Rabu, 03 Desember 2008

Misteri Sebuah Nama


Senin, 8 Desember 2008 bertepatan dengan 10 Zulhijah 1429 H umat Islam akan melaksanakan Hari Raya Idul Adha. Hari raya ini disebut juga Hari Raya Kurban. Karena pada hari itu diadakan kurban yang berupa penyembelihan binatang ternak: Unta, kerbau, sapi, domba atau kambing.

Terkait dengan kurban, adalah sebuah ayat Alquran menjadi asal-muasal adanya perintah berkurban tersebut, yaitu dalam surat As-Saffat (37) dari ayat 102 sampai 107.

Ayat itu menceritakan bahwa Ibrahim bermimpi dirinya diperintah Allah untuk menyembelih anaknya. Dan anaknya pun pasrah.

Namun saat hendak disembelih Allah pun menggantinya dengan kambing sambil menjelaskan bahwa itu adalah hanyalah ujian bagi Ibrahim. Nah, dalam ayat-ayat tersebut tidak disebut secara pasti putra Ibrahim yang mana yang hendak disembelih tersebut? Apakah Ismail atau Ishak? Pertanyaan lebih lanjut, ada rahasia apa di balik tidak disebutkannya di antara dua nama tersebut?

Dua Pandangan Ulama
Dalam lintasan sejarah ada dua kubu ulama berbeda pandangan tentang siapa yang hendak disembelih di antara kedua putra Ibrahim itu. Wajar sebetulnya kedua pandangan itu muncul, karena imbas dari pada hal di atas. Sebagian ada yang menyebut Ismail, anak Ibrahim dari hasil perkawinannya dengan Hajar, isteri kedua. Dan ada pula yang menyatakan Ishak, anak Ibrahim dari hasil perkawinannya dengan Sarah, isteri pertama.
Rentang usia Ismail dan Ishak sendiri sebetulnya begitu berjauhan. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Qur`an al-Karim (Juz IV hlm.16) menjelaskan bahwa Ismail lahir saat Ibrahim berumur 86 tahun. Sementara Ishak lahir ketika Ibrahim berumur 99 tahun.

Kelompok pertama menyatakan bahwa Ismail lah yang hendak disembelih waktu itu. Hal ini berdasarkan data historis yang menjelaskan bahwa penyembelihan tersebut berlangsung di Mekah. Oleh karena tempatnya di Mekah, maka hampir dipastikan bahwa Ismail lah yang dimaksud anak tersebut, karena Ishak sepanjang hidupnya tidak pernah sampai ke sana. Selain data itu, tanduk hewan kurban, pengganti Ismail, digantung di Ka’bah. Pendapat ini dikemukakan oleh sejumlah sahabat Nabi dan tabi’in: Abu Hurairah, Abu Thufail, Amir bin Watsilah, Sa’id ibn al-Musayyab, Yusuf bin Mihran, Rabi’ bin Anas, dan Muhammad ibn Ka’b al-Quradhiy.

Kelompok kedua menyatakan bahwa Ishak lah orangnya. Mereka berdasarkan pada
Hadis Nabi SAW dan data historis juga. Tanduk domba yang digantung di Ka’bah itu, kata mereka, dibawa Ibrahim dari negeri Kan’an, tempat tinggal Ishak. Pendapat ini diikuti oleh Abdullah ibn Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Umar bin Khaththab, Jabir, Abdullah bin Umar, Ali bin Abi Thalib, Alqamah, Sya’biy, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Ka’ab al-Ahbar, Qatadah, Masruq, Ikrimah, Qasim bin Abi Bazzah, Atha`, Abdurrahman bin Sabith, al-Zuhry, al-Sadiy, Abdullah bin Abi al-Hudzail, dan Malik bin Anas. Untuk lebih rincinya silakan lihat kitab al-Jami’ li Ahkam al-Qur`an, Jilid VIII, halaman 87 karangan Al-Qurthubiy.

Senada dengan pandangan kedua, Perjanjian Lama juga menyebutkan bahwa bahwa Ishak lah yang akan dikurbankan, bukan Ismail. Bunyi pernyataannya yaitu, “Tuhan berfirman kepada Ibrahim, ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu’” (Kejadian, 22: 2).

Fenomena kedua pandangan yang berbeda di atas mempunyai satu kesamaan landasan argumentasi, yaitu sama-sama menyandarkan data-data sejarah, yang notabene-nya sangat sulit untuk dibuktikan secara empiris. Walhasil, kedua pandangan di atas sangat sulit kita terima dengan akal sehat. Harus diakui bahwa tidaklah mudah kita buktikan kebenaran kisah-kisah dalam Alquran. Semuanya bersifat spekulatif dan membingungkan masyarakat awam.

