muhammad, yang dapat menyaksikan cahaya jiwanya yang diekspresikan dalam kesehariannya. Apa yang harus kita lakukan, ketika waktu memisahkan kita dengan Rasulullah, padahal kerinduan padanya menggelora dalam diri kita? Untunglah ada para penulis.
Begitu banyak buku-buku yang berisikan keteladanan Nabi Muhammad dari pelbagai sisi dan genre. Baik itu ditulis oleh orang Barat, Arab, dan, Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad memang patut ditulis dan diabadikan dengan tinta emas. Dan itu adalah ekspresi para penulis atas kecintaan pada Nabi Muhammad, entah disadari atau tidak.
Setiap penulis, sejauh yang saya ketahui, melihat pada diri Nabi Muhammad tercinta pengejawantahan ideal kualitas-kualitas yang dia sendiri menganggap sangat tinggi dan sangat dibutuhkan di dunia ini.
Nah, ini pula yang dilakukan Tasaro selaku penulis yang meyakinkan dirinya untuk menulis tentang Muhammad sebagai tanda cintanya dalam bentuk novel. Tasaro hendak berusaha untuk menghadirkan Muhammad Rasulullah dalam keseharian hidup kita.
Penulisan tentang Muhammad dalam bentuk novel boleh jadi lebih menyentuh ke dalam sanubari kita, karena kita akan merasakan betul kedekatan sosok beliau, dan seolah-olah beliau ada dalam kehidupan kita saat kita membacanya. Jadi, akan memberikan efek yang sungguh luar biasa.
Tasaro, lewat karyanya, berupaya menumpahkan segala kerinduan seorang manusia kepada junjungannya yang suci. Bukunya yang sebentar lagi terbit patut disambut gembira oleh kita semua. Saya berkeyakinan ketika novel itu dibaca, sungguh tak ada rasa selain gairah cinta kita pada kanjeng Nabi Muhammad berlipat-lipat. Kerinduan pun akan terobati. Insya Allah.
Shalawat serta salam kami haturkan padamu, wahai junjungan kami, Rasulullah Muhammad SAW. []
M. Iqbal Dawami, pemilik blog http://resensor.blogspot.com
Atau bulan purnama penuh, yang menyingkirkan kegelapan?
Atau mentari di siang hari tak berawan?
Petikan syair di atas adalah pujian ulama Arab bernama Nabhani pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW). Muhammad Rasulullah adalah manusia yang paling utama yang pernah diciptakan Tuhan. Pada diri Rasulullah ada teladan yang paripurna.
Muhammad sendiri sebenarnya tidak pernah menyatakan dirinya memiliki sifat-sifat supra-manusiawi. Yang membedakan dengan manusia lainnya adalah bahwa dia “seorang hamba yang kepadanya wahyu diturunkan” (surah 41:5). Tetapi, meski begitu keistimewaan yang ada pada dirinya sungguh luar biasa. Beberapa ayat menunjukkan hal itu, seperti, Muhammad diutus “Untuk menjadi rahmat bagi alam semesta,” rahmatan lil ‘alamin (surah 21:107); Allah beserta para malaikat-Nya memberi shalawat kepadanya (surah 33: 56); beliau “benar-benar mempunyai budi pekerti pilihan” (surah 68:4); dan “teladan yang baik” (surah 33:21).
Dengan adanya keistimewaan yang melekat pada dirinya tersebut, Muhammad disebut sebagai “orang pilihan” (Al-Mushthafa). Perilaku beliau menjadi contoh bagi kaum muslim.
Ketampanan lahiriahnya tidak lain adalah cermin keindahan dan kemuliaan batinnya, sebab Tuhan telah menciptakannya sempurna dalam akhlak dan moral, khalqan wa khulqan. Ketika Siti Aisyah, istri tercinta Nabi, ditanya tentang akhlak Nabi, dia berkata: “Akhlaknya adalah Alquran.”
Ya, dalam catatan kehidupan Muhammad, akhlak yang terutama ditekankan dalam dirinya adalah kerendahan hati dan kebaikannya. Tuhan menempatkan di depan mata kita sifatnya yang mulia, sempurna dan luhur dalam segala hal. Tuhan memberikan kepadanya kebajikan-kebajikan yang sempurna, sifat-sifat yang patut dipuji, kebiasaan-kebiasaan yang mulia.
Berbahagialah bagi mereka yang sezaman dengan Nabi Muhammad, yang dapat menyaksikan cahaya jiwanya yang diekspresikan dalam kesehariannya. Apa yang harus kita lakukan, ketika waktu memisahkan kita dengan Rasulullah, padahal kerinduan padanya menggelora dalam diri kita? Untunglah ada para penulis.
Begitu banyak buku-buku yang berisikan keteladanan Nabi Muhammad dari pelbagai sisi dan genre. Baik itu ditulis oleh orang Barat, Arab, dan, Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad memang patut ditulis dan diabadikan dengan tinta emas. Dan itu adalah ekspresi para penulis atas kecintaan pada Nabi Muhammad, entah disadari atau tidak.
Setiap penulis, sejauh yang saya ketahui, melihat pada diri Nabi Muhammad tercinta pengejawantahan ideal kualitas-kualitas yang dia sendiri menganggap sangat tinggi dan sangat dibutuhkan di dunia ini.
Nah, ini pula yang dilakukan Tasaro selaku penulis yang meyakinkan dirinya untuk menulis tentang Muhammad sebagai tanda cintanya dalam bentuk novel. Tasaro hendak berusaha untuk menghadirkan Muhammad Rasulullah dalam keseharian hidup kita.
Penulisan tentang Muhammad dalam bentuk novel boleh jadi lebih menyentuh ke dalam sanubari kita, karena kita akan merasakan betul kedekatan sosok beliau, dan seolah-olah beliau ada dalam kehidupan kita saat kita membacanya. Jadi, akan memberikan efek yang sungguh luar biasa.
Tasaro, lewat karyanya, berupaya menumpahkan segala kerinduan seorang manusia kepada junjungannya yang suci. Bukunya yang sebentar lagi terbit patut disambut gembira oleh kita semua. Saya berkeyakinan ketika novel itu dibaca, sungguh tak ada rasa selain gairah cinta kita pada kanjeng Nabi Muhammad berlipat-lipat. Kerinduan pun akan terobati. Insya Allah.
Shalawat serta salam kami haturkan padamu, wahai junjungan kami, Rasulullah Muhammad SAW. []
M. Iqbal Dawami, pemilik blog http://resensor.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)