Selasa, 28 Juli 2009

Ia yang Menulis dengan “Kelopak Mata”

Lelaki itu bernama Jean-Dominique Bauby, pemimpin redaksi majalah Elle, Prancis. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang ditulisnya secara sangat istimewa. Judulnya, “Le Scaphandre” et le Papillon (The Bubble and the Butterfly). Setahun sebelumnya, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh.

Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total. Memang, ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat digerakannya adalah kelopak mata kirinya. Dan itulah satu-satunya cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan teman-temannya.

Dalam masa stroke-nya, ia menulis buku. Bagaimana caranya? Ia dibantu oleh keluarganya untuk menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.

Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah saja, dia tidak mampu, karena seluruh otot dan saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut aku teladani adalah bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik.

Betapa mengagumkan semangat hidup dan tekad maupun kemauannya untuk menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan.

Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan aku yang hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh. Coba ingat-ingat apa yang aku lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas juga menggerutu.

Boleh jadi, seberat apa pun problem dan beban hidup aku semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan Jean.

Ya, aku harus percaya bahwa sebagai manusia masing-masing telah diberikan potensi untuk tetap survive dalam kondisi yang sesulit apa pun oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga jika aku mau menggunakan potensi tersebut aku pasti akan dapat melalui kesulitan demi kekurangan dan kesulitan yang aku hadapi. Aku, sebagai manusia tidak mungkin akan selalu mengalami hal-hal yang menyenangkan, suatu ketika aku pasti akan mengalami hal-hal yang menyedihkan, begitu pula sebaliknya. Dan pada saat itulah aku harus mengaktifkan potensi survive yang aku miliki. Dengan penuh keyakinan aku harus percaya bahwa aku akan dapat mencapai kondisi yang menyenangkan hatiku.

Seseorang yang telah mencapai hal-hal yang diinginkannya biasanya mengalami perubahan mental, pola pikir, gaya hidup, cara bertindak, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini biasanya dapat menjerumuskan mereka ke dalam kejatuhan dan kegagalan. Dengan kata lain seseorang yang telah berhasil biasanya cenderung untuk menjadi sombong, tidak mau belajar dari orang lain, merasa bahwa dirinya adalah yang paling benar dan pandai, meremehkan orang lain, dan serakah.

Sikap-sikap seperti inilah yang kebanyakan membuat orang-orang berhasil dan sukses masuk ke dalam jurang pencobaan dan menemui kegagalan dan kehancuran. Oleh karena itu apabila aku suatu saat telah menjadi orang yang sukses, aku harus waspada dan sering-sering mengintrospeksi diri karena perubahan-perubahan sikap yang aku alami baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membawa aku kepada kejatuhan dan kegagalan.

Sebaliknya kegagalan yang berkali-kali dialami seseorang dapat mendidik orang tersebut menjadi lebih tangguh dan lebih tangguh lagi karena ia banyak belajar dari kegagalan yang dialaminya. Dan apabila ia semakin bertekun bukan tidak mustahil ia akan berhasil meraih kesuksesan dan keberhasilan yang gemilang.

Melihat pengalaman orang-orang sukses yang bangkit dari kegagalan aku dapat mengatakan bahwa kegagalan sesungguhnya adalah pelajaran yang sangat berharga. Maka jangan cuma menyesali dan meratapinya, tetapi belajarlah dari kegagalan-kegagalan yang aku alami. Pelajari mengapa aku sampai gagal. Sehingga di lain waktu aku bisa lebih hati-hati dalam setiap tindakan. Dan kegagalan yang lalu tidak akan terulang lagi pada diriku.***

Yogyakarta, 27 Juli 2009, Pkl. 23.00

Rabu, 01 Juli 2009

Cita-Cita: The Secret and Power Within

Judul: Cita-Cita: The Secret and Power Within
Penulis: M.Iqbal Dawami
Penerbit: Diva Press, Yogyakarta
Cetakan: I, Mei 2009
Tebal: 260 hlm.
----------------

Setiap manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan dalam kehidupan sehari-harinya penuh dengan lika-liku. Ada kalanya ditimpa kebahagiaan, namun ada kalanya pula kesedihan. Semua manusia tercipta dengan skenario yang berbeda. Skenario yang sudah tertulis di dalam “catatan” Tuhan.

Kita tahu bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan begitu sempurna. Semuanya mempunyai “ruh”. Alam beserta segala isi dan peristiwanya mengajarkan kepada manusia, sebagai pengelola alam, untuk menjaga keseimbangan hidup. Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lainnya, adalah bahan renungan untuk manusia. Manusia sering kali ditimpa ujian dan cobaan, lebih sering pula ketika mengalami kesulitan hanya bisa mengeluh dan menuntut, tanpa berfikir lebih jernih lagi apa sebenarnya di balik semua kejadian ini. Mungkin kita masih ingat peristiwa berbagai musibah dan bencana alam yang sudah dan sedang terjadi, pernahkah kita berfikir dan merenung, mengapa Tuhan menurunkan itu semua?


Alam sebenarnya berperan sebagai “guru” bagi manusia untuk perenungan dan pembelajaran. Hal ini menandakan bahwa Tuhan begitu perhatian bagi manusia sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia untuk dapat hidup sejahtera dibandingkan ciptaan lain-Nya. Akal adalah bukti kasih sayang dari Tuhan. Ia mencipatakan itu untuk mengambil segala pelajaran yang diberikan alam.