Oleh karena itu, amatlah rentan sebenarnya jika Alquran didekati dengan pendekatan kritik sejarah, karena mengharuskan peristiwa-peristiwa itu tersusun secara kronologis, padahal sebagaimana dikemukakan Kenneth Cragg (1971), “It is not arranged in chrological order”. Dan tampaknya akan lebih bijaksana jika penggunaan kisah-kisah Alquran itu dijadikan sebagai moral sejarah, yang dapat kita ambil pelajarannya.

Pertanyaan Alternatif
Sebenarnya ada sebuah pertanyaan alternatif yang lebih bermanfaat nan bijak dibanding pertanyaan ‘Ismail atau Ishak yang hendak dikurbankan Ibrahim?’, yaitu ‘mengapa Tuhan menyembunyikan sebuah nama yang hendak dikurbankan Ibrahim?’ Saya percaya bukan tanpa maksud Tuhan tidak menyebutkan dengan jelas siapa yang hendak dikurbankan Ibrahim tersebut.

Hemat saya, bahwa esensi kisah kurban ini adalah uji ketaatan bagi Ibrahim untuk merelakan sesuatu yang paling dicintainya. Apakah dirinya rela mengorbankan sesuatu yang dicintainya (baca: anaknya) demi Tuhan? Tidak soal siapa—Ismail atau pun Ishak—yang dikorbankan tersebut, karena pada akhirnya yang dijadikan kurban adalah domba oleh Tuhan.

Dalam sebuah kisah paling tidak terdapat tiga unsur: Tokoh, peristiwa, dan dialog. Ketiga unsur ini terdapat pada hampir seluruh kisah dalam Alquran. Hanya saja tampilan ketiga unsur itu tidak sama, terkadang salah satunya tampil secara menonjol, sedangkan kedua unsur lainnya hanya sedikit, bahkan menghilang. Maksud Tuhan menyuguhkan kisah dengan model itu tak lain adalah agar pembaca dapat fokus pada salah satu unsur tersebut, sehingga pengambilan pelajaran bisa efektif. Nah, dalam kisah Ibrahim ini, yang ditonjolkan adalah (tokoh) Ibrahim yang sedang diuji ketaatannya. Dengan begitu, pembaca dapat memfokuskan diri pada tokoh tersebut dan mengambil pelajarannya.

Kiranya dapatlah kita ambil pelajaran dari peristiwa kurban ini, bahwa kecintaan Ibrahim kepada Tuhan melebihi segalanya. Kecintaan tersebut justru menumbuhkan nilai humanis dalam diri Ibrahim. Ia adalah seorang ayah yang egaliter yang meminta pendapat anaknya saat hendak melakukan sesuatu. Walhasil, kedua anaknya pun (Ismail dan Ishak) menjadi anak yang taat pada Tuhan dan orang tua. Pelajaran lainnya yang tak kalah penting yaitu bahwa Tuhan tidak pernah membenarkan pembunuhan manusia sebagai jalan beriman. Itulah kemudian Tuhan menggantikan Ismail/Ishak dengan binatang sembelihan saat hendak dikurbankan.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

bagaimana anda bisa sampai berpikir sehebat ini? tentu tidak dipungkiri kalau ia bermula dari tempat di mana anda duduk. duduk di fakultas adab membuat jiwa sastrawan anda mengemuka. kuliah di prodi Qur'an Hadits menjadikan nalar agama anda tajam. ketika keduanya berpadu, hasilnya seperti yang kita baca. Luar biasa.

Sebagaimana yang kita pahami, bahwa putera yang diidam-idamkan adalah Ishak. dia keturunan putri bangsawan, sedang Ismail adalah keturunan seorang sahaya. jadi sangat wajar kalau nilai Ishak sangat tinggi dibanding Ismail. karenanya ujian Allah kemungkinan diarahkan pada anak yang memiliki nilai besar.entah.fahmi riady

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum wr.wb menurut analisa kami terhadap ayat-ayat dalam Al Quran bahwa anak yang akan disembelih oleh Ibrahim adalah Ismail dengan dasar:
1. Surat Maryam (19) ayat 54; yang artinya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
2. Surat As Saffat ayat:
- 100: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak)yang termasuk orang-orang yang saleh
- 101: Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
- 102: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu !" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
- 112: Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.
3. Surat Al Anbiya (21) ayat:
- 72: Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh.
- 85: Dan (ingatlah kisah) Isma'il, Idria dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.
- 86: Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.

Analisa dari ayat-ayat di atas adalah:
a. Nabi Ibrahim AS, berdo'a agar diberi seorang anak yang saleh.
b. Sesuai do'anya Nabi Ibrahim AS, dikaruniai anak-anak dan cucu yang saleh yaitu; Isma'il, Ishaq dan Ya'qub.
c. Nabi Isma'il selain menjadi anak yang saleh juga amat sabar.
d. Anak Nabi Ibrahim yang akan disembelih sesuai mimpi Nabi Ibrahim adalah termasuk anak yang sabar.
e. Jadi anak yang akan disembelih oleh Nabi Ibrahim sebagai Qurban adalah Nabi Ismail seorang yang amat sabar.