Dalam rangka di ataslah buku ini hendak mengajak para pembaca untuk merenungkan segala peristiwa yang ada di muka bumi ini. Mari kita pikirkan baik-baik segala polah tingkah yang ada di muka bumi ini.
“Manusia yang bijak dan cerdaslah yang senantiasa mengambil pelajaran serta mengisi skenario-Nya dengan amalan yang disukai-Nya. Tanpa pernah berkeluh kesah apalagi berburuk sangka.” Begitu seorang kawan memberi tahu saya lewat blog-nya. Ya, saya sepakat dengan pendapat di atas. Tapi bagi sebagian orang tidak mudah untuk mengambil pelajaran seperti itu. Begitu banyak peristiwa yang berseliweran di sekitar kita, tapi sebagian orang itu tidak mendapatkan pelajaran apa-apa.
Kehidupannya bagaikan mesin. Akalnya sama sekali tak difungsikan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Dalam hidupnya nyaris mengalami energi-energi negatif, seperti stress, mudah marah, sedih, dan lain sebagainya.

Namun sebagian orang lainnya berperilaku sebaliknya. Mereka dapat dengan mudah meraih pelajaran yang berharga dari segala peristiwa yang ada di muka bumi ini. Saat melihat atau pun mendapat musibah, mereka bersabar, karena mereka yakin bahwa ada makna di balik itu. Pun sebaliknya, saat meraih kebahagiaan, mereka bersyukur.

Alam menyodorkan kepada kita di saat pagi dengan adanya kicauan burung, bunga-bunga bermekaran, embun pagi bening yang hinggap di sela-sela dedaunan, udara yang sejuk dan segar. Alam memberikan pelajaran agar hidup senantiasa memberikan yang terbaik kepada kehidupan lainnya.

Belum lagi dengan kelakuan para hewan. Semut, misalnya, yang selalu berduyun-duyun mencari makanan. Satu semut memberitahu bahwa ada makanan sebuah tempat, maka yang lainnya pun mengikutinya. Belum lagi dengan kelelewar, yang sering “berangkat” pagi mencari makan dan pulang sore hari saat senja tiba. Tentu masih banyak lagi peristiwa lainnya yang dapat kita ambil hikmahnya. Sekali lagi, semua peristiwa yang terjadi adalah untuk mengajarkan kepada manusia agar menjadi manusia berkualitas. Menjadi manusia berkualitas adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Menjadi manusia berkualitas adalah menjadi manusia yang memberi yang terbaik bagi dirinya dan orang lain.

Kita harus banyak belajar dari alam ini. Keterciptaan kita di dunia tak lain adalah untuk memelihara bumi ini sebaik-baiknya dalam ketundukan dan kepatuhan yang purna pada Sang Pencipta. Untuk itulah kita diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya, bahkan dari malaikat sekalipun.

Sudah dimafhumi bahwa salah satu penyampaian pesan yang sangat efektif adalah melalui sebuah kisah. Penyampaian melalui kisah dapat dicerna dengan baik oleh siapa pun dan dari kalangan mana pun. Efektifnya lagi adalah tidak pernah merasa digurui bagi siapa saja yang membacanya. Dan sudah dianggap lazim bahwa berkisah atau bercerita merupakan salah satu metode pengajaran yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai tertentu pada para peserta didik, dalam hal ini para pembaca.
Metode pengisahan atau penceritaan ini telah terbukti mampu merangsang imajinasi para pembacanya.
Kisah-kisah yang saya suguhkan bercorak sugestif-transformatif, sehingga para pembaca pun akan mampu menangkap makna yang saya paparkan. Hal itu memang, kisah-kisah tersebut sangat dekat dengan keadaan atau bahkan karakter kita—saya maupun pembaca. Sebagian besar yang dikisahkannya merupakan fenomena yang sedang kita alami sejak dulu hingga kini. Pembaca akan dapat dengan mudah mengambil sari-sari hikmah melalui cerita beserta penjelasannya.

Harus penulis akui bahwa penyampaian kisah-kisahnya dalam buku ini tidak panjang-panjang. Tapi meski demikian makna dan pesan kearifannya berkelindan dalam semua kisah tersebut. Pemaparan kisah-kisahnya yang pendek boleh jadi dapat memfokuskan pembaca pada pesan yang hendak disampaikan. Adapun kisah-kisah yang terdapat dalam buku ini bersumber dari situs-situs internet yang tidak diketahui pengarang aslinya, dari sinopsis film, dari para sahabat, dan dari saya sendiri.
Harapan saya, semoga buku ini menjadi “danau” para pembaca menemukan kembali dirinya, semangatnya dan kemampuannya untuk melakukan perubahan. Buku ini, mudah-mudahan, akan mampu menjadi obat bagi pembaca untuk sembuh dan bangkit kemudian membangun, minimal membangun karakter kita. Saya hendak mengajak para pembaca, mari kita mengubah nasib kita sendiri menjadi lebih baik, dan sekaligus menjadi manusia terbaik, menjadi manusia berkualitas.

Melalui buku ini saya hendak mengajak para pembaca juga untuk bersikap optimis, tidak pesimis. Saya persilakan para pembaca dapat membacanya dengan meloncat-loncat, memilih mana yang paling disukainya terlebih dahulu.

Terakhir, semoga kita mampu mengambil hikmah dari apa yang ada di semesta ini. Mari kita belajar dari alam sehingga kita menjadi orang-orang yang lebih bijak dalam menghadapi hidup ini. ***
(Tulisan ini merupakan Kata Pengantar yang ada di dalam buku Cita-Cita: The Secret and Power Within).